Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menjamin Pendidikan Anak Dengan Asuransi

28 Oktober 2015   09:10 Diperbarui: 28 Oktober 2015   10:03 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak lajang papa ku adalah agen asuransi, karenanya berbicara asuransi bukanlah hal awam buat ku. Kami 6 bersaudara dan anak ke lima dan ke enamlah yang diberikan atau tepatnya dibelikan Asuransi Pendidikan. Kenapa? Saat itu penjelasan Mamak adalah bahwa pada saat kedua adikku nanti mencapai usia kuliah mungkin papa sudah pensiun dan bisa jadi sudah tidak gesit mencari nasabah/uang sehingga papa mamak butuh jaminan untuk bisa memberikan pendidikan kesemua anaknya secara merata paling tidak semua harus menjadi sarjana, begitu harapan kedua orang tua kami. Dan dari pengalaman hidup tersebut saya percaya bahwa Asuransi merupakan salah satu cara untuk menjamin ketercukupan biaya pendidikan anak.

Ada satu lagi kebiasaaan orang Sumatera Utara khususnya Tapanuli Selatan yang gemar  memakai banyak perhiasan emas disetiap harinya dan bentuknya besar-besar banget. Dan Mamak selalu bisa menyisihkan uang untuk membelinya, dan aku termasuk tidak menyukai kebiasaaan ini, menurutku sedikit norak tapi semua orang memang begitu adanya. Kata mamak ini investasi buat kalain juga, hanya saja karena bentuknya perhiasan ya wajar dimanfaatkan seperti fungsinya, begitu penjelasannya.

Waktu berjalan dengan cepat pada akhirnya aku sampai juga dibangku kuliah, kemudian tibalah masa yang mengerikan, di tahun 1998 ketika abangku, aku dan adikku sama-sama dibangku kuliah tiba-tiba atas nama demokrasi perekonomian Indonesia jungkir balik "krisis moneter" begitu para ahli ekonomi menyebutnya, lalu harga dollar menyentuh angka 13 ribu ! Semua panik, semua merasakan efeknya, termasuk kedua orang tuaku mulai melakukan penyelamatan untuk kami anak-anaknya.

Papa yang saat itu memiliki asuransi dalam mata uang USD juga tergiur untuk menjualnya hanya demi menyelamatkan pendidikan kami, mamak yang selalu mempunyai banyak perhiasan ditahun itu harus ikhlas menjualnya dan menjadikannya sejumlah dana cair, lalu mendepositokannya sebagai investasi yang dipilih mamak untuk menyelamatkan perkuliahan ketiga anaknya. Saat itu aku sadar betapa pentingnya merencanakan dana pendidikan dan memilih investasi yang tepat sebagai penyelamat kehidupan didunia (tentu saja tidak menafikkan fungsi ketuhanan).

Lalu akupun demikian sejak bekerja mulai berusaha menyisihkan sejumlah uang untuk bisa ditabungkan. Beruntung ketemu jodoh yang berprofesi agen asuransi jadi sudah mempunyai pandangan yang sama terhadap pentingnya menyisihkan sebagian rezeki untuk sebuah proteksi. Betul rezeki hak Allah, betul mati hidup juga hak Allah, dan tak salah jugakan bila kami memilih asuransi sebagai salah satu ikhtiar untuk merencanakan sesuatu yang tak pasti. Pepatah bilang sedia payung sebelum hujan, pun begitu masih saja kan kebasahan? masih adakan payung yang susah dibuka? masih adakan payung yang membuat basah sebagian badan? masih adakan payung yang bocor? itu artinya Allah punya kuasa, tapi paling tidak disaat itu semua terjadi kita masih bisa basah-basah cantik #kekinianistilahnya.

Sebulan menikah akupun dinyatakan positif hamil, menabung masih menjadi kebiasaan kami, tentu saja kali ini ditujukan untuk mempersiapkan kelahiran anak kami. Urusan melahirkan saja kami mempunyai hitung-hitungan, kami melakukan survey lokasi terdekat dari rumah ke rumah sakit, menyurvei berapa biaya yang dibutuhkan untuk melahirkan normal dan caesar di 2 rumah sakit, semuanya sudah kami perhitungkan dan ketika tiba waktu untuk melahirkan maka kami sudah tidak bingung lagi untuk mengambil keputusan. Lalu kini dihadapan kami ada dua orang buah hati kami, keduanya laki-laki yang pertama berusia 31 bulan dan yang kedua 10 bulan.

Mengingat masa kecil ku yang sebagian besar menjadi saksi pekerjaan papa. Dimana banyak orang tua yang sejak dini mempersiapkan/merencanakan biaya untuk pendidikan anaknya, saat itu produk asuransi masih sangat konvensional, secara keuntungan tidak berbeda jauh dengan produk bank, hanya saja yang namanya produk asuransi pastilah berujung "proteksi". Artinya ketika hal yang tidak diduga terjadi misal anak sebagai nasabah meninggal dunia maka akan ada sejumlah dana sebagai kompensasi yang dikeluarkan perusahaan asuransi, atau bahkan ketika orang tua si anak meninggal maka akan ada sejumlah dana sebagai dana kelangsungan untuk si anak sebagai ahli waris.

Tahun 1996 aku pernah melihat dikantor papa banyak uang didalam kardus banyak sekali jumlahnya, ternyata itu adalah klaim dari nasabahnya dimana ayah sebagai tulang punggung keluarga harus berpulang ketika anak-anak mereka masih usia sekolah, saat itulah aku benar-benar merasakan betapa pentingnya kita merencanakan keuangan untuk kelanjutan hidup orang-orang yang kita sayangi.

Lalu bagaimana dengan aku ? Setelah memiliki anak pertama maka aku memang langsung memaksakan diri menyisihkan dana untuk persiapan pendidikan anak kami. Terlebih lagi jarak anak pertama dan kedua hanya 21 bulan sehingga kami harus benar-benar bisa memaksakan diri untuk menyisihkan sebagian uang kami untuk keperluan pendidikan anak-anak, jangan sampai kalah dengan cara orang tua saya yang nota bene dijamannya masih sangat minim informasi terkait merencanakan pendidikan anak lewat asuransi.

Bagi saya saat ini dari berbagai investasi maka saya dan suami memilih Asuransi sebagai salah satu cara untuk menjamin perencanaan biaya pendidikan anak-anak kami. Kenapa? Karena saya tidak memiliki dana yang banyak untuk investasi lainnya. Deposito? Tidak ada cukuo dana untuk didepositokan, Logam Mulia? Butuh uang tunai yang cukup untuk bisa membeli logam mulia, bursa saham ? Sedikitnya butuh 25 juta untuk bisa bermain disana, karenanya Asuransi adalah pilihan investasi yang paling tepat untuk kondisi keuangan kami.

Dan lagi sudah melihat banyak anak-anak yang terselamatkan masa depannya melalui asuransi pendidikan. Bahkan dulu sewaktu saya masih gadis, saya menyisihkan sedikit dana untuk memberikan keponakan saya asuransi pendidikan, hal ini dikarenakan orang tuanya belum mempunyai penghasilan tetap dan alhamdulillah ketika memasuki usia sekolah TK maka kami tidak bingung mencarikan sejumlah dana dikarenakan sudah dipersiapkan sejak dia lahir, memang asuransi tak lantas membebaskan kita dari biaya lainnya, paling tidak disaat kita membutuhkan sejumlah dana maka kita tahu sudah memilikinya.

Sebagai orang tua, saya yakin semua sudah tahu bahwa anak yang sudah diberi Allah kepada kita merupakan amanah besar dan karenanya butuh perencanaan yang matang untuk menjadikan mereka generasi yang baik. Harus lewat pendidikan? IYA, terserah mau formal atau informal pasti butuh biaya, mau sekolah mahal atau murah tetap butuh uang, mau satu bahasa atau multi bahasa tetap uang urusannya. Biaya pendidikan semakin hari semakin mahal, meningkat seiring inflasi, gaji kita sebagai orang tua bahkan belum tentu mengalami kenaikan setiap tahunnya, tapi pendidikan biayanya selalu naik hampir 30% setiap tahunnya. Lalu bagaimana asuransi bisa membantu kita?

Produk Asuransi sangat beragam, semakin besar manfaatnya maka kita akan semakin membutuhkan banyak uang untuk membelinya. Untuk keuangan yang pas-pasan seperti saya, maka saat ini saya menyisiatinya dengan dua jenis asuransi, yaitu anak pertama saya pilihkan Asuransi Pendidikan, dengan asuransi ini maka saya harus mengetahui berapa kebutuhan dana yang saya inginkan ketika anak saya akan masuk TK, SD, SMP, SMA dan kuliah. Melalui google saya menemukan situs yang bisa saya jadikan simulasi untuk mengetahui kebutuhan dananya, lalu saya cari produk nya yang sesuai dengan hitung-hitungan saya, bagaimana dengan tingkat inflasi?

Sekarang gampang mengaksesnya, dimana ada kemauan maka kita bisa mendapatkan banyak informasi dari internet. Dari data inflasi tersebut sayapun bisa menghitung dan mengevaluasi tabungan yang sudah saya siapkan.  Dan untuk anak kedua dikarenakan dana yang dipaksakan sudah mepet, maka saat ini saya hanya mampu membeli asuransi jiwa, dengan manfaat uang pertanggungan, resiko terjeleknya ketika kami sebagai orang tua tidak bisa mendampingi anak-anak, paling tidak mereka sudah memiliki sejumlah dana yang memang dialokasikan untuk pendidikannya. Ini adalah perencanaan awal saya untuk kedua buah hati saya, bila masa kejayaan datang (gaji emak bapaknya naik) maka kami berjanji untuk menaikkan manfaat kedua asuransi anak-anak kami.

Lalu apa yang membuat memiliki asuransi pendidikan itu susah ?

Semua setuju dana pendidikan itu meningkat setiap tahun, namun karena kebutuhan dana ini tidak mendesak maka banyak orang tua yang lalai mempersiapkannya sejak dini dan hal inilah yang merupakan alasan terbesar kenapa banyak orang tua tidak merencanakan pendidikan anak sejak dini. Dan beberapa hal lain yang menyebabkan susahnya orang tua memiliki asuransi pendidikan dikarena beberapa hal berikut :

  1. kebanyakan masyarakat memiliki asuransi hanya karena mereka mengenal agennya, bukan mengenal manfaatnya, sehingga beberapa orang membeli asuransi hanya karena rasa tak enak, dan ketika hal buruk terjadi merasa menyesal karena tidak memiliki asuransi sesuai kebutuhannya.
  2. kebanyakan pamali, seyogyanya sebelum memilik anakpun kita sudah bisa mulai menabung untuk kebutuhan biaya pendidikan anak, tapi dikala kita ingin melakukannya "pamali ih belum ada anak sudah nabung-nabung", alhasil ketika anak ada malah sudah susah untuk menyisihkan pendapatan.
  3. Tidak pernah peduli dengan tingkat inflasi, padahal caranya cukup gampang, bandingkan saja biaya tahun ini dengan sebelumnya maka kita akan tahu berapa persen kenaikan inflasi, hal ini sangat penting untuk diperhatikan bila kita merencanakan dana pendidikan dalam jangka panjang. Bayangkan 18 tahun lalu saya hanya membayar uang kuliah 900 ribu per tahun, lalu saat ini biayanya sudah mencapai 18 juta pertahun, wow...angka yang fantastis bukan?
  4. Usia orang tua menjadi faktor pembatas, ya semakin kita tunda maka umur semakin bertambah dan hal ini mempengaruhi besaran premi yang akan anda bayarkan, bila usia orang tua 25 tahun dengan yang 35 tahun memiliki asuransi dengan premi bulanan yang sama katakanlah 500ribu per bulan maka selisih investasinya bisa mencapai 30%.
  5. Tidak konsisten dalam menyisihkan dana, seharusnya dari awal sudah diputuskan darimana sumber dananya, maksudnya apakah dana yang disisihkan berasala dari gaji pokok atau pendapatan lainnya. Apabila sudah kita tentukan maka akan lebih mudah mengalokasikannya.
  6. Tidak realistis, bagaimanapun anda harus realistis, sesuaikan dengan kemampuan anda, jangan membeli produk yang manfaatnya tidak sesuai kemampuan uang anda.
  7. Masih banyak yang berinvestasi dengan menggunakan dana pinjaman, akhirnya gali lubang tutup lubang sehingga tujuan investasi tidak pernah tercapai sesuai rencana.

Susahkah untuk merencanakan biaya pendidikan anak?

[caption caption="#duoKYH, jangan pernah lepaskan senyuman dari wajah anak-anak kita"][/caption]

Menurut saya hal yang paling penting adalah memaksakan diri untuk bisa menyisihkan sebagian pendapatan kita untuk merencanakan kebutuhan dana pendidikan anak. Tak dipungkiri biaya pendidikan di negeri ini menjadi barang mewah, namun negri ini tetap memberikan pilihan. Tak ada batasan seberapa besar dana yang harus anda sisihkan, karenanya mari paksakan diri kita sebagai orang tua untuk bisa menyisihkan 10% saja dari gaji kita, selama anda mempunyai niat walau nilainya kecil maka segera mulai kebiasaaan baik ini.

Bila membaca sejumlah artikel maka aku dan suami belumlah layak untuk melakukan hal ini, kenapa? Dari sekian banyak tips-tips keuangan selalu saja ada nasehat bijak disana yang mengatakan "untuk dapat menyisihkan sebagian pendapatan maka sangat dibutuhkan KEUANGAN YANG SEHAT, maksudnya? ga ada hutang/cicilan?mempunyai sisa 30% dari pendapatan ? atau bahkan harus memiliki tabungan sebanyak 5 x pengeluaran rutin? Bagi saya TIDAK MUNGKIN. Saat ini sampai 8 tahun kedepan saya masih memiliki cicilan untuk rumah, sisa dari pendapatan kami berdua tidak pernah lebih dari 15%, bahkan tabungan yang 5x lipat dari pengeluaran rutinpun kami tidak memilikinya.

Tapi kami mempunyai dorongan yang kuat harus bisa menabung untuk persiapan anak-anak kami, kalau kita tidak berkorban ,kalau kita tidak menanam maka jangan berharap akan ada hasilnya dimasa depan. Dirumah kami uang-uang receh berbentuk koin kami masukkan ke celengan, selain mengajarkan kebiasaan menanbung kepada anak kami maka jangan anggap remeh kekuatan uang koin ini, pernah kami membongkarnya hanya untuk membeli hewan kurban,menghitungnya saja sudah capek hehehe tapi ternyata the power of receh sangat luar biasa.

Apa yang perlu kita perhatikan didalam merencanakan biaya pendidikan anak ?

  1. Rencanakan pendidikan anak sedini mungkin, kata orang kampung " ikan sepat ikan gabus, makin cepat makin bagus". Semakin muda usia anak, semakin muda usia orang tua maka dengan premi yang tidak besar bisa mendapatkan manfaat yang besar.
  2. Lakukan survey ke sekolah yang diinginkan, pastikan berapa biaya masuk, biaya bulanan, dan biaya lain yang dibutuhkan dan bandingkan dengan tahun sebekumnya untuk bisa mengetahui tingkat inflasinyaBuat beberapa alternatif pilihan sekolah A, B dan C sehingga ketika target perencanaan tidak sesuai harapan maka kita masih bisa menggeserkan pilihan ke sekolah yang sesuai kemampuan kita
  3. Atau bila tidak memungkinkan memulai sedini mungkin, maka hal yang perlu dipertimbangkan adalah, jenajng pendidikan apa yang akan dimasuki? Lalu kapan mau masuk dan berapa lama masa pendidikannya, ketiga hal ini bisa membantu kita untuk merencanakan seberapa besar dana yang harus kita sisihkan dalam jangka waktu tertentu, apakah dengan jumlah yang sama selama beberapa tahun atau jumlah dana yang mengalami peningkatan setiap tahunnya.
  4. Perhatikan cita-cita anak tentu dengan pengarahan dari orang tua, cita-cita anak seiring waktu akan terbentuk atas kemauan anak, karenanya cita-cita juga mempengaruhi perencanaan.
  5. Tentukan sumber dana dan usahakan konsistenLakukan evaluasi terhadap investasi, karena seyogyanya harus bersifat flexible.
  6. Niatkan sejak awal dan iringi dengan kerja keras untuk bisa mewujudkan yang terbaik untuk buah hati kita.

Sudahkah anda merencanakan pendidikan anak anda?

Anda mengalami kesusahan dalam menghitung kebutuhan dana pendidikan anak?

Anda boleh mencoba menghitung biaya pendidikan anak anda melalui situs ini , selanjutnya hubungi agen untuk eksekusi asuransi pendidikan yang ok untuk buah hati anda.

Contoh Simulasi Asuransi Pendidikan

 

[caption caption="Sumber : www.simulasiasuransi.com"]

[/caption]

 

[caption caption="Sumber : www.simulasiasuransi.com"]

[/caption]

 

[caption caption="Sumber www.simulasiasuransi.com"]

[/caption]

 

[caption caption="Sumber www.simulasiasuransi.com, pada akhir simulasi kita bisa mengatur bagaimana bisa mencapai rencana biaya yang kita butuhkan"]

[/caption]

 

Tak usah berkutat diatas meja, gampang caranya anda cukup hubungi agen asuransi , lalu biarkan mereka menghitungkannya untuk anda, tugas anda hanya cari tahu berapa dana yang anda butuhkan dan biarkan agen membantu anda mengalokasikan dana anda dengan hitungan yang tepat.

Lalu anda kesulitan menemukan agen ? Let me know ! Beruntung kompasiana sudah ada menu chatting, anda bisa menghubungi saya untuk saya bantu merencanakan kebaikan ... #agenasuransipromosi hahahha


Feel free to ask me anything about insurance...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun