Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mencari Ruang Publik?

30 September 2015   16:32 Diperbarui: 30 September 2015   17:18 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Konsep Ruang Publik sudah ada dari zaman dahulu, manusia membutuhkan sebuah tempat untuk bisa berinteraksi untuk sebuah kegiatan. Dahulu ngumpul-ngumpul membahas urusan politik atau hanya sekedar bersantai menghabiskan waktu hanya dilakukan kalangan atas, kemudian zaman berkembang dan semua orang butuh sebuah tempat untuk saling berkomunikasi, bisa melakukan hal-hal kreatif baik perorangan ataupun berkelompok, dari kegiatan formal dan non-formal.

Akhirnya PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada tahun 1986 menetapkan Hari Habitat Dunia, dan tulisan ini adalah salah satu partisipasi saya dalam rangka memperingati Hari Habitat Dunia tahun 2015 (HHD2015). HHD diperingati setiap senin minggu pertama di Bulan Oktober sehingga setiap tahun akan jatuh ditanggal yang berbeda pula. Hal ini dilakukan sebagai wujud kepedulian terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak untuk semua lapisan masyarakat. Dengan demikian perlu meningkatkan tanggung jawab bersama bagi masa depan habitat manusia (sumber : disini).

Saya pribadi tidak mempunyai konsep tentang Ruang Publik, namun saya hanya ingin menulis sebuah sudut pandang sebagai salah satu orang yang membutuhkan ruang publik hanya untuk bisa menikmati indahnya cuaca bersama kedua anak saya (suami juga). Di Jakarta sendiri saya pernah baca beritanya dimedia online bahwa Gubernur DKI juga mempunyai target yang tidak sedikit untuk keberadaan Ruang Publik di Jakarta, malah lebih spesifik Jakarta menyiapkan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Dan sepanjang pengalaman saya yang sering berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, bahwa setiap kota selalu mempunyai Ruang Publik yang bis adinikmati oleh siapapun, diakses dari manapun dan bahkan tanpa dipungut bayaran.

Di Pematang Siantar, kala itu saya masih SD (Sekolah Dasar) terdapat Ruang Publik yang disebut "Taman Bunga", banyak pepohonan disana dan biasanya aku, adik-adik dan papa setiap minggu pagi akan melakukan kegiatan olahraga disana, kami bisa menikmati bermacam permainan, membeli berbagai jajanan pasar dan pulang ke rumah dengan menaiki delman. Pun begitu di Palembang pemerintahnya juga menyediakan Ruang Publik untuk melakukan berbagai kegiatan, Daerah Kambang Iwak namanya, sangat asri dan dikelilingi berbagai wisata kuliner bahkan beberapa komunitas biasa berkumpul disana dan melakukan berbagai atraksi. Bukit tinggi, dikota ini banyak juga ruang publik yang biasa digunakan untuk berkumpul, atau sebuah kota aek kanopan tempat saya bersekolah TK, disana juga ada ruang publik meski hanya sebatas menyediakan permainan anak-anak dari ban bekas, katakanlah daerah kampung mamak saya yang lebih ujung "Natal" daerah tepi pantai bahkan juga memiliki ruang publik untuk bisa dinikmati secara gratis. Bahkan pihak Swastapun ambil andil untuk menyediakan ruang publik, didekat rumah saya ada sebuah mall dengan konsep ruang publik yang nyaman, bahkan bule sering datang hanya untuk menikmati mentari pagi, anak-anak bercengkrama sambil bermain layangan, bermain disawah, melihat indahnya kupu-kupu bahkan bermain bersama ikan, dan sangat wajar bila untuk menikmati semua kenyamanan ini kamipun harus mengeluarkan rupiah bahkan saya lebih memilih ruang publik berbayar daripada ruang publik yang disediakan pemerintah secara gratis.

Entahlah pengalaman saya yang membuat saya mempunyai sudut pandang seperti itu, di ruang publik pemerintah sering sekali saya kurang merasa nyaman, di ruang publik pemerintah sering sekali sarana yang telah disediakan dengan gratis tidak bisa dimanfaatkan dengan optimal, sering sekali dikala malam merasa khawatir karena beberapa lampu taman sudah hilang entah kemana, atau pemilihan lokasi yang kurang strategis membuat ruang publik tak nyaman untuk didatangi.

Jadi bukan hal baru, so kenapa sepertinya masyarakat haus akan Ruang Publik ? Menurut saya bukan tidak tersedia hanya saja tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga fungsi Ruang Publik tersebut terabaikan, dilihat seperti tak ada , tapi terlihat ada tanpa bisa dinikmati lagi. Contoh sederhana Pemerintah DKI sudah menyediakan banyak ruang publik di Jakarta, setiap saya pulang melewati statsiun manggarai saya bisa menemui 3 titik ruang publik yang disediakan pemerintah, ketiganya terlihat gersang dengan lampu-lampu taman yang sudah pecah, ada mainan anak disana, ada saung untuk berkumpul dan ramai digunakan oleh warga, untuk mereka itu sudah menghibur, tetapi bagi yang berteriak atas naman kenyamanan maka akan diteriakkan "Kami butuh ruangpublik yang nyaman". Pun begitu dengan usaha menyediakan ruang duduk dipinggiran halte bis, sekedar untuk melepas lelah bekerja sambil menunggu bis menuju pulang, itupun saya dapati kursi yang sudah rusak sehingga bila saya memilih duduk maka resiko adalah duduk dengan posisi tidak benar dan resiko baju tersangkut besi. Akhirnya saya hanya bisa bilang ruang publik mana? padahal ada tapi fungsinya hilang. Atau ditangerang kota terdapat ruang publik "Taman Kota" asyik tempatnya tapi tidak setiap waktu bisa nyaman berada disana padahal seyogyanya ruang publik itu bisa diakses kapan saja, namun kalao saya ingin kesana dijam istirahat maka (maaf) pemandangan yang tak pantas bisa disaksikan, banyak pasangan yang entah itu sah atau tidak tidak seharusnya melakukan adegan dewasa disana, dan lagi saya tidak bisa merasakan funsi ruang publik dengan baik.

Karenanya saya justru berharap rekan-rekan yang mempunyai konsep ruang publik segera mengecek kembali ruang publik yang sudah ada, sentuh ruang publik tersebut, modernisasikan saja, jangan menuntut disediakan lahan, yang nota bene dipastikan dikarenakan banyak hal ketersediaan lahan sudah berkurang. Bahkan taman bunga di Pematang Siantar kata teman saya sudah tidak sebagus dulu artinya ada rantai yang putus, apakah pemerintah tidak mempunyai biaya untuk merawatnya? Pemerintah menjadi bosan karena masyarakat tak membantu menjaganya? Yang pasti ruang publik itu ada dan harus tetap ada. Anda bisa menemukan ruang publik selagi anda mau, atau justru anda menciptakan ruang publik sendiri untuk bisa dinikmati bersama, seperti kami membangun sebuah pos di blok kami hanya untuk tempat berkumpul anak-anak. Jangan menunggu pemerintah, lakukan apa yang bisa kita lakukan minimal menjaga fasilitas ruang publik yang sudah disediakan pemerintah.

 

Dan saya pernah membaca (lupa sumbernya, bila ada yang tahu mohon diingatkan) bahwa Ruang Publik yang baik itu juga mempunyai beberapa kategori, yaitu : 

  • Jumlah Orang : ruang publik bisa dikatakan baik bila jumlah orang yang terlibat dalam aktivitas yang ada cukup banyak, artinya ruang publik tersebut ramai dikunjungiorang.
  • Jumlah Kelompok : akan banyak komunitas yang mengisi ruang publik tersebut, bukan hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu saja.
  • Waktu Yang Dipergunakan : Seyogyanya bila ruang publik tersebut bisa memberikan kenyamanan maka kita akan betah disana, kita akan menghabiskan waktu disana.
  • Penggunaan Ruang : Sarana dan prasana bisa dimanfaatkan secara optimal, memberikan banyak pilihan terhadap orang-orang disana
  • Keragaman Pengguna : ruang publik yang baik adalah ruang publik yang bisa menmpung banyak usia dan gender, semakin beragam yang berkumpul disana merupakan sebuah tolak ukur keberhasilan keberadaan ruang publik.

So?, masikah anda mencari ruang publik ? mari ciptakan dan jaga kenyamanannya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun