Judulnya yaaa... tapi mau bilang apa? Memang seperti itu adanya, karena suka menulis kegalauan dunia percintaan (jiiaaah) sampai akhirnya ada makhluk yang berkomentar disalah satu tulisan ku "bolehkah aku tidak munafik didepan mu?", dan beberapa tulisanku di vote "Menarik" oleh makhluk itu meski sebenarnya tak menarik (smile).
[caption caption="Pertama kali bertemu, bodylanguagenya bilang gak suka hehehe"][/caption]
Sebelum berkompasiana, aku sangat suka menulis segala sesuatu yang aku rasakan, entahlah ! dengan kembali menceritakan kisah yang terlewati mampu memberikan space lebih banyak dikepala sehingga aku jarang sekali mumet dan selalu tertawa. Dan saat itu ada seorang pria yang entah kenapa sangat menyukai setiap rangkaian kata yang kutuliskan, lalu dia menyarankan agar aku membuat akun disebuah situs keren, begitu katanya. Situs keren? tanyaku, iya buka saja kompasiana, buat akun disana, lalu menulislah. Lalu akupun membuka kompasiana dan di tahun 2009 aku melihat tulisan-tulisan yang terpublish cukup serius, mulai dari urusan politik, agama dan ekonomi. Lalu aku merasa tak pantas berada disini, karena tulisanku hanya berupa buku diari, tulisan anak muda yang sedang galau semuanya urusan sepele, jadi siapa yang akan membacanya ? Kemudian pria itu berkomentar "bukankah memang itu tujuanmu? menulis semua apa yang dirasa dan tak ada orang yang memperhatikannya ? Maka sudah cocok untukmu. Iya pulak (logat medan keluar dikitlah) pikirku, aku bisa menulis bebas disini, dan akhirnya akupun membuat akun dengan nama ulihape. Ulihape adalah singkatan nama asli ku (Uli Hartati Panggabean).Â
4 Oktober 2009 (hampir 6 tahun) aku menulis untuk yang pertama kalinya, dengan cara lama, dengan ejaan yang aku mau, 15 menit setelah published aku kaget, kemana tulisanku ? Kok hilang dan 10 menit kemudian ada pesan yang masuk, permintaan maaf dari admin karena mendelete tulisanku dengan alasan dinilai tidak memenuhi EYD (hakhak), sejak hari itu aku belajar menulis dengan baik dan benar, terima kasih K !
Dan diluar dugaanku ternyata tulisan galau yang dibungkus fiksi ada juga yang membacanya, komentar yang mampir bahkan menjadi penyemangat untuk menuliskan semua kegalauan yang hadir. Dari hanya 3 orang pembaca akhirnya setiap tulisanku tayang dibaca 150 keatas pembaca, angka ini cukup membuat aku bangga , siapa sangka tulisan diari semacam ini bisa mengundang komentar.Â
Dan kemudian tahun 2010 aku berkesempatan mutasi ke Jakarta, dan akhirnya untuk pertama kalinya di akhir bulan April 2010 aku mengikuti kegiatan offline kompasiana "Monthly Discussion" (MODIS). Pada kesempatan inilah saya berkenalan dengan beberapa teman kompasiana, dari sini mulai saya peduli untuk saling sapa dengan kompasianer, sebelumnya jujur saya jarang sekali membalas komentar teman-teman ditulisan saya, kebiasaan saya adalah tulis, published dan lupakan. Namun sejak pertemuan itu saya jadi semangat untuk saling berkomentar dan saling mengunjungi tulisan sesama kompasianer.
2 tahun dikompasiana tulisan saya baunya hanya kegalauan, hati terluka, kebingungan seorang wanita dewasa yang masih belum menemukan jodoh. Pertemuan saya dengan laki-laki ini yang hari ini adalah suami saya dan papi dari kedua anak laki-laki saya adalah pada saat acara Modis dipenghujung April 2010, ternyata pria ini suka membaca tulisan kegalauan hati saya dan mulai memberi komentar setelah pertemuan itu. Dibeberapa coretan hati saya terkadang dia hanya memberi nilai "Menarik", atau hanya sekedar menyemangati saya dengan kata-kata "Sabar Mbak".
[caption caption="Pertemuan kedua di kompasianival 2nd anniversary"]
Lalu Desember 2010 di acara second Anniversary Kompasiana, kami kembali bertemu dan bisa saja respon saya karena memang tidak (eh belum) tertarik akan sosoknya, Bagaimana mau tertarik coba, kesan pertama dibulan April tetiba seorang pria meminta saya memoto dirinya dengan Nurul Arifin (ketika itu menjadi nara sumber), 1x saya potokan lalu dia bilang sekali lagi ya mbak, 2x saya potokan lalu masih dimintakan lagi untuk ketiga kalinya, dalam hati saya "yaaa elaaa, lu mah ya narsis ckckckck". Pertemuan kedua diacara ultah Kompasiana tidak berlangsung lama dengannya karena memang saat itu hatiku masih diisi pria lain, dan acara bubar. Kemudian Februari 2011 ada acara MODIS bersama Marzuki Ali, sudah beberapa kali memang kompasianer senior menjodohkan pria itu dengan saya , tapi belum mau krn ada hati lain dihatiku. Sampailah diacara tersebut pria tersebut mendapatkan door prize 2 buah tiket XXI, semua serempak jadi kompor, "ayo donk tiketnya dipakai nonton bareng uli", om thamrin, om dian kelana adalah sosok senior yang saat itu lebih cocok disebut sebagai pak comblang, sahutan pria itu "gak ah mau saya pakai nonton sama ponakan saja". PELIT itu dalam hati saya, meski saya gak suka tapi kalo diajak nonton gratis ya maulah (hahahha). Lalu kompasianer kompakan solat zuhur, sehabis sholat entah kenapa pria tersebut akhirnya mengajak saya nonton dan saya jelas mau toh (hahhaha). Film The King's Speech menjadi pilhanku, karena aku sangat menyukai film-film dengan based on true story, selama menonton ya cuman diam-diam aja menikmati film, selesai nonton berpisah begitu saja.Â
[caption caption="Acara MODIS bersama Marzuki Ali, para senior mendudukan kami bersebelahan"]
Diantara kegalauan hatiku dengan pria lain, diakhir istikharahku, dan semakin intensnya pria ini memberi komentar, memberi semangat entah kenapa hatiku bilang bahwa sudah saatnya melepas sesuatu yang tidak pasti, saat ini ada pria yang melalui komentar sudah memberanikan diri untuk mengisi hati yang kosong, untuk menambal luka, dan setelah saling sms dan aku yakinkan bahwa sebagai tambal kapan saja dia bisa aku buang dan dengan keyakinan dia menjawab iya gak papa, akhirnya aku mau menerima tawarannya untuk mengisi atau tepatnya menambal luka hatiku saat itu. Lalu aku bercerita eh tepatnya meminta ijin ke mamak untuk bisa saling mengenal dengan pria ini, seperti sebelumnya aku kirimkan gambar pria yang mendekati ku dan apa yang kuduga terjadi , ada tanya disana " itu rambutnya kenapa? kok bisa habis,kan masih muda? apa pernah sakit? Wah iyapulak pikirku, jangan sakit parah nih cowok hahaha. Dan aku kembali galau saudara-saudara, teman dikantor aku curhatin, gimana ya habis dia rambutnya tipis (tapi waktu itu aku ngomongnya dia botak euuui), dan satu nasehat dari mami fifang yang membuat aku akhirnya menyatakan iya aku mau kau jadi kekasihku "mbak uli, mendingan lu dapat botak dari awal daripada kek gue pas muda cakep benar deh ah, eh sekarang jd botak". Iya pulak pikirku mendingan botak dari sekarang hahaha dan lalu beberapa bulan kemudian kepala dengan rambut sedikit itu sudah tampak seperti kepala yang berambut tebal, ternyata penerimaan ku membuat semuanya berubah dimata hahahha inilah yang kata orang-orang itu "kalo sudah cinta taik pun rasa coklat" wakakakakak.