Kotak berwarna pink berisikan 12 atau 10 buah kondom (kalau saya tidak salah ingat) dari kemasannya sudah menggelitik hati, kok norak ya ? ahh namanya juga gratis ini. Dikotak saya baca tidak ada ukurannya karena beberapa merk yang saya beli mempunyai size dan ketika saya buka belum dikenakan suami saya sudah komentar kok rada tebalan ya, dan benar saja ukurannya seperti nya disetting seperti baju ditanah abang all size mau yang kecil atau gede pasti muat. Alhasil jadi juga kami kenakan dan yang plain ini komentar saya gak asik, ukurannya ternyata fix to XL jadi benar-benar gak nyaman. Kemudian kotak berikutnya rasa pisang dengan permukaan ada totol-totolnya , wanginya memang aroma pisang dan taukah ketika dipakai kesuami, tetiba masih permulaan aku merasakan kepansan yang sangat dan akhirnya permainan terpaksa dihentikan karena aku merasakan panas yang sangat dan setelah aku bersihkan masih meninggalkan rasa pedas. Sejak itu maka aku trauma dengan produk BKKBN ini dan yang aku ingin tanyakan apakah BKKBN selaku pihak yang bertanggung jawab terhadap produk ini pernah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan program ini ? pernahkah BKKBN menduga bahwa melonjaknya angka kelahiran disebabkan gagalnya produk ini ?
Bagaiamana program lainnya ? Mungkin ini adalah masalah sepele, BKKBN merasa sudah mengantisipasi dengan KONDOM namun saya yakin banyak yang tidak menggunakannya, wong saya saja yang sudah dengan sadar mau menggunakan kondom bisa kecewa dan trauma, seharusnya KONDOM yang diedarkan harus memiliki kualitas yang baik, rasa yang nyaman sehingga masyarakat akan dengan rela memakainya meski harus mengurangi kenikmatannya. Namun dengan jeleknya kualitas KONDOM maka saya pastikan banyak yang gak rela menggunakannya apalagi bila bisa menimbulkan masalah terhadap kelaminnya.
Belum lagi masalah pendataan ini juga masalah serius yang harus digarap pemerintah, maka memang selayaknya BKKBN Â harus setingkat Menteri sehingga mempunya kewenangan terhadap kependudukan. Contoh sederhana saja tahun 2009 saya mempunyai atasan seorang Warga Negara Inggris, dan saat itu usianya sudah 74 tahun dan dia sudah menetap di Indonesia lebih dari 30 tahun akan tetapi dia masih mendapat santunan hari tua atau pensiun sebesar 5.000 Poundsterling, dan suatu ketika dia merasa sudah 2 bulan tidak menerima dana tersebut dan akhirnya saya disuruh menghubungi kedutaan dan orang kedutaan meberikan nomor bagian kependudukan di Inggris, saya coba hubungi dan begitu tersambung hanya dalam 5 menit mereka sudah bisa memberikan informasi, bahwa mereka masih mentransfer dana tersebut, data yang diberikan kepada saya adalah tanggal transfer, nama bank dan nomor check. Saya sampai kagum, bagaimana sistem mereka bisa berjalan dengan begitu baik. Saya membayangkan jika ini terjadi pada saya, saya datang ke kelurahan masih harus menunggu pak Lurah yang keluar kantor, setelah lurah datang masih harus menunggu "bu nanti data kami cek dulu ya" setelah dicek masih disuruh datang dua hari lagi saja bu, karena data sudah lama jadi harus ducari di gudang. Sehingga menurut saya selain urusan program menekan angka kelahiran maka sistemm data base kependudukan tak kalah penting menjadi prioritas BKKBN sehingga bisa diketahu dengan detail keadaan masing-masing jiwa. Jangan hanya tahu angka kemiskinan tapi diantara orang miskin dan kaya pasti ada terselip angka orang yang hampir miskin.
Lewat tulisan ini saya berharap ada pihak yang akan memberi penjelasan mengenai kulaitas kondom BKKBN dan siapa yang bertanggung jawab terhadap evaluasi kesusksesan program kondom ini. Semoga tulisan ini bisa dipandang dengan adil tanpa ada maksud menjelekkan pihak tertentu.
Terima kasih, dan semoga visi misi BKKBN bisa terwujud, aamiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H