Bismillah... tulisan ini bukan bertujuan sebagai pembelaan, bukan pula sebuah pembenaran.
==============================================================
[caption id="attachment_361802" align="alignnone" width="612" caption="bersama kanda pagi ini 26.09.14"][/caption]
Dua bulan belakangan ini di sosial media khususnya di akun-akun yang aku punya selalu saja berseliweran posting sebuah kata-kata renungan mengenai nilai seorang anak. Dan trending topic mengenai #fulltimemother vs #workingmommy mendadak menguasai time line dunia maya. Arrrggggh... ada paa dengan kita, moms? kenapa harus saling sindir? Kenapa harus saling membuat penilaian? Seyogyanya kita adalah wanita-wanita yang berbahagia karena bisa menajdi seorang ibu, berapa banyak orang yang sedang menanti doa-doanya diijabah untuk segera memiliki anak? Pantaskah kita yang sudah memilikinya dan hanya untuk sekedar merasa paling benar harus memposting status atau meme yang bisa menyindir satu sama lainnya?
Bagiku yang sering menggunakan kendaraan umum untuk berangkat kerja, sepanjang jalan sangat banyak pemandangan hidup yang bisa membuat hati terkoyak. Andaikan para ibu yang hidup dibawah kolong jembatan layang itu ikut meramaikan sosmed entah apalagi penilaian kita. Seringkali air mata ini tumpah karena melihat kehidupan mereka, pagi hari mereka memberi susu sachet SKM dan MPASI wafer kepada bayinya, bayi-bayi itu tidur tanpa selimut dan kaus kaki. Apakah aku bisa bilang mereka ibu-ibu yang tidak peduli anak? tidak sayang anak ? TIDAK! Bagiku mereka adalah ibu-ibu hebat untuk situasi kehidupan mereka, hidup dengan atap aspal beralaskan lantai tanah mereka dengan sigap memandikan bayinya, memberi makan meski tak sesuai standard dan tentu ini lebih mulia daaripada wanita yang tega meniadakan anaknya sebelum mereka mampu tersenym. Air mata ini akan mengalir ketika melihat banyak senyum dan tawa disana, ya rab jadikan mereka anak-anak yang bahagia.
Selain masalah ibu bekerja dan tidak, ada hal lain juga yang bikin miris, ibu-ibu yang melahirkan normal dan caesar pun dibanding-bandingkan, ibu yang bisa memberi ASI dan yang tidak juga diributkan. Yang membuat isu dan yang mengomentari adalah semua ibu-ibu kadang membuat tanya dihati, apakah semua ini menjadi tolak ukur kesempurnaan kita menjadi seorang ibu? TIDAK! Helllloowwww para mami's? ada apa dengan kita? Seharusnya bila kita sudah menjadi ibu, kita tahu bahwa kita memiliki hati yang sama, rasa yang sama yaitu kita bahagia dan akan berusaha dengan segala daya yang kita punya untuk membuat anak-anak kita dan keluarga kita bahagia. Apakah harus dengan cara yang sama ? TIDAK ! kita memilih cara masing-masing untuk sebuah tujuan yang sama, saat ini sesuai kondisiku maka bekerja sambil berusaha membuat yang terbaik untuk keluarga adalah caraku menuju kebahagian, sebaliknya kalian yang memilih full time mother itu pula cara yang ditempuh untuk berbahagia juga. Jadi layakkah kita saling sindir ?
Ketika aku tidak bisa memberikan ASI ekslusif mampir sebuah komentar yang bertanya kok gak ASI, anakku donk ASI bla... bla... cuman bisa tarik nafas dengarnya. Siapa yang tidak tahu manfaat ASI, belum ada satu formula yang bisa menandingi nilai gizinya, dan yang pasti dengan ASI sudah otomatis bisa menghemat pengeluaran, apa ada orang yang menolak untuk keuntungan ini? TIDAK! Aku yang mondar mandir klinik laktasi, dokter kandungan hanya untuk urusan bagaimana mengeluarkan ASI, bagaimana agar aku bisa memberikan yang terbaik. Lantas ketika tim medis sudah menyerah apa yang harus aku perbuat? membiarkan anakku kehausan? Jangan bicara tentang biaya yang dikeluarkan, bayangkan dan rasakan tentang tenaga yang keluar dan rasa kecewa saja bisakah? TIDAK! karena kau tidak ada diposisiku.
Lain lagi ketika kanda harus sakit, akan ada komentar yang mampir " Kanda butuh maminya dirumah kali" tarik nafas lagi... bagiku adalah sebuah berkah ketika anakku sakit. Allah memberikan tambahan waktu kebersamaan kami, dengan sakitnya kanda aku bisa dirumah selama 2 hari sesuai peraturan perusahaan, musibah dimatamu tapi bagiku sebuah berkah, bisa merasakan? TIDAK! Dan bagaimana ketika anak-anak balita lainnya yang suka main kerumah, rata-rata betah bermain bersama kanda dan satu anak bilang, "mama kanda aku lapar, yang lain menyahut aku juga" Lalu aku menyuapkan anak-anak itu makan dengan lahap... sampai suami komentar "apa ibu mereka gak masak?" kan stay dirumah, apakah ini bisa jadi alasanku menilai mereka? TIDAK ! aku jawab ke suami, semua ibu itu pasti sudah menyiapkan masakan untuk keluarga baik itu mau beli yang jadi atau dimasak sendiri,, hanya saja memang anak-anak sukanya begitu giliran dirumah teman banyak makan, dirumah sendiri tidak suka. Lain kesempatan suami menyampaikan rasa kagum ibu daycare tempat kanda dititipkan "Mami kanda ini luar biasa care sama anak ucapnya, kalau melihat menu kanda kami suka nanya pak , jam berapa ya mami harus masak kan pagi-pagi sekali harus berangkat kerja" lantas apakah ini kujadikan tolak ukur bahwa aku ibu bekerja yang paling baik diantara ibu pekerja lainnya yang menitipkan anaknya juga? TIDAK! aku jelaskan ke suami bahwa ibu-ibu lainnya bisa asaja membwakan bekal anaknya, namun tidak mereka lakukan dengan niat biar bisa menambah pemasukan pemilik daycare, otomatis menambah biaya makan disana, ohh ucap suamiku.
Ada lagi status begini kasihan ya berangkat kerja anak masih tidur, pulang kerja anak sudah tidur! Ada Allah yang maha Adil, bagiku sangat bersyukur mungkin teman-teman bisa melihat hampir setiap pagi sebelum berangkat kerja aku berpoto dengan anakku, dan selalu sampai rumah si anak masih setia menunggu maminya meski 5 menit kemudian akan langsung lelap. Ada Allah yang maha penolong, Dia sudah mengaturkan semuanya, anakku selalu terbangun ketika aku akan berangkat kerja, Allah buat anakku menungguku untuk bisa tidur lelap. Mungkin bagi yang stay dirumah, anaknya baru bangun jam 8 pagi karena Allah meberi waktu buat ibu untuk bebenah terlebih dahulu, anaknya akan tidur lebih awal karena seharian bermain dengan ibu. Begitulah teman cara Allah memberikan kita kemudahan untuk setiap pilihan hidup kita.
So, jangan pernah menghakimi seseorang ketika kita tidak berada diposisinya, ketika kita tidak mengetahui segala proses yang dilakukannya, ber empatilah dengan orang lain maka alsan sederhana ini sudah cukup untuk membuat kita salaing menghargai. Stop saling menjelekkan, saling mencari pembenaran, karena sesungguhnya kita adalah wanita yang berbahagia ketika bisa memiliki buah hati.
Jangan hinakan kami yang bekerja, karena sesungguhya kami menginginkan posisi kalian yang bisa mempunyai waktu dirumah untuk bersama buah hati. Kalian tidak pernah akan bisa merasakan ketika kaki ini melangkah menuju sebuah tanggung jawab profesionalisme dan kami menitipkan kewajiban kami kepada orang lain, hanya Allah yang tahu betapa kencang degup jantung ini, betapa kuatnya otot mata untuk menahan air tidak keluar dari dua mata kami dan menggantikannya dengan sebuah senyuman ketika sang buah hati melambaikan tangannya. dadada mamiiii...
Jadi mari saling berempati, saling menghargai, jangan lagi saling menyindir lewat status karena kita tak pernah tahu akan ada yang terluka dengannya.
#Salam emak2 bahagia#
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H