Mohon tunggu...
UKM PIKMAG UNAND
UKM PIKMAG UNAND Mohon Tunggu... Lainnya - Unit Kegiatan Mahasiswa PIKMAG Universitas Andalas

Ada untuk mahasiswa, bicara persoalan kita!

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Family Man or Fatherless?

12 Desember 2024   12:02 Diperbarui: 12 Desember 2024   12:02 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Oleh Adisha Ayu Fariska, seorang mahasiswi Universitas Andalas yang berkegiatan di Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa Andalas Group.

Apa Itu Fatherless? 

Istilah fatherless country marak dibahas dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah psikolog, pemerhati anak dan remaja, dan pegiat keayahan mengklaim Indonesia termasuk negara dengan peran ayah yang minim di keluarga. Ketiadaan peran seorang ayah dalam keluarga, dinilai memiliki sejumlah dampak negatif pada perkembangan anak. program sosialisasi yang dilakukan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang bertajuk "Peran Ayah dalam Proses Menurunkan Tingkat Fatherless Country Nomor 3 Terbanyak Di Dunia."

Pemerhati pendidikan dan anak, Retno Listyarti, mengartikan fatherless sebagai kondisi di mana anak kehilangan figur ayah dalam proses tumbuh kembangnya. Atau, anak yang mempunyai ayah, tapi ayahnya tidak berperan maksimal dalam proses tumbuh kembang anak karena pengasuhan dan pendidikan diserahkan kepada ibu. Sedangkan psikolog anak Edward Elmer Smith mengartikan fatherless country sebagai kondisi negara yang masyarakatnya cenderung tidak merasakan keberadaan dan keterlibatan figur ayah dalam kehidupan anak, baik fisik maupun psikologis.

Isu ketidakhadiran ayah dalam pengasuhan anak tidak lepas dari konstruksi sosial masyarakat Indonesia tentang peran gender antara laki-laki dan perempuan. Laporan State of the World's Father's yang ditulis Rutgers Indonesia pada 2015 menyebutkan, budaya patriarki sebagai salah satu alasan absennya ayah dalam perkembangan anak di Indonesia. Mengenai fenomena fatherless ini juga dibahas Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Diana Setiyawati. Ia mengatakan dalam pengasuhan anak membutuhkan keterlibatan orang tua, yaitu ayah dan ibu secara berimbang. Artinya, pengasuhan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu saja, tapi juga ayah.

Apa Peran Ayah? 

Peran seorang ayah dalam keluarga sering kali menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Sebagai kepala keluarga, ayah memegang peran penting dalam membentuk fondasi emosional dan psikologis anak-anaknya. Namun, di tengah perubahan sosial yang terjadi, kita juga melihat semakin banyaknya keluarga yang tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah, baik karena perceraian, kematian, atau pilihan hidup lainnya.

Family Man: Pilar Keluarga

Seorang "Family Man" adalah ayah yang hadir secara fisik dan emosional dalam kehidupan keluarganya. Kehadirannya tidak hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai pendidik, pelindung, dan contoh bagi anak-anaknya. Seorang ayah yang terlibat secara aktif dalam kehidupan anak-anaknya dapat memberikan dampak positif yang signifikan. Mereka cenderung memiliki anak-anak yang lebih percaya diri, memiliki keterampilan sosial yang baik, dan lebih sukses di sekolah.

Peran ayah yang penuh kasih sayang juga penting dalam mendidik anak-anak tentang nilai-nilai kehidupan, seperti kerja keras, tanggung jawab, dan empati. Ayah yang menjadi role model positif dapat membimbing anak-anaknya untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dan mandiri di masa depan.

Namun, menjadi seorang "Family Man" tidak selalu mudah. Tuntutan pekerjaan, tekanan sosial, dan ekspektasi yang tinggi dari masyarakat sering kali membuat seorang ayah kesulitan untuk menyeimbangkan antara tanggung jawab profesional dan keluarga. Di sinilah pentingnya dukungan dari pasangan dan kesadaran diri seorang ayah untuk tetap prioritaskan keluarganya.

Tantangan Tanpa Kehadiran Ayah

Di sisi lain, ada juga fenomena yang disebut "Fatherless," yaitu situasi di mana seorang anak tumbuh tanpa kehadiran ayah. Fenomena ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perceraian, kematian, atau keputusan seorang ayah untuk tidak terlibat dalam kehidupan anaknya.

Anak-anak yang tumbuh tanpa ayah sering kali menghadapi tantangan yang lebih besar dibandingkan mereka yang memiliki ayah yang hadir. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak fatherless lebih rentan terhadap masalah emosional, seperti kecemasan dan depresi. Mereka juga cenderung mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan yang sehat dengan orang lain dan mungkin menghadapi tantangan akademis yang lebih besar.

Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua anak yang tumbuh tanpa ayah akan menghadapi masalah ini. Banyak anak yang tumbuh dalam keluarga single-parent atau dengan kehadiran figur ayah pengganti yang kuat, seperti kakek, paman, atau mentor, dapat berkembang dengan baik. Kehadiran sosok pengganti yang memberikan dukungan emosional dan stabilitas dapat membantu mengurangi dampak negatif dari ketiadaan ayah.

Dapat disimpulkan, peran ayah dalam keluarga sangat penting, baik sebagai "Family Man" yang hadir dan aktif dalam kehidupan anak-anaknya, maupun sebagai figur yang diingat meskipun tidak hadir secara fisik. Masyarakat perlu memberikan dukungan kepada ayah dalam menjalankan perannya, serta kepada keluarga yang berjuang dengan ketiadaan ayah, untuk memastikan bahwa semua anak mendapatkan kesempatan terbaik untuk berkembang menjadi individu yang sehat secara emosional dan sosial. Pada akhirnya, yang paling penting adalah bagaimana seorang ayah atau figur pengganti dapat menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang, dukungan, dan stabilitas bagi anak-anak, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang bahagia dan berdaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun