Setiap orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah (Ki Hajar Dewantara)
Beraktivitas di lingkungan merupakan proses belajar, belajar bukan hanya di sekolah saja. Karena setiap orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah (Ki Hajar Dewantara). Maka, beraktivitas dilingkungan masyarakat pun menjadi bagian dari pembelajaran.
Awal tahun 2020 banjir yang melanda Jabodetabek membuat rumah warga, fasilitas umum dan tempat ibadah menjadi kotor oleh lumpur, banyaknya sampah, dan puing-puing yang berserakan.
Musibah yang terjadi pada awal tahun tersebut membuat warga yang terkena dampak banjir tidak bisa menjalankan aktivitas sehari-harinya. Setelah air surut, warga langsung bereskan rumah dari lumpur dan sampah.
Siswa SMK Informatika Utama bersama YBM PLN Senin, 6 Januari 2020 melakukan aksi bersih-bersih di Rt 016/Rw 07 Kel. Pejaten Timur Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Aksi bersih-bersih dilakukan setelah air surut karena banjir yang sempat melanda beberapa hari lalu. Menurut keterangan warga, banjir yang terjadi pada 1 Januari 2020 ketinggian air mencapai lantai dua selutut orang dewasa.
Program aksi bersih-bersih pascabanjir Jabodetabek merupakan program YBM PLN untuk membantu para korban banjir. YBM PLN mengajak siswa SMK Informatika Utama (sekolah binaan YBM PLN) melakukan bersih-bersih pada fasilitas umum, juga rumah ibadah agar berfungsi kembali untuk aktivitas warga.
Seluruh siswa sangat antusias membatu warga. Mereka dibagi beberapa tim, ada tim bagian membersihkan jalanan dari lumpur, tim membersihkan lantai Mushalah, tim membersihkan tembok Mushalah, tim pengangkut sampah, dan tim dapur umum.
Menurut Suherman kepala SMK Informatika Utama, "Inilah penerapan KI-2 dalam sistem kurikulum 2013. Menumbuhkan jiwa sosial pada peserta didik. Peduli terhadap sesama dan lingkungan. Karena sejatinya pendidikan itu untuk menumbuhkan kepedulian. Beberapa hari kedepan pembelajaran di SMK Informatika Utama fokus membantu korban banjir untuk membersihkan fasilitas umum".
Peduli adalah salah satu karakter penting ditumbuhkembangkan dalam dunia pendidikan. Saat ini kepedulian merupakan karakter yang semakin langka di negeri ini akibat gencarnya arus globalisasi membawa sikap individual dan materialistis.
Memalui kegiatan ini siswa belajar langsung tentang kepedulian, kerjasama, menyelesaikan masalah, juga bersimpati dengan para korban bencana. Kemampuan dan pengalaman seperti ini mungkin jauh lebih bermakna ketimbang belajar di kelas.
Seharusnya siswa memang bukan hanya sekadar cerdas akademik saja, namun perlu kecerdasan sosial juga. Seperti cita-cita tujuan pendidkan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Jadi, pengetahuan dan karakter yang baik itulah sesungguhnya yang menjadi tujuan pendidikan. Serta pendidikan itu sendiri diyakini dapat memberikan perubahan pada diri, lingkungan, dan negara. Dengan memberikan penguatan nilai-nilai karakter di sekolah siswa dapat berkontribusi terhadap permasalahan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H