Mohon tunggu...
Ulfi Rizki Utami
Ulfi Rizki Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Sains Al-Qur'an

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Bilateral Indonesia-Swedia Prioritaskan Pembangunan Hijau

28 Desember 2022   21:46 Diperbarui: 28 Desember 2022   22:05 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah negara sangat mustahil jika hanya berdiri sendiri tanpa ada campur tangan sedikitpun dari negara lain. Ini dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan suatu negara pasti memerlukan bantuan dari negara-negara luar. Negara sama halnya seperti manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bantuan dari manusia lainnya. Sebuah negara akan lebih mudah memajukan dan mengembangkan negaranya jika negara tersebut menjalin hubungan internasional.

Dengan menjalin hubungan internasional dapat mencegah adanya konflik antar negara. Saat ada masalah global seperti yang telah terjadi pada beberapa tahun terakhir yakni adanya wabah covid-19, hubungan internasional mempunyai peranan yang sangat penting sehingga sebuah negara dapat menuntaskan masalah global yang ada dengan dukungan dari negara-negara lainnya. 

Selain itu dengan menjalin hubungan antar negara akan memudahkan negara tersebut dalam mencapai kesejahteraan ekonomi. Negara melakukan hubungan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat atau sulit dipenuhi oleh negaranya sendiri. Dalam hal ini negara akan melakukan impor atau ekspor barang dari negara lain.

Nah, pada umumnya hubungan internasional dilakukan secara bilateral. Hubungan bilateral atau bilateral relations adalah suatu hubungan yang melibatkan dua belah pihak. Istilah ini umumnya digunakan untuk menyebut hubungan yang melibatkan dua negara. Khususnya hubungan politik, ekonomi, dan budaya antar dua negara.

Indonesia sendiri telah menjalin hubungan bilateral dengan banyak negara di dunia. Diantaranya sejak tahun 1950 Indonesia sudah menjalin kerjasama dengan Swedia. Swedia merupakan mitra dagang terbesar Indonesia di wilayah Nordik dan wisatawan Swedia menempati urutan ke-4 terbesar dari Uni Eropa.

Keketuaan Indonesia di ASEAN dan Presidensi Swedia di Uni Eropa 2023 dimanfaatkan oleh kedua negara tersebut untuk memperkuat jalinan kerjasama antar keduanya. Indonesia dan Swedia memiliki kesamaan dalam mengaplikasikan politik luar negerinya. Ini semakin menonjol saat penggelaran pasukan perdamaian PBB dan mendukung kemerdekaan Palestina. Hubungan bilateral pun semakin erat seiring dengan kemajuan ICT, turisme, dan peluang lainnya di bidang lingkungan hidup.

Peranan Swedia dan Indonesia tidak dapat dikesampingkan dalam masalah internasional. Dilatarbelakangi oleh perselisihan antara negara-negara besar didunia yang semakin memanas, penentangan secara nyata terhadap hukum internasional, Indonesia dan Swedia justru mengingatkan dan memberikan aksi nyata serta terlibat aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia.

Contoh konkritnya adalah Indonesia mengirim pasukan garuda untuk ditugaskan di beberapa negara yang sedang mengalami konflik. Pada pembahasan di Dewan Keamanan-PBB dalam rangka shaping and sharing norms Indonesia dan Swedia aktif merumuskan kebijakan terhadap peningkatan peranan wanita. Bagi keduanya, "gender e quality" bukanlah slogan melainkan tuntutan zaman.

Swedia merupakan salah satu negara termaju di Eropa. Meskipun Amerika Serikat tetap negara terbesar dalam bidang teknologi namun Swedia mempunyai inovasi yang lebih tinggi dikarenakan melibatkan semua pihak yakni akademisi, pebisnis dan dukungan pemerintahnya untuk melakukan riset dan pengembangan. Saat ini Swedia sedang mengembangkan strategi untuk memperluas produk tekhnologi dan ritel nya ke Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Indonesia sebagai negara ASEAN terbesar, dan ditunjang dengan kekayaan sumber daya alamnya tentu menjadi keunggulan tersendiri. Jumlah penduduk Indonesia yang saat ini mencapai 276 juta jiwa lebih dan terus mengalami peningkatan tentu akan menyebabkan konsumsi domestik yang tinggi. Tidak heran jika saat ini Indonesia adalah tujuan yang menjanjikan bagi bisnis dan investasi Swedia.

