Seperti aktivitas sekolah, Idul fitri bagaikan hari kenaikan kelas yang selalu dinanti oleh setiap siswa. Untuk menghadapi hari istimewa itu, biasanya ruang kelas bersolek, dibersihkan dan diberi hiasan. Demikian pula halnya kita saat menghadapi hari raya Idul Fitri, wajib membersihkan segala sesuatunya agar momen lebaran ini benar-benar terasa istimewa.
Jika ditinjau dari segi Bahasa, Idul Fitri bisa diartikan sebagai kembali suci. Kata Id berdasar dari akar kata aada -- yauudu yang artinya kembali, sedangkan kata Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar kata fathoro-yafthiru.Â
Jika dilihat dari maknanya, Idul Fitri berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai dari prosesi ritual ibadah puasa di bulan ramadan itu sendiri, yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT untuk menjadi manusia yang bertakwa.
Sebagai hari dimana kita kembali suci, tentu saja ini harus dipraktekkan, baik secara fisik maupun batin. Untuk menjadi suci tersebut, masyarakat biasanya memaknai dengan bersih-bersih menjelang hari yang fitri tersebut.
Apa yang harus dibersihkan? Semuanya. Badan kita, hati kita, rumah dan lingkungan kita. karena itu, acara bersih-bersih ini meliputi banyak hal.Â
Dalam tradisi di lingkungan saya, untuk bersih-bersih lingkungan, setidaknya dilakukan dengan membersihkan rumah tinggal, rumah ibadah, dan rumah peristirahatan (makam) keluarga. Sementara itu, untuk membersihkan hati dan diri kita, ada kewajiban membayar zakat fitrah yang harus dibayar sebelum hari Idul Fitri tersebut tiba.
Kemarin, atau tepat seminggu sebelum hari lebaran tiba, saya sudah mulai bersih-bersih rumah. level pembersihan rumah sedikit meningkat dari sekedar nyapu dan ngepel. Saya sengaja menyuruh tukang untuk mengecat rumah karena beberapa bagian sudut rumah catnya sudah mengelupas. karpet dicuci ke laundry, termasuk sejadah dan alat sholat.Â
Saya juga membersihkan koleksi buku yang saya punya serta menyortirnya kembali. Beberapa koleksi yang kira-kira tak akan dibaca, rencananya akan saya sumbangkan kepada Perpustakaan warga. Saya juga menyuruh anak saya untuk memilah koleksi bacaannya yang kira-kira sudah tidak terpakai untuk sama-sama disumbangkan.
Selain bersih-bersih, saya juga menambah beberapa ornamen hiasan di rumah. Beberapa pot bunga hiasan kami beli secara online dari penjual bunga di kota kami.Â
Tanaman hias ini kami pilih dengan asumsi mudah dan tidak memerlukan biaya tinggi untuk perawatannya. Tambahan tanaman ini lumayan bisa menambah kesegaran halaman rumah kami yang luasnya seupil.
Satu hal yang menggembirakan dari aktivitas bersih-bersih rumah yang kami lakukan kemarin adalah soal kekompakan anggota keluarga. Saya, istri dan anak gadis kami kompak berbagi tugas dalam bersih-bersih rumah. Satu hal yang kerap terlupakan dalam keseharian normal kami. Kadang sering sibuk sendiri, dan menumpahkan urusan bersih-bersih kepada istri di rumah.
Pokoknya saya ingin Idul Fitri ini rumah saya benar-benar kinclong. Sebisa mungkin bisa tampil lebih mengkilap dan resik. Bukan apa-apa, tahun-tahun sebelumnya kami terbiasa berlebaran di rumah orang tua ataupun mertua. Tahun ini karena ada larangan mudik, dipastikan kami akan berlebaran di rumah.
Biar pun mungkin tak akan banyak tamu di rumah karena kebijakan social distancing, minimal rumah kami harus resik laah. Lagipula ramadan kali ini terasa istimewa. Hampir semua ritual ibadah ramadan kami dilakukan di dalam rumah. shalat fardhu berjamaah, shalat tarawih, dan tadarus semua dilakukan bersama seluruh anggota keluarga di dalam rumah. Sudah sepantasnya kami memuliakan rumah kami ini dengan bersih-bersih semaksimal mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H