Suara riuh kiri dan kanan terdengar memenuhi ruang dengar Ayah Imelda. Imelda sudah dibawa jauh oleh angin puting beliung. Tapi rasa malu dan ketakutan mulai mengusik hidupnya.
“Kalau aku tahu mereka bukan keluarga baik-baik, aku tak akan melamar anak gadisnya” Suara bisan yang sah empat puluh menit lalu sampai ke telinga Ayah Imelda.
“Katanya anaknya meninggal. Nggak tahunya gila dan dikurung”
“Dasar orang tua tak tahu diri!!!”
Di belahan tempat lain, Imelda duduk menatap laut. Hembusan angin membawanya kemari. Di sini ia bisa melihat alam bebas lebih indah daripada berada di kamarnya. Hembusan itu kini berwarna biru, menyerbak aroma laut yang indah.
“Terimakasih, bayu.... Kamu telah membebaskan aku dari kekejaman manusia. Aku mencintaimu...” Imelda tergeletak di atas bukit. Hembusan lembut angin membelai rambutnya.
Kembalilah kepada penciptamu Imelda.... Kamu akan mendapat ketenangan di sana....
***
Takengon, 24 Agustus 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H