[caption id="attachment_298920" align="aligncenter" width="640" caption="Bersama teman-teman sekelas di Communication University of China"][/caption]
Suatu hari di Communication University of China, Beijing.
***
Sepertinya saya terlalu tua untuk berpikir bahwa banyak orang di sekeliling kita berbicara tidak seperti kenyataan yang ada. Ini karena beberapa waktu lalu sebelum ujian dilaksanakan, saya berkata pada mahasiswi program bachelor yang kuliah di kampus yang sama.
"Temanku itu hebat banget, lho. Dia nggak belajar, kerjanya tidur melulu. Tapi hasil ujiannya bagus. Pas graduation aja kita berdua maju ke depan untuk menerima piagam. Hebat!"
Kemudian si adik ini berkata, "Dia bohong, kak. Orang-orang model dia itu kelihatan banget rajin belajar, taat aturan dan anak baik. Dia belajar mati-matian kak. Cuma dia nggak mau ngaku saja atau orang lain tahu kalau dia belajar"
Saya kaget. Lalu berkata, "Tapi dia kayaknya bukan orang seperti itu"
"Teman-temanku banyak yang seperti itu, kak. Ngakunya nggak belajar, padahal dia tipikal gila belajar. Dia cuma nggak mau menunjukkan saja ke orrang. Di kelas dia tidur, seolah bad student. Di asrama bergadang sampai pagi" Saya diam.
Beberapa hari setelah perbincangan singkat ini, saya mengamati teman saya ini. Diam-diam saya amati bukunya. Penuh coretan, dia tidak memiliki catatan rapi seperti teman-teman gank lainnya. Hanya sebuah buku tulis tipis jelek khas pemalas. Semua catatan ditulis di buku paket.
Tugasnya selalu selesai. Hampir tidak pernah dia lirik kiri kanan untuk mengcopy jawaban. Dia siap ditodong dosen kapan saja untuk maju ke depan. Hampir sepanjang pelajaran dia mengeluh, "I hate chinese..." Seolah belajar bahasa mandarin adalah paksaan karena syarat mutlak untuk mulai kuliah di jurusan masing-masing semester depan, di bulan September. Suatu siang saya mampir ke kamarnya untuk mengambil kopian listening HSK. Saya jarang berkunjung ke kamar-kamar. Saya membuktikan kata-kata mahasiswa S1 yang masih semester dua itu "...dia sebenarnya belajar..."
Yach, tumpukan kertas-kertas dengan coretan hanzi berulang-ulang membuktikan kalau dia sangat rajin belajar. Study hard. Manusia memang sering mengatakan hal-hal yang sebenarnya bertolak belakang dengan kenyataan. Terkadang dia melakukan hal tersebut untuk menutupi kemungkinan buruk yang terjadi pada dirinya. kejujuran bahkan sulit diungkapkan pada teman terdekatnya. Hal kecil yang paling berharga dalam hidup.
Dalam setahun ini saya sudah menemukan empat orang seperti itu. Satu sama lain tidak slaing mengenal, bahkan budayanya juga berbeda. Dari sini saya belajar tentang hidup. Jika tidak ingin melepas panah, jangan pegang busur. Selama kita memegang busur, tentu ada keinginan untuk memanah atau ditanyai kemampuan memanah. Empat orang yang membuat saya terbengong-bengong karena kata-kata 'tidak' itu benar-benar mengagetkan. Namun saya menyadari bahwa 'mungkin' dia punya alasan mengatakan 'tidak' walau saya sendiri tidak yakin dengan alasan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H