Mohon tunggu...
Amin Tr
Amin Tr Mohon Tunggu... -

Pengelola www.ujungaspal.com

Selanjutnya

Tutup

Drama

Kencakarupa dan Rupakenca: Anatomi Korupsi Kita

21 Oktober 2013   07:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:14 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jagalabilawa : (Menyalakan lagi layar yang kini menayangkan sebuah film mengenai bangkai busuk)

: Kalian yang mengaku terhormat dan kaya raya … kalian adalah keturunan pemakan
bangkai busuk … kalian adalah para BELATUNG!!

Video belatung:

Negeri ini sebenarnya sudah mati.
Dan kita adalah belatung-belatung pada bangkai Ibu Pertiwi yang membusuk.

Kita adalah binatang yang dilahirkan nyaris tanpa panca indera. Tidak bisa melihat. Tidak kuasa meraba. Tidak juga mendengar. Tidak mencecap. Penciuman kita hanya mampu mengendus sebuah bau. Bau yang menuntun kita untuk mendatangi sumbernya. Bau menyengat yang menjadi sangat merangsang, seperti gemerincing uang. Bau busuk menusuk, seperti birahi yang terbit di pagi hari. Bau anyir yang menyihir, adalah angin kipasan dayang-dayang yang semilir. Ya, seperti bau tahun ini juga yang membawa kita berkumpul di liangnya yang lindi1.

Kita hidup tanpa memerlukan anggota. Organ kita hanyalah mulut dan anus. Kaki tangan pun tidak. Kita bergerak dengan bertumpu pada orang-orang didekat kita. Berguling kesana kemari dengan menindih yang ada dibawah kita.

Dengan mulut kita melahap bagian-bagian tahun yang meluruh. Dari detik ke detik kita terus saja mengunyah. Ya, itulah aktivitas kita. Hanya itu. Makan adalah kerja. Makan adalah olah raga. Makan adalah hidup. Hidup adalah makan.

Ya, kita adalah binatang dengan satu mulut dan satu anus yang terus menerus menggerogoti Jenazah Ibu Pertiwi yang sudah membujur ini, sambil terus menerus menambah jumlah kita dengan persetubuhan yang sangat primitif. Naluri saja yang membimbing kita menebar benih kesana kemari tanpa tahu akan menjadi apa nantinya spermatozoa itu, sel telur mana yang akan dibuahinya. Tidak ada yang kita pedulikan, karena kita adalah binatang terbelakang yang hanya disatukan oleh sebuah aroma.

Anak-anak kita berjubel memenuhi kereta reot menuju masa depan.
Anak-anak kita adalah anak-anak yang tidak mengenal kata apapun kecuali makan. Mereka berebut dengan orang-orang yang lebih tua. Mendorong, menggeser dengan paksa, bahkan melempar mereka ramai-ramai keluar koloni dengan akhir yang sangat pasti yaitu mati. Seperti anak sekolah yang dilemparkan dari atas kereta listrik yang melaju cepat oleh sesamanya.

Karena kita menelan hidangan yang busuk, menghirup udara yang busuk, maka kita juga mengeluarkan kotoran yang sangat busuk berupa cairan kental yang melata. Sebenarnya kalau disebut makan, tentu hanyalah memenuhi sebuah rongga kecil dari bagian tubuh kita yang tak lebih dari seper sepuluh dari besar tubuh kita. Seharusnya.

Tetapi kita makan bukan untuk itu. Bagaimana tidak, jika kita melakukannya siang malam, tanpa istirahat dan tanpa kenyang. Paling kita hanya mundur sejenak dari barisan yang paling depan, paling dekat dengan makanan ke barisan belakang. Kemudian berusaha maju lagi untuk mencecap daging tahun yang semakin lama semakin menipis. Tapi kita merasa harus melahapnya dengan gairah, semangat, gigitan, suapan yang sama besar. Bahkan kalau perlu harus lebih cepat, semakin cepat lagi. Hingga luluh lantaklah Bangsa ini. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun