Identitas Buku
- Judul Buku     : Orang-Orang Oetimu
- Penerbit       : Marjin Kiri
- Penulis         : Felix K. Nesi
- Terbit          : 2019
- Halaman       : 220
Sejak sekolah dasar (SD) kita diberi pemahaman tentang Timor Timur adalah sebuah wilayah yang memerdekakan diri yang kemudian kita kenal dengan negara Timur Leste. Namun kita tidak pernah tahu bagaimana kondisi atau kontribusi wilayah tersebut selama masa penjajah dan masa kemerdekaan awal.
Buku Orang-Orang Oetimu bercerita tentang wilayah bernama Oetimu suatu wilayah kecil di pelosok Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun paruh kedua 1990-an. Lewat buku ini kita bisa sedikit memotret kondisi Timor Timur pra-kemerdekaan sampai dengan kemerdekaan. Tentunya dengan sejarah, tradisi dan cerita menarik yang disajikan buku ini.
Kisah berawal dari Sersan Ipi yang mengajak seluruh warga untuk menonton final Piala Dunia antara Brasil melawan Prancis, dimana waktu itu hanya terdapat tiga televisi. Satu di Baba Ong yang pelitnya bukan maen, satu lagi di rumah Mas Zainal seorang pengepul besi tua, dan menonton di rumahnya berarti harus duduk diantara besi berkarat serta ditemani bau aki bekas. Satu lagi di pos polisi, maka ketika ada undangan dari Sersan Ipi untuk menonton, warga dengan semangat berduyun-duyun ke tempat itu.
Sersan Ipi merasa harus mengundang Martin Kabiti secara khusus dengan menjemputnya langsung. Malam itu semua lelaki berkumpul di pos polisi yang merangkap rumahnya Sersan Ipi, sehingga rumah-rumah hanya berisi perempuan dan anak-anak. Sersan Ipi yang sedang senang karena ingin mengumumkan sesuatu, yaitu bahwa dia akan menikah dengan Silvy, seorang gadis pintar dan cantik kembang desa.
Sersan Ipi, Martin Kabiti serta warga mendukung Brasil, karena melihat Ronaldo Lus yang bermain bagus selama pertandingan terakhir. Akan tetapi, Brasil mengalami kekalahan. Malam itu para pria mengalami kekecewaan. Kecewa karena Brasil kalah dan karena Silvy sudah direbut Sersan Ipi. Sementara ditempat lain, sebuah kejadian yang tidak diharapkan sedang berlangsung.
"Kita mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan titel sarjana, lalu mengunakan titel sarjana itu untuk kembali mencari uang. Betapa bodohnya kita" Halaman 139
Kemudian dimasa lampau kita akan bertemu beberapa karakter dengan ceritanya sendiri, diantaranya Am Siki, Atino, Romo Yosef, Maria, Laura, dan Linus yang semua ceritanya saling kerterkaitan sampai pada kejadian menonton final Piala Dunia. Setiap cerita memberikan wawasan kepada kita bagaimana kondisi Timor Timur pada masa itu. Dimana gereja, negara dan tentara berperan besar dalam kehidupan sosial.
Membaca buku ini memberikan kita pemahaman akan sebuah tradisi yang sangat berpengaruh pada keseharian masyaratkanya. Banyak kritikan yang secara langsung digambarkan, dari mulai nepotisme, kesewenangan penguasa dan pemuka keagamaan atau bahkan dokrin untuk mengubah sebuah kebiasaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H