Ditengah perekonomian yang naik turun, harga cabai merah yang melambung tinggi serta keinginan yang sering melampaui batas, kita dihadapkan pada beberapa pilihan. Pilihan yang sebenarnya tidak terlalu berstandar tinggi apalagi dengan pikiran yang terlalu serius. Apakah akan menjadi produktif ataukah konsumtif?
Apapun jawabannya atau memilih tidak menjawab itu adalah sebuah pilihan. Asal nyaman dan membuat hati tentram sebenarnya tidak ada salahnya. Menjadi kosumtif artinya harus menghasilkan uang dengan jalan apapun. Rasanya menjadi konsumtif lebih sulit karena sejatinya perilaku konsumtif akan bergantung dengan orang lain. Berbeda dengan produktif, cara ini menekankan harus bisa sendiri dalam segala hal.
Seperti halnya harga cabai merah yang melambung tinggi, tidak harus dengan pekarangan yang luas, bahkan di dalam pot pun cabai dapat tumbuh asal rajin menyiram dan memeliharanya. Apalagi di bulan ini, Desember, sudah sering diguyur hujan. Lalu, jika alasannya adalah sibuk bekerja lantas tidak ada waktu menanam cabai. Itu bukanlah alasan.
Coba pikirkan lagi tanaman yang mudah ditanam di rumah dan tidak membutuhkan banyak waktu untuk merawatnya. Pasti ada solusi di tengah kekurangan, asal mau berusaha.
Bagi pecinta pedas, makan tanpa cabai serasa makan tanpa garam. Orang Indonesia pun berkata makan tanpa cabai, masakan menjadi kurang tendangan. Kebutuhan akan cabai kian meningkat seiring bertambahnya orang-orang yang suka makan pedas. Oleh karenanya, cabai merah, cabai hijau, dan cabai rawit perlu ditanam untuk kebutuhan sehari-hari.
Apalagi di tengah cuaca yang sering mendung. Membuat olahan mi kuah dengan rasa yang pedas membuat keringat kian berucuran deras dan tubuh menjadi hangat.
Saingan cabai adalah merica. Jika sambal terasi bertemu dengan sayur sop menjadi perpaduan yang khas. Apalagi adanya tempe goreng. Wah, makan akan menjadi lahap.
Menanam merica tidaklah sulit, merica yang merambat bisa dirambatkan ke tanaman lain yang tidak terlalu tinggi sehingga mudah untuk dipanen. Merica pohon cukup diletakkan di pot besar. Ketika merica sudah berbuah dan berwarna merah, itu artinya merica siap dipanen.
Sambal tidak akan sedap tanpa adanya rasa asam di dalamnya. Itulah fungsi tomat untuk penambah rasa asam yang menyegarkan. Pada sambal terasi, tomat bisa diganti dengan jeruk nipis. Rasanya tidak kalah mewah.
Terung merupakan sayur yang sangat gampang dimasak. Cukup direbus dalam air yang diberi garam, dikecapi dengan tumisan bawang merah, bawang putih, dan cabai, sudah bisa dijadikan lauk. Menu yang paling disukai biasanya terung sambal.
Musuh terbesar timun dan belewah hanyalah bekicot. Bekicot yang banyak mengakibatkan timun dan belewah mati. Bekicot memakan daun, sesudah tidak ada lagi daun muda, Â bekicot akan menyerang akar sehingga menyebabkan timun dan belewah mati.
Cukup jauhkan saja dari bekicot, selanjutnya pemeliharaannya tidaklah sulit. Namun, timun juga harus diawasi sebelum benar-benar menyatu dengan lanjarannya. Jika tidak, timun menjadi menggantung tidak sempurna. Itulah yang menyebabkan adanya timun yang bungkuk. Belewah tidak perlu diberi lanjaran karena tumbuhnya merambat.
Kecipir dan Gambas
Kecipir enaknya ditumis dan disambal. Sementara gambas dapat dimasak tumis, sambal, maupun bening. Kecipir dan gambas perlu lanjaran, tetapi hidupnya juga tidaklah sulit. Tidak harus dengan pupuk yang banyak. Hal yang sangat diperlukannya adalah air yang cukup karena tanaman ini tidak tahan terhadap kekeringan.
Aneka Bumbu Masak
Beraneka ragam bumbu masak, Â ada yang berumbi, ada yang berupa daun dan buah. Bumbu masak yang biasa digunakan yaitu kunyit, jahe, kencur, serai, kayu manis, laos, daun salam, daun jeruk, kemangi, ruku-ruku, dan masih banyak lagi. Bumbu masak yang telah disebutkan tadi sangat dapat ditanam sendiri. Daripada harus membeli tiap hendak memasak, memetik dari pohonnya jauh lebih ekonomis.
 Setelah dipikirkan lebih dalam, enak bukan memiliki tanaman pangan sendiri? Jika iya, segera mulai bersiap membeli bibitnya melalui pembibitan atau melalui biji atau umbi yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H