Tak sedikit teman yang berduit memberi statement "gw iri lihat lu,bahagia aja bawaannya", sementara dilain waktu aku berharap bisa berada diposisi mereka. Suamiku bukan manager, bukan PNS, tapi pada akhirnya aku mensyukuri keadaan ini, Andai dia manager, andai dia mempunyai jabatan sudah pasti tidak seperti sekarang. Dimana aku bisa merasa tenang ketika menuju perjalanan pulang kerja, ada suamiku, papi anak-anak yang menjaga anak-anak kami selepas dari penitipan/daycare.
[caption caption="Niatnya nidurin anak , selalu ikutan tidur heheh"]
Aku dan suami sama-sama bekerja, aku berkantor di Jakarta dan suami di Tangerang Selatan. Sejak memiliki anak sebenarnya sudah ingin dirumah saja, apa daya keimanan menipis sehingga masih tidak memiliki keyakinan hehehe. Awal bekerja kembali sehabis cuti melahirkan rasanya setiap dalam perjalanan menuju dan dari kantor selalu sedih harus berpisah dengan buah hati. Sejak saat itu pula aku memberikan tanggung jawab mengasuh anak di sore hari sampai aku sampai dirumah sekitar 19.30 kepada suamiku.
Lebih kurang 3,5 Jam suamiku sendirian mengasuh anak-anak kami. Dan setiap saat pula dia memantau perjalananku, sudah sampai mana mi? Kanda lagi ini, kayama sedang ini. Poto anak-anak dikirimkan lewat aplikasi chatting yang ada. Rasanya bisa ikut hadir disana karena bisa melihat kabar anak-anak dari gadget.
Mungkin bagi perempuan mengasuh 3,5 Jam itu cetek, tapi tidak bagi para Ayah. Aku tahu repotnya mengasuh 2 anak balita sekaligus, Sisulung yang 32 bulan sedang suka berceloteh yang sedikit-dikit laporan pi..pesawat...pi mobil, pi antena semuanya harus ditanggapi. Lain lagi dengan anak kedua yang sedang ngebut-ngebutnya merangkak dan mencoba berjalan harus diawasin penuh. Begitu aku sampai dipagar maka anak pertama akan berteriak berlari menuju pintu rumah "amiiii...amiiii" dan biasanya aku melihat rumah sudah habis berantakan, "Ihhh papi kok dibiarin sih berantakan begini". Eh papi kok ga nyemprot kamar sihhh, sayuran sudah dihangatin pi? Air sudah diisi pi ? Itu adalah pertanyaan yang selalu dan selalu aku lontarkan.
Yup. Suamiku , papi kedua anak lelakiku adalah partnerku dalam mengurus rumah tangga. Aku capek maka dia lebih capek (pekerjaan perempuan yang dikerjakan oleh pria pasti hasilnya berbeda). Dimalam hari aku dan suami bergantian untuk bangun sekedar membuatkan susu buat anak-anak kami. Jam 3 aku bangun dan langsung membangunkan suami untuk berpindah posisi agar menjaga anak kedua kami "pi bangun, mami mau masak, geser sini". Lalu jam 4 suami bangun untuk sholat malam, "mi papi wudhu " ucapnya sebagai informasi agar aku bisa menjagakan sebentar anak-anak yang masih tidur. Lalu suami sholat didalam kamar.
Anak-anak bangun jam 4.30 lalu suami akan menjaga mereka karena aku masih berkutat didapur. Maka sembari itu suami akan membantuku menyapukan rumah, melihat suami menyapu kadang tidak puas, namun hati baikku berbisik "sudah untung lu dibantuin, lebih baik gak bersih daripada kotor sama sekali" Iya ya jawabku sendiri "Terima Kasih Papi". Lalu kalau tiba jadwal mencuci maka aku harus menjemur cucian , otomatis cuci piring kotor bekas masak dipagi hari aku over ke suami "pi tolongin ya mami gak sempat cuciin piringnya, kalo gak sempak gak apa-apa nanti pulang kantor mami cuci". Dan suamiku selalu sempat mencucikannya, setiap aku sampai rumah melihat wastafel sudah bersih "Terima Kasih Pi".
Terkadang disaat weekend suamiku masih membantuku mencuci piring, dia muncul dari belakang dari kaos sampe celananya basah, itu tandanya suamiku habis mencuci piring, merepet mulut ini "ihh papi nyuci piring aja sampe basah begitu, pakai sabun cuci piring jangan boros, kalo papi sudah cuci piring sabunnya sampai habis deh" Gimana enggak, tiap 1 piring bisa 2 crot sabun, cuci mangkok dicrot-in lagi sabunnya, kalo emak-emakkan lain cara kerjanya hemat dan gak pakai basah-basahan. Karenanya sebisa mungkin aku selalu berusaha mencuci piring biar hemat hahahhaa. Nah ada lagi tuh di telinga "lu ya sudah ditolong nyuci piring masih aja merepet, masih aja gak puas" Eh iya..yaÂ
[caption caption="Papi dan Anak Lelakinya"]
Disore hari, ketika aku masih dijalan, suamiku akan menunggu kedua anak kami pulang dari daycare, lalu akan berjalan-jalan di sepanjang jalan blok rumah kami, "pi dulu mami waktu kecil kalo lihat bapak-bapak ngasuh anak pasti mami sedih ", sedih kenapa mi tanyanya, iya sedih karena mami pikir istri meninggal hahhahaa, padahal seperti aku ya pi, bisa jadi istrinya masih bekerja ya. Semoga ya pi gak ada perempuan yang mempunyai pemikiran yang sama seperti mami kecil, gak kok paling ada yang nanya "loh ibunya mana pak?" papi bilang aja masih dikantor.
Dan suamiku baru akan mulai makan malam kalo aku sudah sampai dirumah, maka langsung serah terima tugas, papi lapar katanya. Kadang hatiku menangis "ya rab kasihan ya suamiku nahan lapar pasti dari tadi , karena anak-anak jadi ditahan laparnya" Inipun kadang aku repetin "yaelah pi masak sih gak bisa sambil makan, multi tasking gitulah". Eh rupanya bukan suamiku saja, mungkin sebagian besar Ayah, bapak, pria yang mempunyai anak memang tidak semulti tasking istrinya atau ibu anak-anaknya. Kalo aku sambil jaga anak masih bisa ngerujak, makan bakso dan lain-lain hahahha.