Mohon tunggu...
Ulfan Rahmad Usman
Ulfan Rahmad Usman Mohon Tunggu... -

...suka baca kompas, tapi jarang membeli. berharap bisa menulis ngalor-ngidul...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jangan Takut untuk Cuci Darah

11 Mei 2012   02:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:27 8506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu, dokter memanggil saya. Jarum jam di dinding tepat pukul 17.40 WIB. Kami duduk berhadapan. Dengan suara yang tidak terlalu jelas, dia berkata, "Pilihannya hanya dua, cuci darah atau cuci darah".

Tidak ada yang lain. Jika setuju, saya diminta menandatangani sejumlah kertas. Satu di antaranya adalah persetujuan tindakan operasi dan cuci darah.

Ini (bukan) pilihan yang sulit, sekaligus menakutkan buat saya yang memang tidak pernah mengetahui seputar cuci darah. Jangankan cuci darah, mendengar ibu divonis mengalami fungsi ginjal saja, sudah membuat dengkul saya mendadak lemas. Seperti ada yang lepas di sana.

Tapi melihat kondisi ibu yang terbaring lemah dan kepayahan, sedih rasanya bila tak segera mengambil keputusan. Celakanya, saya juga tak mempunyai banyak informasi soal penanganan dengan cara lain di luar cuci darah.

Menurut dokter, fungsi ginjal ibu saya jauh menurun. Beberapa bagian tubuhnya membengkak. Ini yang akan coba dikurangi, sambil terus menurunkan kadar ureum dan kreatininnya.

"Air di dalam tubuhnya sudah masuk ke dalam paru-paru," kata dokter itu. Kasihan ibu jika airnya tak segera dikeluarkan.

Seingat saya waktu yang diberikan tak banyak. Mungkin sekitar 20 menit untuk memutuskan, mau atau tidak?

Setelah berunding dengan ketiga adik, saran itu akhirnya kami tempuh: ibu harus cuci darah secara rutin.

Awalnya, selama masa perawatan, cuci darah dilakukan setiap hari. Air yang dikeluarkan sebanyak 4.000 cc setiap cuci darah. Belakangan, setelah menjalani rawat jalan, volume air yang dikeluarkan berkurang. Kadang 2.000 cc, pernah juga 3.500 cc. Tergantung dari bertambahnya berat badan ibu.

Tak terasa, sudah tiga bulan ibu menjalani cuci darah. Sampai akhirnya kemarin menjalani operasi pemasangan semino di tangan kirinya.

Alhamdulillah, setelah tiga bulan menjalani cuci darah, kondisi ibu saya jauh membaik. Wajahnya terlihat segar. Gerakannya juga tak payah lagi. Jika dulu dia sulit turun dari tempat tidur, kini sudah bisa berjalan pelan-pelan untuk mencapai kursi di ruang tamu rumah kami.

Komunikasinya jauh lebih baik. Ibu juga sudah bisa bercanda lagi dengan dua cucunya yang tingkahnya ajaib-ajaib itu. Pokoknya, alhamdulillah, ya Allah. Engkaulah Maha Mengetahui Segalanya...

++++

Yang ingin saya share di sini, cuci darah bukanlah hal yang menakutkan. Jika pilihan itu hadir pada diri dan keluarga Anda, bersikaplah tenang. Riset sebanyak-banyaknya soal itu. Tanya kanan-kiri mengenai cuci darah. Sekarang ini beberapa dokter dan penderita gagal ginjal aktif menulis di milis-milis. Mereka berbagi pengalaman soal penanganan dan perawatan penyakit gagal ginjal.

Oh ya, jangan takut juga melihat alat cuci darah, yang bagi sebagian orang menyeramkan itu. Meski bukan obat yang menyembuhkan, cuci darah bisa membuat tubuh lebih segar. Ibu saya telah membuktikan itu.

Jika ada yang sedikit "merepotkan", Anda atau keluarga hanya harus benar-benar memperhatikan pola makan dan hidup. Minum air juga tidak boleh banyak. Sama pelaksanaan cuci darah yang memang lumayan bikin tidak betah; sekali cuci darah sekitar empat jam.

Tapi jalani saja dengan semangat. Ubah saja pikiran Anda dengan menjadikan cuci darah sebagai gaya hidup atau bagian dari keseharian. Sesuatu yang harus dijalani, seperti halnya kita datang ke tempat ibadah atau pergi ke tempat belajar. Ibu saya bilang, anggap saja pergi bersilaturahmi dengan mereka yang sama-sama penderita ginjal dan para perawat.

Satu lagi yang pasti, yakini juga dalam diri, bahwa cuci darah bukanlah gerbang kematian. Karena itu memang hak prerogatif Allah. Rahasia Illahi. Tidak ada yang tahu kapan waktunya. Namun satu hal yang pasti, berikhtiarlah semampunya. Sebab, DIA suka dengan makhluk yang berusaha dan berdoa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun