Waktu terus berlajan. Tak terasa keberadaanku di kampus Arrayah sudah setahun 9 bulan, "berarti libur pulang kampung 3 bulan lagi",pikirku. Hari itu selalu kutunggu, kuhitung mundur setiap hari yg aku lewati, entah mengapa, mungkin karena aku sudah terlalu rindu dengan mereka yg melepas kepergianku dengan harap aku kembali dalam keadaan lebih baik dari sebelumnya. Bagaimana tidak?!?Â
Ini pertama kali aku berpisah dari mereka,tinggal berbeda pulau dari mereka,tidak ada komunikasi kecuali 2 pekan sekali,dan parahnya tidak dibolehkan pulang kampung sebelum cukup 2 tahun. Tapi itu sebenarnya bukan masalah, justru dengan cara ini aku bisa belajar menjadi lebih dewasa.
Singkat cerita, hari itu sabtu tanggal 21 Maret 2020 aku bangun lebih cepat dari biasanya, sekitar jam 2 subuh aku berjalan menyusuri gedung kampus dan bertemu teman seangkatanku, dia mengabari kalau dalam waktu dekat ini kita bakal pulang ke kampung halaman masing-masing, tapi aku belum terlalu yakin dengan apa yang diucapkannya, aku masih menunggu kabar yang lebih jelas. Dan benar, setelah sholat subuh berjamaah di masjid Arraayah, terdengar suara seorang ustadz dari lantai bawah mengumumkan kalau semua mahasiswa dan mahasiswi secepatnya harus pulang ke kampung halaman masing-masing, "paling lambat hari senin" ucapnya.
Saat itu juga perasaanku campur aduk antara sedih dan bahagia, yaahh... Aku sedih karena bakal pulang sebelum waktu perjanjian itu, 2 tahun. Dan bahagia karena sebentar lagi aku akan bertemu dengan keluargaku. Padahal baru kemarin aja aku menelfon dan mengabari keluargaku kalau aku insyaAllah akan pulang di pertengahan tahun 2020. Tapi ini sudah menjadi ketetapan sang khaliq, mau nggak mau aku harus meninggalkan kampus saat itu juga. Dan benar, esok harinya dengan berat hati aku melangkahkan kaki keluar melewati gerbang kuning kampus Arraayah, dengan harapan ada waktu dan alasan untuk kembali ke tempat ini. Surga sebelum surga, seperti itulah kami mengibaratkannya.
Hanya beberapa jam saja, aku telah tiba di bandara kotaku sekitar pukul 1 malam, telah kutemui keluargaku yang sudah menunggu sejak tadi, kuulurkan tanganku untuk bersalaman tapi mereka menolak, sedih rasanya, padahal baru ketemu setelah hampir 2 tahun...Tapi yaah aku mengerti alasan apa lagi kalo bukan karena menghindari virus corona.
Saat itu, 22 maret 2020 aku tak lagi hidup di dunia asrama, tapi bukan berarti memanjakan diri dengan kebebasan, aku hanya menganggap ini adalah kesempatanku untuk berbakti kepada kedua orang tua. Hari-hari kujalani tanpa seorang teman, kuliah online pun belum rutin seperti biasanya,kita hanya ditugaskan untuk mendengar rekaman-rekaman mata kuliah dari para asaatidzah, dan disaat seperti inilah aku harus berjuang seorang diri untuk melawan rasa malas yg kadang tiba-tiba datang.
Kujalani hari-hariku seperti ini hingga tiba bulan Ramadhan, dan di bulan ramadhan pun sama, semua kegiatan yang biasanya di luar rumah kini harus dikerjakan di rumah masing-masing, termasuk shalat tarawih. Hingga tiba hari raya ied fitri keadaan masih sama, kegiatan sholat ied pun dilakukan di rumah masing-masing..Yaah aku hanya bisa menikmati keadaan seperti ini, yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena berkumpul lengkap bareng keluarga tuh satu hal yang sangat jarang bagiku.
Hari terus berganti, namun keadaan belum kembali seperti dahulu,semua kegiatan kampus beralih ke online, baik itu kuliah, muhadharah, musyawarah, halaqah qur'an, serta ujian dan lain lain.
Kujalani hari-hariku hingga tiba masa ujian semester 2 yang sempat putus, aku harus terbiasa dengan keadaan seperti ini, kalau bukan karena semangat dari diriku sendiri, siapa lagi yang akan menyemangatiku setelah kedua orang tuaku, aku sadar, sekarang aku tidak tinggal seatap dengan teman-teman seperjuanganku. Hingga hari terakhir masa ujian semester 2, aku hanya bisa berdoa dan bertawakkal sepada Allah atas apa-apa yang sudah aku usahakan. Dan Alhamdulillah, hanya berselang beberapa hari saja pengumuman nilai akhirnya keluar. Itu berarti sekarang aku sudah berada di semester 3, tapi kuliah online tidak langsung mulai.
Jeda sekitar 2 bulan, aku manfaatkan untuk mengikuti kajian-kajian online, berkumpul bareng teman-teman masa SMA, juga silaturrahmi bersama keluargaku. Tak jarang aku mendapat panggilan meetUp bareng teman, yaa aku memenuhinya, setelah lebih dari 2 tahun kita berpisah, akhirnya bisa berkumpul kembali menceritakan pengalaman yang berbeda-beda.
Waktu terus berjalan, sambil menunggu keputusan dari kampus, aku memanfaatkan waktu libur mengikuti muhadharah online. Berharap dengan segera ada panggilan balik ke kampus Arraayah, bukan karena bosan di rumah, tapi karena rindu suasana kampus... rindu sholat berjamaah, rindu ifthor jama'iy, rindu belajar bareng, rindu halaqoh shobahiyyah, rindu 'amal jama'iy, dan rindu berebutan shaf awwal setiap waktu sholat..hehe.
Hingga tiba bulan september, tepatnya tanggal 8 aku dapat kabar kalau kuliah perdana akan dimulai tanggal 12 nanti, jadi fix kuliah di semester 3 pun melalui online.. Alhamdulillah yaa, sekarang itu canggih walaupun kita nggak lagi di kampus, tapi masih tetap bisa mengikuti kegiatan-kegiatan kampus. Meski banyak yang harus kita korbankan, karena belajar online itu tidak bisa tanpa alat komunikasi, baik itu komputer, laptop,notebook,atupun handphone. Kalaupun ada, kita masih tetap tidak bisa ikut tanpa membeli kuota terlebih dahulu.
Dalam menjalani kegiatan-kegiatan online seperti ini aku harus lebih banyak berkorban dari biasanya, uang saku yang biasanya aku gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, kini harus kupakai buat beli kuota internet, karena itu juga sudah termasuk kebutuhan sehari-hariku disaat seperti ini..hehe.
Dan hatiku pun harus lebih banyak bersabar dari biasanya, banyak cobaan, termasuk koneksi jaringan yang tak jarang tiba-tiba terputus ketika aku sedang mendengarkan materi kuliah dari dosen,atau perangkat yang kadang tiba-tiba panas,atau lobet. Â
uga cara belajar yang biasanya menggunakan kitab, kini beralih menjadi pdf. Tapi Alhamdulillah aku ada beberapa kitab, jadi tidak semua mata kuliah aku menggunakan pdf. Dan murojaah pelajaran pun harus aku lakukan seorang diri, kalau ada yang belum aku paham dan mau bertanya ke teman, terlebih dahulu aku harus buka handphone trus mengetik dan kirim ke whatsApp teman. Alhamdulillah, masih ada cara ini untuk menghubungi teman-temanku.
Selain itu waktu kita yang berbeda beda, aku yang berdomisili WITA harus memulai kuliah dari jam 08.30 sampai 13.00, jadi harus menunda sholat dzuhur sekitar jam, kecuali kalau dosen di jam pelajaran terakhir terlambat masuk, kadang aku sholat dzuhur terlebih dahulu. Kadang aku merasa kesal sama keadaan,tapi aku yakin dibalik semua ini pasti ada hikmah yang telah Allah tetapkan.. Sebagai seorang yang mengaku beriman kepada Allah, kita pun harus beriman kepada qada dan qadarNya.
Hari berganti hari, lama kelamaan aku terbiasa juga dengan keadaan seperti ini, hingga tiba masa-masa ujian akhir semester, aku setiap hari tanpa bosan terus meminta doa dari kedua orang tuaku, meski sebenarnya aku tau mereka akan jawab dengan perkataan "Walaupun kamu nggak minta doa dari kami, kami pasti akan selalu mendoakan", YaaAllaah terharu rasanya...
Kujalani hari-hari ujianku seorang diri, "Ujian semester lalu dan ujian kali ini adalah ujian diatas ujian", pikirku. Kenapa ? Karena aku rasa, ujian seperti ini benar-benar ujian, aku didalam kamar tanpa seorang pun yang mengawasi, kitab-kitab ada tersusun rapi di hadapanku, rangkuman-rangkuman pelajaran pun seperti itu, aplikasi google ada di layar handphoneku, tapi satu hal yang membuatku tak berani membukanya saat situasi dalam keadaan seperti ini, yaitu rasa takut. Â Kalau bukan karena merasa dalam pengawasan Allah, mungkin lembaran-lembaran itu sudah aku buka, tapi tidak. Islam tidak mengajarkan seperti itu, islam mengajarkan kita jujur dalam keadaan apapun.
Begitupun saat menjalani hari-hari kuliah,adab belajar harus tetap ada, meskipun sebenarnya dosen tidak melihat kita secara langsung. Seperti hijab yang harus tetap terpakai, tidak tidur saat dosen sedang menjelaskan, dan lain-lain. Karena itu semua adalah cara untuk mendapatkan keberkahan ilmu, siapa sih yang gak mau ilmunya berkah..
Akupun menjalani hari-hari ujianku sama seperti ketika aku lagi di kampus, harus fokus. Gak mau keluar rumah kecuali kalau uas benar-benar telah berakhir. Sampai ada yang bilang ke aku "Lebay banget kamu mah" ..haha emang gitu yaa..
Pernah suatu hari, aku dapat telfon dari seorang teman, dia ngajakin meetUp. Tapi aku tolak dengan alasan ujian. Yaudah gapapa, lebih baik aku ketinggalan satu moment bersama teman daripada harus ninggalin waktu buat belajar persiapan ujian.
Hari-hari ujianku rasanya berjalan sangat lambat, saudara-saudaraku udah pada selesai, sekarang mereka liburan, tanpaku. Sedih rasanya,tapi mau gimana lagi, ini sudah menjadi taqdirku. Sama ketika mereka weekend di hari sabtu dan ahad, aku weekend sendiri di hari kamis dan jum'at..hufhhh..
Tanggal 21 januari, adalah hari terakhir ujianku, aku dapat undangan pernikahan dari seorang teman yang tempatnya lumayan jauh dari tempat tinggalku, tapi belum bisa hadir dengan alasan ujian masih ada di hari itu. Akhirnya keluargaku pun berangkat tanpaku, sudah berkali-kali keadaan seperti ini kurasakan, ditinggal sendiri.
Setelah melewati hari-hari ujian dengan penuh lelah, ada waktu istirahat 3 pekan, sambil menunggu pengumuman nilai aku manfaatkan untuk membantu para santri tahfidz dalam menghafal AlQur'an. Dan Alhamdulillah setelah beberapa hari akhirnya pengumuman nilai keluar juga, dan itu berarti sebentar lagi aku akan melanjutkan kuliah semester 4.
Hari itu, sabtu 13 februari 2021 kuliah perdana semester 4 pun dimulai, masuk kuliah pekan pertama kali ini tugas udah menumpuk... "Tapi tak masalah, memang seperti itu jadi mahasiswa, apalagi sekarang aku sudah di semester 4 jadi wajar aja",pikirku. Kuselesaikan satu persatu sesuai deadline yang telah ditentukan. Dengan harapan,semoga kedepannya ada moment yang lebih indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H