Mohon tunggu...
Ulfa Saadah
Ulfa Saadah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

IAIN Jember

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sejarah Kehidupan dan Pemikiran KH Hasyim Asy'ari dalam Pendidikan Islam

3 April 2020   13:27 Diperbarui: 3 April 2020   13:36 7049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

1.Sejarah kehidupan KH. Hasyim Asy'ari

KH. Hasyim Asy'ari merupakan salah satu tokoh ulama besar yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Beliau lahir di Desa Gedang sebelah timur Jombang pada tanggal 24 Dzulqa'dah atau sama dengan 14 Februari 1871 M. Asy'ari merupakan nama ayahnya yang berasal dari Demak dan juga pendiri pesantren di Jombang. Sedangkan ibunya Halimah merupakan putri Kyai Usman pendiri dan pengasuh dari pesantren Gedang akhir abad ke-19 Masehi. KH. Hasyim Asy'ari adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara. Secara  silsilah, KH. Hasyim Asy'ari tidak dapat dipisahkan dari kehidupan pesantren. Dengan demikian tidak heran apabila beliau tumbuh menjadi ulama yang seluruh kehidupannya tidak dilepaskan sari lingkungan pesantren. Pesantren Tebuireng di Jombang Jawa Timur adalah pondok terbesar dan paling berpengaruh di Kabupaten Jombang. Konon, beliau dikandung oleh ibunya yang bernama Halimah selama 14 bulan. Kehamilan yang cukup lama tentunya berbeda dengan kehamilan ibu-ibu pada umumnya. Dalam keyakinan masyarakat Jawa pada masa itu, kehamilan yang panjang menandakan bahwa anak yang dikandung memiliki kecemerlangan atau kecerdasan.
   Pada tahun 1892 Masehi ketika KH. Hasyim Asy'ari berumur 21 tahun, ia dinikahkan dengan putri Kyai Yakub yaitu Khodijah. Beberapa bulan usai pernikahannya, ia bersama sang istri beserta mertuanya berangkat menunaikan ibadah haji dan menetap di Makkah. Belum sampai setahun Khodijah melahirkan anak pertamanya yang bernama Abdullah, kemudian tidak lama sesudah melahirkan istri KH. Hasyim Asy'ari meninggal dunia, dan juga disusul putranya yang masih berusia 40 hari. Setelah kejadian itu KH. Hasyim Asy'ari kembali pulang menuju Indonesia. Pada tahun 1893 beliau kembali ke Hijaz bersama dengan Anis adiknya, dan tidak lama kemudian adiknya meninggal di sana. KH. Hasyim Asy'ari tinggal di Makkah selama tujuh tahun. Beliau memiliki 15 anak. Peran beliau tidak hanya di dunia pesantren, melainkan juga ikut berjuang dalam membela negara. Bahkan menjelang akhir hayatnya, Bung Tomo dan Panglima Besar Jendral Soedirman kerap berkunjung kepada beliau untuk meminta nasehat perihal perjuangan melawan penjajah. KH. Hasyim Asy'ari meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1947 disebabkan oleh tekanan darah tinggi.

2.Pemikiran Pendidikan Islam menurut KH. Hasyim Asy'ari


   Dalam pendidikan beliau tidak hanya sekedar membangun pondok pesantren Tebuireng. Setelah mendirikan pondok beliau mewarnai lembaga pendidikannya dengan pandangan metodologi tradisional. Dalam pengembangannya, beliau banyak mengadopsi pendidikan islami klasik yang mengedepankan aspek-aspek normatif, tradisi belajar mengajar dan etika dalam belajar.
*Tujuan Pendidikan Islam
  Sebagai pemikir atau pakar pendidikan, KH. Hasyim Asy'ari pastinya telah membuat tujuan pendidikan secara jelas. Ada 3 tujuan pokok menurut KH. Hasyim Asy'ari. Pertama, pendidikan diarahkan untuk membentuk pribadi yang mampu menebarkan benih-benih kebaikan terhadap sesama makhluk. Kedua, pendidikan harus diarahkan kepada pembersihan jiwa hati dari ragam perkara kotor. Seperti penyakit hati, bujukan hawa nafsu, dengki, prasangka jelek dan lain sebagainya. Ketiga, pendidikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melalui pendidikan para peserta didik diajarkan cara-cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu pengajaran tata cara ibadah yang benar atau sesuai tuntutan alquran dan hadits, serta etika akhlak dalam beribadah harus diberikan porsi yang tepat.
*Kurikulum Pendidikan Islam
   Sebagai ulama yang andal dalam bidang pendidikan, tentunya beliau menguasai ragam persoalan mengenai pendidikan. Bahkan ia adalah pakar di bidang kurikulum dan metode belajar. Dalam kitabnya Adab al-Alim wa al-Muta'allim beliau mengatakan bahwa seorang murid hendaknya mempelajari empat bidang keilmuan yang hukumnya wajib sebelum mengkaji ilmu yang lain, yaitu ilmu tentang zat Allah, sifat Allah, fiqh, dan akhlak. Selanjutnya untuk memperoleh pengetahuan dan keyakinan yang mendalam mengenai ilmu fardhu'ain maka seorang murid mesti mempelajari alquran, tafsir, dan hadits.
   Pemikiran KH. Hasyim Asy'ari dalam pendidikan lebih menekankan pada etika dalam pendidikan. Dalam hal ini banyak dipengaruhi dengan keahliannya di bidang hadits. Juga searah dengan pemikiran al-Ghazali yang lebih menekankan pada pendidikan rohani. Misalnya belajar dan mengajar harus dijalani dengan hati yang ikhlas, semata-mata hanya karena Allah bukan sebab urusan dunia melainkan juga untuk kebahagiaan di akhirat kelak. Dan untuk mencapainya seseorang yang belajar atau mengajar harus memiliki etika, memiliki adab dan moral baik murid maupun guru sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun