Sepotong pagi goreskan sepi Di penghujung akhir santap pagiku, Ada pekerjaan yg sudah menunggu Ku ukir pelaaaan pelaaaan…. Tahukah ukiran itu? Rangkaian rindu menggebu Mungkin juga tanpa ujung… Lampu trotoar redup, Namun percikan cinta pagi ini terbakar kian beringas Bakar sketsa-sketsa buram yang tersimpan Embun pun membisu lihat langkahku Mungkin karena kau terlalu bersemangat Apa iya sayang? Apa iya, aku sekuat itu? OOhh…. Andai andai.. Hmmm jika jika jika saja.. Ah tapi mustahil Tuhaaaaaaannnnn.. Tuhaaaaannnnnnn…. Ingin sekali menyentuhnya Ingin ku hempas kerinduan yang sudah luber ini Aku tak tahan Tuhaaannnnnn… Bagaimana bisa? Tuhaaannnnnnnn, mengapa rindu ini malah buatku sakit? Ahhhh bukan, aku sudah tak dapat merasakan sakit. Oh Tuhan, aku terlalu banyak mengeluh… Di sini segalanya serba ada, Andaiiiiiiiii saja ada facebook Kan kupasang statusku hari ini “Ingin memeluk sepotong pagiku bersamamu” Sayang, jangan khawatir….. Sudah ku kirimkan bidadari Buah mengemis tadi dari Tuhan,, Semoga kau nyaman dengan pemberianNya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H