Perpindahan masyarakat dari desa ke kota menjadi tantangan tersendiri bagi para pihak yang berwenang untuk menunjang layanan dan fasilitas seperti tempat tinggal, infrastruktur kesehatan, pendidikan, serta moda transportasi yang menjadi sasaran permintaan utama dari kondisi peningkatan pertumbuhan penduduk yang pesat. Mengutip dari situs Badan Pusat Statistik, kini Indonesia telah mencapai angka 281.603.800 jiwa. Dengan jumlah tersebut, Indonesia menjadi negara dengan populasi terbanyak ke-4 di dunia. Hal ini kemudian memaksa pemerintah mengambil keputusan alih fungsi lahan sebagai salah satu cara untuk mengakomodasikan kebutuhan masyarakat.
Tindakan ini dinilai efektif dan cepat dalam menghadapi suatu tantangan atas peningkatan jumlah populasi di Indonesia, tetapi di saat yang bersamaan turut membuka permasalahan yang baru. Dampak yang harus ditanggung melalui keputusan alih fungsi lahan merupakan persoalan yang serius, karena banyak yang harus dikorbankan demi pembangunan infrastruktur di suatu lahan yang kemudian menyebabkan terganggunya keanekaragaman hayati. Terlebih, manusia telah menjadi sumber dari banyaknya kerusakan pada lingkungan kehidupan seperti bukti bahwa telah berkurangnya 27% bagian dari hutan di Indonesia pada tahun 2023 yang mengancam banyak hewan dan tumbuhan di dalamnya. Selain itu, pengolahan limbah yang tidak tepat mencemari udara dan air dan memberikan buruk bagi keseimbangan alam.
Situasi yang terjadi saat ini tidak bisa dihindari mengingat manusia juga harus memenuhi kebutuhan dasar pokok demi menyambung kehidupan. Namun, tindakan manusia yang tidak terkendali bisa menyebabkan kerusakan alam dan mengantarkan manusia pada kepunahan manusia itu sendiri lebih cepat daripada apapun. Keberlanjutan lingkungan dan sumber daya alam sangat penting untuk masa depan kita. Pengorbanan atas kerusakan yang terjadi, bisa menyebabkan penurunan produksi pangan dan degradasi ekosistem lokal yang berdampak buruk bagi keseimbangan alam.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah dan mengelola alih fungsi lahan, seperti memberikan intensif, menguatkan undang-undang terkait zona lahan hijau hingga reboisasi. Terdapat salah satu solusi yang menjadikan konservasi dapat dilakukan dengan cara yang unik serta meluas namun tidak menghilangkan esensi dari menjaga keanekaragaman hayati, yakni dengan memanfaatkan ruang di daerah pinggiran kota, serta mendorong suatu desa untuk melakukan transformasi ke desa wisata. Tindakan ini memungkinkan masyarakat desa untuk mempertahankan sumber daya alam di desa sekaligus membuka peluang ekonomi yang menyasar sektor pertanian, penginapan, kuliner, dan kerajinan khas desa.Â
Seorang ibu rumah tangga yang saat ini menjalani bisnis kopi bubuk di Desa Alamendah kecamatan Rancabali, Bandung, Jawa Barat, Indonesia menuturkan rasa syukurnya melalui wawancara singkat terkait pengaruh desa yang telah berkembang menjadi desa wisata dapat menunjang perekonomian masyarakat.Â
"Alhamdulillah, selama ini kami (masyarakat desa) terus mempertahankan apa yang menjadi ciri khas alam serta budaya di desa ini. Dengan upaya kami dalam mengembangkan berbagai macam sektor yang ada, pendapatan masyarakat sudah sangat terbantu. Memang pada awalnya desa kami ini kurang dikenal, tapi sekarang sudah banyak mahasiswa yang datang untuk memberikan pelatihan, tidak jarang juga desa kami menjadi tujuan wisata turis lokal dan mancanegara."Â
Desa wisata adalah bukti nyata bahwa aspek pelestarian alam dapat dipadukan sebagai bentuk komersialisasi yang ramah lingkungan tanpa harus mengalihfungsikan lahan di desa. Potensi yang ada di desa-desa akan berkembang seiring dengan berjalannya usaha masyarakat lokal didorong oleh digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berkaitan dengan bidang kuliner, kerajinan, jasa, dan lainnya. Kegiatan ini akan memberikan manfaat ekonomi secara langsung melalui pertahanan masyarakat yang berupaya membangun praktik dan keberlanjutan keanekaragaman hayati yang bermanfaat bagi masa depan.
Demi mencapai kesejahteraan bersama, diperlukan kerjasama antara pihak yang berwenang, masyarakat, dan generasi muda untuk saling menjaga aset jangka panjang yang berguna  bagi seluruh makhluk hidup. Generasi muda turut berperan dalam urgensi mencegah kerusakan dan kepunahan yang terjadi saat ini, salah satunya dengan memberikan pelatihan dan bimbingan secara langsung bagi masyarakat terkait pengelolaan lingkungan yang sifatnya berkelanjutan. Sebagai generasi yang paling akrab dengan kemajuan teknologi, cara pandang dan bentuk dukungan yang diberikan tentu berbeda di setiap zamannya. Hal ini dinilai menguntungkan bagi semua pihak, jika pemerintah dapat dengan tegas mengambil keputusan dari aksi konservasi alam secara mandiri, generasi muda akan lebih gencar menyasar desa-desa untuk menonjolkan nilai tambah yang terdapat di dalamnya. Dengan begitu, kualitas sumber daya manusia di desa juga akan meningkat diikuti dengan keberhasilan desa dalam memenuhi kebutuhan pembangunan sambil tetap melestarikan alam dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Transformasi suatu desa menuju tahap desa wisata, tidak hanya melindungi keanekaragaman hayati dan produktivitas pangan, tetapi turut menciptakan peluang ekonomi yang baru dan bermanfaat bagi masyarakat pedesaan. Solusi ini dapat memenuhi kebutuhan pembangunan tanpa harus mengorbankan masa depan lingkungan dan generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H