Daya saing Indonesia di kawasan Asia Pasifik semakin meningkat disebabkan oleh efisiensi di sektor pemerintahan. Demikian halnya kemajuan dalam ketersediaan infrastruktur dan keadaan bisnis di Indonesia. Situasi politik paska Pemilu yang terkendali juga dianggap baik oleh para investor sehingga menjadi harapan bagi mereka.

Pada penyelenggaraan KTT peringatan 45 tahun ASEAN - Uni Eropa di Brussels Belgia, Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson. " Swedia merupakan salah satu mitra ekonomi utama Indonesia di Nordik khususnya di pembangunan hijau. Kepada PM Ulf Kristersson saya menyampaikan harapan agar sektor ini menjadi prioritas kerjasama Indonesia dan Swedia kedepan" Kata presiden Jokowi dilansir dari laman instagram pribadi miliknya.

Pembangunan hijau atau green growth program adalah sebuah konsep dimana perekonomian suatu negara dijalankan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat dan di sisi lain mengurangi resiko kerusakan lingkungan. 

Pembangunan rendah karbon adalah satu dari banyaknya strategi menuju pembangunan hijau. Pembangunan rendah karbon juga menjadi penopang utama menuju ekonomi hijau untuk mencapai visi Indonesia maju 2045 dan nol emisi 2060. Diharapkan dari adanya transformasi ekonomi Indonesia menjadi ekonomi hijau ini agar Indonesia dapat keluar dari stagnasi pendapatan menengah (middle income trap).

Memang pada tahun-tahun belakangan ini hubungan antara Indonesia dengan Swedia mengalami pertumbuhan pengaruh hubungan bilateral, karena masing-masing kepala pemerintahannya saling berbalas kunjungan serta Indonesia memiliki kedutaan besar di Stockholm dan Swedia juga mempunyai kedutaan besar di Jakarta. 

Meskipun demikian hubungan bilateral antara Indonesia dengan Swedia sempat merenggang pada tahun 1980-1990 an karena terdapat sejumlah pemimpin separatism Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang tinggal di Swedia dan menjadikan ibu kota Swedia yakni Stockholm sebagai basic luar negeri mereka untuk mendapatkan dukungan dan pengakuan internasional. 

Pada tahun selanjutnya, pemerintah Indonesia dan para pemimpin Gerakan Aceh Merdeka saling merekonsiliasi perbedaan mereka melalui negosiasi perdamaian pada tahun 2005. Konflik dengan GAM pun berakhir. Selanjutnya Swedia juga giat berkontribusi dalam proses perdamaian Aceh dan memberikan bentuan untuk pemulihan dari bencana tsunami.

Namun jika diukur dari lamanya kerjasama Indonesia dengan Swedia khususnya dalam sektor pembanguan  yang sudah cukup lama yakni sekitar 72 tahun dengan hasil yang ada saat ini bisa dikatakan kerjasama ini belum memberikan dampak yang signifikan bagi negara Indonesia sendiri. Tak dapat dipungkiri untuk menuju net zero emission membutuhkan investasi yang sangat besar. Ini menjadi salah satu faktor penyebab Indonesia menuju net zero emission prosesnya tidak singkat. Selain itu dibutuhkan kesadaran masyarakat yang tinggi untuk beralih menggunakan produk-produk yang efisien dan ramah lingkungan.

Jika dilansir dari website Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, ada lima sektor utama penyumbang emisi karbon yakni kehutanan dan lahan, pertanian, energi dan transportasi limbah serta proses industri dan penggunaan produk. Namun demikian, untuk menanggulangi emisi karbon di berbagai sektor tersebut, berbagai kebjakan telah disiapkan. 

Diantaranya, kebijakan di bidang pertanahan yaitu restorasi gambut, rehabilitasi mangrove, dan pencegahan devorestasi menjadi lahan pertanian. Kebijakan di bidang persampahan termasuk pengelolaan sampah melalui ekonomi sirkular. Kebijakan di sektor fiskal mencakup penerapan pajak karbon dan penghapusan subsidi energy secara menyeluruh pada tahun 2030. 

Kebijakan yang diterapkan di bidang energy dan transportasi diantaranya dengan beralih ke kendaraan listrik hingga 95% dari total kendaraan dan menggunakan energy baru terbarukan mendekati 100% pada tahun 2060.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun