Mohon tunggu...
Ulfa Khairina
Ulfa Khairina Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Somewhere to learn something. Explore the world by writing. Visit my homepage www.oliverial.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Warna-warna Angin

9 Oktober 2015   10:33 Diperbarui: 9 Oktober 2015   11:13 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Imelda....!!! Jangan terus berteriak. Sebentar lagi akan datang tamu kehormatan yang akan melamarku” Suara Anastasia terdengar samar di antara gedoran pintu.

Sayang, aku akan selalu ada di sisimu. Aku akan terus bersamamu. Tiap hari aku akan datang dengan warna-warna baru yang kau inginkan.akan aku bawa aroma kebebasan untukmu, Imelda...

“Kapan kau akan melamarku, bayu... Aku butuh dirimu. Aku butuh kamu untuk menopang hari-hariku. Hidupku tentu akan lebih berwarna dan indah bila bersamamu. Kapan?” Imelda merengkuh aroma mawar jingga di hadapannya.

Aku akan datang pada saat yang tepat untuk melamarmu. Tapi tolong dengarkan aku. Berhentilah berteriak-teriak. Sebentar lagi tamu dari keluarga kakak iparmu akan datang.

“Tidak, bayu... aku tidak mau. Aku ingin kau juga melamarku. Kita akan menikah. Lalu punya anak. Kita akan hidup bahagia selamanya, bayu.....” Ucapan Imelda diselingi raungan dan isakan. Lalu ia tertawa saat aroma mawar jingga berbentuk telapak tangan menyentuh lembut pipinya.

Aku berjanji akan membawamu pergi. Kamu juga harus berjanji padaku agar tak bertingkah aneh. Aku akan datang bila saatnya tiba. Imelda sayang, tugasku masih banyak. Aku harus pergi. Berjanjilah padaku. Kau tak akan berbuat konyol dan tetap di kamar ini. Aku akan menjemputnya.

“Imelda...!!!” Suara bentakan dari balik pintu yang bergembok terdengar keras. Imelda tersentak. Saat itu pula hembusan dengan aroma mawar jingga telah pergi.

Imelda menatap keluar jendela. Wujudnya kini sudah lebih besar dengan warna yang berbeda. Warna ungu, menyatu dengan kupu-kupu berayap ungu. Imelda tersenyum dan melambaikan tangan ke arah sekelompok kupu-kupu bersayap ungu. Juga hembusan ungu yang bergerak cepat meninggalkannya.

Imelda kembali berpaling ke arah pintu dengan kaget. Suara gemerincing kunci terdengar lebih cepat dan riuh dari biasanya. Ini berarti si pembuka pintu tengah dilanda amarah.

“Tolong jangan ribut. Redam suaramu. Aku tidak akan membiarkan kamu hidup bila orang-orang di luar sana tahu kalau aku punya anak sepertimu” Bentak lelaki yang pernah dikkenalnya itu. Matanya memerah dan dia menutup lagi pintu. Kemudian membukanya lagi dan hanya melngokkan kepalanya, “Makan nasimu. Jangan buat aku tambah repot karena kamu”. Pintu ditutup lagi. Sedikit membanting.

Imelda sayang, dengar aku. Jangan berbuat apapun yang membuat mereka marah. Aku akan segera kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun