Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ketika Daycare Menjadi Sebuah Pilihan

1 Oktober 2014   19:53 Diperbarui: 4 April 2017   17:52 2546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki buah hati adalah kebahagiaan yang tak ternilai, dan itulah yang aku rasakan. Makhluk mungil itu bisa membuat mata terus menatapnya, membuat bibir selalu tersenyum, membuat lelah menjadi tidak terasakan lagi. Kanda Yuliansyah Hamizan adalah anak pertama kami yang dianugerahkan Allah "GPL" (Gak Pake Lama) #Alhamdulillah.

Sebagai seorang ibu yang bekerja, cuti 3 bulan yang didapat sangat terasa sebentar tiba-tiba saja dua minggu lagi aku harus segera bekerja kembali. Benar kata teman yang sudah lebih dahulu memiliki anak "mbak, ntar rasain deh giliran kita harus masuk kantor lagi maka akan ada rasa sedih yang luar biasa membayangkan meninggalkan anak" dan benarlah adanya, mungkin karena kitanya merasakan "GALAU" maka si anak seolah mengerti perasaan ini, si anakpun mulai terlihat lebih manja dan selalu ingin dipeluk. Keadaan ini hanya memperburuk rasa di hati, kadang tak terasa air mata menetes, sambil mencium bayi ini "maafkan mami nak, saat ini harus bahu membahu dengan papi untuk memenuhi kebutuhan kita".

Kanda anakku lahir di usia kandungan 34 minggu hal ini diluar prediksi dokter. Dan jujur saat itu aku belum mempersiapkan perlengkapannya, sehingga ketika lahir anakku terpaksa beli baju di apotik RS hehehe, dan neneknya juga belum datang ke Tangerang dikarenakan memang belum waktunya. Jadilah aku melahirkan seorang diri dan hanya ditemani suami, alhamdulillah Allah memberikan yang terbaik semua proses mudah dan lancar. Mertua juga sudah lama berpulang jadilah kami menghadapi kelahiran hanya berdua, begitu juga dengan paraji yang sudah berjanji akan mengurusku setelah lahiran juga tidak bisa karena memang jadwalku yang maju, hari ke dua akulah yang memandikan kanda dan semuanya terasa baik-baik saja. Jadi dirumah mungil kami hanya ada aku, suami dan anak kami.

Sejak sebelum melahirkan sebenarnya aku sudah berusaha mencari seseorang yang bersedia membantuku merawat anak, namun bukan hal mudah untuk menemukan orang yang mau mengasuh anak, dan kalaupun ada yang menawarkan, hatiku merasa gak sreg. Selama dalam pencarian sharing bersama teman selalu aku lakukan, khususnya teman yang sama kondisinya sepertiku hidup cuman bertiga istri, suami dan anak. Teman yang memiliki uang lebih memilih mengambil baby sitter dari yayasan terkenal dan mengambil pengasuh yang senior, dengan tujuan agar anak aman dan nyaman apalagi memang tidak ada sodara yang bisa membantu mengawasi, persis dengan keadaan ku namun hasilnya apa?  Temanku begitu kejadian langsung menelpon ku karena dia tidak mau hal itu terjadi denganku. "Mbak sudah dapat pengasuh? Belum jawabku, duhh mbak gak usah deh cari pengasuh, mbak taukan aku bayar mahal untuk yang kemarin. Tau gak mbak kemarin siang pas papiku main ke rumah gak sengaja mampir, papiku nemuin anakku sedang dikamar mandi merangkak. Pengasuhnya kemana tanyaku ? Pengasuhnya selonjoran depan tv pegang remote dan main HP #speechless. Ternyata mahal tidak bisa kita jadikan jaminan, alhasil papinya pindah ke rumah mereka buat bantu menjaga cucunya. Ini baru satu teman, adalagi teman yang ketika melihat anaknya lesu dan tak bergairah begitu di cek ke dokter ternyata anaknya kebanyakan minum obat tidur? ulah siapa? pengasuhnya ngasih secuil demi secuil ctm supaya anak tidur . Teman lain yang berusaha menggunakan teknologi canggih bernama CCTV, memang akhirnya bisa mengetahui kelakuan tidak baik dari pengasuh ? tetapi perbuatan tidak baik itu tetap saja sudah terjadi terhadap sang buah hati. Dan terakhir melihat tetangga yang gonta ganti pengasuh, terlihat memang enak aja, namun setiap pengasuh membawa dampak berbeda-beda, ketika si anak diasuh oleh si A anak tersebut bilang ke kanda "dedek kanda harus mam banyak kalau gak nenek gondrong datang ihhhhhh", ganti lagi dengan pengasuh B lain lagi omongannya "dedek kanda kalau tidak mau mandi ntar digigit nenek gayung"...aaaahhh ini ucapan siapa ? ini cara pengasuhnya untuk membujuk si anak supaya mau makan dan mandi.

Pengalaman diatas membuat aku semakin galau untuk melanjutkan pencarian seorang pengasuh. Amankah untuk kondisiku? Rasanya tidak, karena anak yang ditinggal juga belum bisa berbicara, belum bisa mengadu, dan tidak ada siapapun yang membantu mengawasi dirumah kami. Akhirnya terpikir untuk melirik "DAYCARE" tempat penitipan anak. Tentu ini bukan keputusan mudah namun untuk situasi saat ini menurut kami ini adalah keputusan terbaik. Sekarang tinggal mencari Daycare yang baik dan aman. Alhamdulillah di perumahan kami ada beberapa daycare, dan setelah survey kami memilih sebuah daycare dengan alasan berikut :

1. Lokasinya dekat dari rumah kami, hal ini tentu memudahkan untuk mengantar jemput anak kami.

2. Pemilik daycare terlibat langsung dengan kegiatan didaycare

3. Pengasuh disana rata-rata berumur 45 tahun ke atas , ini jauh lebih baik mengingat mereka semua sudah pengalaman dan memiliki anak.

4. Setiap bayi (umur 3 bulan sampai 12 bulan) diberi pijatan dan dijemur

5. Perbandingan pengasuh dengan anak 1 : 5

6. Meski tempatnya tidak besar namun tertata rapih, disediakan loker, tempat menyimpan susu, botol-botol susu dicuci dan disterilkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun