Mohon tunggu...
ulfatun Rohmah pgsd kebumen
ulfatun Rohmah pgsd kebumen Mohon Tunggu... -

ingin aku melakukan yang terbaik dalam hidupku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mari Berpikir Kreatif dan Problem Solver

29 November 2010   04:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:12 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menjadikan anak kreatif. Kreatif adalah berbeda dari yang lain. Semua orang itu kreatif. Kreatifnya seseorang tergantung pada bidang apa. Ada yang kreatif dalam menulis, melukis, dalam bidang musik dan lain-lain sesuai dengan minat masing-masing individu. Me4njadikan anak kreatif ialah sangat perlu. Sebagai pendidik kita harus menggali potensi anak agar anak itu mampu untuk berpikir kreatif. Kebanyakan anak yang berprestasi tinggi namun tidak mampu menciptakan sesuatu yang kreatif itu karena anak tersebut berada pada lingkungan yang otoriter. Mereka kurang mampu berpikir secara bebas. Orang tua dan guru perlu memperhatikan hal ini. Bebaskanlah cara berpikir dan gaya belajar mereka. Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kretivitas antara lain: pertama, waktu. Untuk menjadi kretif kegiatan anak jangan diatur sedemikian rupa sehingga anak-anak kurang waktu untuk bermain dan mencoba hal-hal yang baru. Kedua, kesempatan menyendiri. Hanya apabila tidak mendapat tekanan dari orang lain anak akan menjadi kreatif. Singer menerangkan “ anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya”. Ketiga, dorongan. Dorongan dari keluarga, masyarakat dan teman-temannya akan memicu anak untuk kreatif serta apapun yang telah dilakukan atau telah dihasilkan anak jangan sekali-kali diberi ejekan karena ejekan tersebutt dapat mematahkan semangat kreativitas anak. Keempat, sarana. Adanya sarana yang memadai akan mendukung anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi. Kelima, lingkungan yang merangsang. Lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan atau dorongan untuk menggunakan sarana yang mendorong kreativitas. Keenam, hubungan orang tua anak yang tidak posesif. Orang tua yang terlalu melindungi anak menjadikan anak tersebut menjadi manja dan tidak mandiri. Menjadikan anak mandiri tidak perlu denganorang tua terlalu posesif terhadap anak. Ketujuh, cara mendidik anak. Didiklah anak secara demokratis di rumah dan sekolah karena jika anak dididik secara otoriter daya kreatif anak akan rendah. Kedelapan, kesempatan untuk memperoleh. Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak akan semakin baik daya kreatifnya.

Problem solver.tujuan pembelajaran tidak hanya untuk memahami dan mendapat pengetahuan saja. Namun, pengetahuan yang diperoleh dapat untuk memecahkan masalah yang timbul. Pemecahan masalah dipandang sebagaisuatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan masalah sangat penting bagi siswa dan untuk masa depannya. Diatas telah kita baca bagaimana membuat anak kritis dan kreatif. Sebenarnya tujuan akhir berpikir kritis adalah untuk memecahkan masalah. Sebelum menjadikan anak problem solver ada baiknya terlebih dahulu kita menjadikan anak kritis dan kreatif. Masalah yang akan dihadapi kelak akan bermacam-macam. Maka terdapat juga strategi pemecahan masalah yang bermacam-macam. Misalnya, strategi belajar berbasis masalah yang dikemukakan oleh Fogarty (1997) yaitu:

1.Menemukan masalah,

2.Mendefinisikan masalah,

3.Mengumpulkan fakta,

4.Menyusun hipotesis

5.Melakukan penyelidikan

6.Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan,

7.Menyimpulkan alternative pemecahan secara kolaboratif, dan

8.Melakukan pengujian hasil pemecahan masalah.

Ada juga pemecahan masalah menurut solso (dalam wankat dan Oreovocz, 1995) mengemukakan enam tahap dalam pemecahan masalah:

1.Identifikasi masalah,

2.Representasi masalah,

3.Perencanaan pemecahan,

4.Menerapkan perencanaan,

5.Menilai perencanaan,

6.Menilai hasil pemecahan.

Masalah yang dihadapi berbeda-beda maka penyelesaiannya juga menyesuakan dengan masalah yang ada. Dalam menyelesaikan masalah harus tahu apa itu masalahnya dan kita ketahui tahap-tahap dalam menyelesaikan masalah seperti diatas. Sejak dini kita mulai melatih anak untuk menjadi problem solver.

Daftar Pustaka:

Harlock B Elizabeth.1978.Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Wena made.2009.Strategi Pembelajaran Inovatif Komplementer. Jakarta: Bumi akasara.

Carol Wade, Carol Lavis. 2007. Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Johnson B. Elaine. 2002. ContextualTeaching & Learning. Bandung: Mizan Learning Center.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun