Mohon tunggu...
Ulfa Khairina
Ulfa Khairina Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Somewhere to learn something. Explore the world by writing. Visit my homepage www.oliverial.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Warna-warna Angin

9 Oktober 2015   10:33 Diperbarui: 9 Oktober 2015   11:13 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara riuh kiri dan kanan terdengar memenuhi ruang dengar Ayah Imelda. Imelda sudah dibawa jauh oleh angin puting beliung. Tapi rasa malu dan ketakutan mulai mengusik hidupnya.

“Kalau aku tahu mereka bukan keluarga baik-baik, aku tak akan melamar anak gadisnya” Suara bisan yang sah empat puluh menit lalu sampai ke telinga Ayah Imelda.

“Katanya anaknya meninggal. Nggak tahunya gila dan dikurung”

“Dasar orang tua tak tahu diri!!!”

Di belahan tempat lain, Imelda duduk menatap laut. Hembusan angin membawanya kemari. Di sini ia bisa melihat alam bebas lebih indah daripada berada di kamarnya. Hembusan itu kini berwarna biru, menyerbak aroma laut yang indah.

“Terimakasih, bayu.... Kamu telah membebaskan aku dari kekejaman manusia. Aku mencintaimu...” Imelda tergeletak di atas bukit. Hembusan lembut angin membelai rambutnya.

Kembalilah kepada penciptamu Imelda.... Kamu akan mendapat ketenangan di sana....

***

Takengon, 24 Agustus 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun