Mohon tunggu...
ukim komarudin
ukim komarudin Mohon Tunggu... -

Guru SMP Labschool Kebayoran, Penulis, dan Motivator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lari

15 Juni 2014   06:14 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:41 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

From east to west

Labschool is the best

From north to south

Labschool is number one

Itu adalah syair penggugah yang diteriakkan oleh Pak Arief di masa bugar dulu. Ya. Di masa itu Pak Arief memimpin langsung Lari Lintas Juang OSIS. Beliau yang senantiasa berlatih lari sejak muda, berada di barisan paling depan bersama calon ketua Umum OSIS dan MPK. Kadang, beliau juga memberi semangat pengurus OSIS dan Pengurus MPK untuk tetap semangat walaupun akan demisioner.

Ia memang pimpinan sekolah yang tidak biasa. Beliau bukan orang yang betah duduk menunggu sebagaimana biasanya pimpinan lain yang mengambil peran seremonial. Ia mendampingi setiap proses. Ia menikmati berlari bersama anak-anak menempuh jarak belasan kilometer.

Lari-lari

Tiap pagi

Agar kuat

Otot kaki

Badan payah

Tak mengapa

Karena kita

Luar biasa

Dulu kata-kata itu diteriakan dengan gagah olehnya. Semua anak-anak yang beriringan lari dengan beliau berteriak bersahutan menyambut teriakannya. Bayangkan, barisan orang-orang gagah melintasi pinggiran jalan raya. Semua mata yang melihat turut menatap kagum barisan itu. Konon, tatapan itulah yang menumbuhkan rasa bangga semua anak-anak yang menempuh perjuangan bersama kepala sekolahnya. Badan mereka memang terasa payah, tetapi berlari bersama (Pak Arief) membuat diri-diri mereka luar biasa.

Kini, beliau sudah tak pernah ikut berlari lagi bersama seluruh anak-anak. Dokter melarangnya. Ia tak pernah lagi ikut-ikutan terlihat dalam iringan lari lintas juang.

Tapi ia tetap mencoba berlari. Bedanya, ia tidak lagi berlari dengan kakinya. Kini, ia berlari menggunakan waktunya.

“Subuh tadi, saya sempatkan mengejar untuk hadir di Mekar Tanjung. Sekolah-sekolah di Tanjung Priok sana. Saya menangis bersama mereka karena terharu bisa lulus 100%!

Setelah itu, saya ke Rawamangun, lalu ke Cibubur. Terakhir, di Kebayoran ini,”, katanya di sela senyumnya. “Alhamdulillah, ternyata masih terkejar.”

Begitu setiap hari. Ia berlari antara urusan UNESCO, menengok sekolah-sekolah, mengajar di PT, bicara di seminar, atau sejumlah urusan lain.

Ia memang masih kuat "berlari". Entah sampai kapan semangat itu melekat  kuat di dadanya. Dokter memang berhasil melarangnya berlari-lari di jalan raya. Tetapi, dokter tidak bisa melarangnya berbagi gembira dengan guru dan anak-anak.

Teriakan itu memang  tidak terdengar di jalanan. Teriakan semangat  itu kini telah hadir di setiap penjuru;  di hati anak-anak yang terasa menjadi tanggung jawabnya.

Lari-lari

Tiap pagi

Agar kuat

Otot kaki

Badan payah

Tak mengapa

Karena kita

Luar biasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun