Mohon tunggu...
Ulfa Arifah
Ulfa Arifah Mohon Tunggu... Guru - Konselor SMP

Halo. saya suka membaca dan menulis. Mari berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dukungan Negatif Orang Tua Jerumuskan Anak

2 September 2023   16:00 Diperbarui: 2 September 2023   17:19 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Penegakan aturan sekolah merupakan hal yang tidak bisa tidak, harus dilaksanakan apabila menghendaki terciptanya sekolah yang berkualitas. Dalam hal ini, kerjasama seluruh komponen sekolah (guru mata pelajaran, guru BK, wali kelas, kesiswaan, osis, orang tua, staff administrasi, kepala sekolah, pembina ekstra kurikuler, komite dan siswa) perlu dikuatkan. Adalah hal yang tidak pantas, jika sebagian guru harus berjuang membentuk karakter yang ideal, sementara sebagian guru lain justru menjadi mitra orang tua yang salah dalam mendidik anaknya. Apabila hal demikian sampai terjadi, maka para siswa akan mengalami kebingungan, sedangkan siswa yang dibela akan lebih bebas berbuat sekehendak hatinya. Siswa gelisah untuk mengikuti aturan yang mana. Dan juga akan terjadi gap antar guru satu dengan lainnya. Hal ini juga bisa menyebabkan turunnya kualitas kinerja guru, dan berakibat pada menurunnya prestasi siswa. Disamping itu, para siswa akan belajar satu hal, bahwa kekuasaan dan uang bisa membereskan semuanya. Jika pola pikir seperti ini tumbuh subur tanpa ada yang meluruskan, maka sungguh kasihan masa depannya yang juga termasuk masa depan bangsa.

            Kerjasama awal antara wali murid dan guru bisa dimulai saat pendaftaran sekolah. Pada saat itu, pihak sekolah mensosialisasikan kepada orang tua dan siswa mengenai aturan sekolah yang wajib ditaati, beserta konsekuensinya. Jika perlu ada perjanjian bermaterai. Melalui sosialisasi ini pihak sekolah berharap selama tahun-tahun pembelajaran ke depan tidak akan ada banyak kesulitan yang dihadapi anak, guru, maupun orang tua.

Sedangkan pada tahap berikutnya, diadakan pertemuan wali murid untuk tiap-tiap kelas, dengan wali kelasnya (parenting) setiap tiga atau enam bulan sekali. Saat bertemu muka itulah guru bisa mendiskusikan perkembangan anak dengan orang tuanya. Dari sini, orang tua akan mengetahui kondisi anaknya, sehingga diharapkan mereka tahu apa yang harus mereka lakukan. Namun, Jika guru - orang tua merasa harus bertemu untuk membicarakan kepentingan anak, mereka tidak perlu menunggu selama tiga atau enam bulan. Supaya anak bisa segera terbantu menyelesaikan kesulitan-kesulitannya dan kembali fokus belajar. Untuk mempermudah komunikasi, para wali murid bersama guru bisa membentuk grup sosial media.

Dalam pertemuan tersebut anak-anak  juga bisa mempertunjukkan potensi-potensi yang mereka miliki kepada orang tua, sebagai usaha pembentukan konsep diri positif bahwa mereka memiliki sesuatu yang pantas diakui, dihargai dan dibanggakan (kegiatan gelar karya). Dengan demikian maka hubungan yang harmonis antar anak, orang tua dan guru bisa terjalin. Dan yang lebih penting, potensi anak bisa berkembang optimal.

Anak adalah aset orang tua dan juga aset negara. Jika pola asuh sejak dini oleh orang tua dan guru serta lingkungan masyarakatnya benar, maka cerahlah masa depannya dan juga masa depan negaranya. Berbahagialah orang tuanya karena mereka bisa mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun