Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan Kali Ini Tak Seindah yang Dibayangkan

5 Mei 2020   22:59 Diperbarui: 5 Mei 2020   23:12 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadhan tahun ini memang berbeda. Tak ada rutinitas harian yang biasanya menyertai hari-hari kita berpuasa selama 30 hari ini. tak ada tarawih berjamaah di masjid, tak ada ngabuburit ke tempat rekreasi, dan tak ada acara buka bersama. Yang lebih berat lagi adalah Ketika sebagian orang harus menjalankan ibadah puasa dengan bayangan kehilangan sumber pendapatannya.

Gara-gara wabah virus corona yang melanda semua bangsa di dunia, termasuk Indonesia, suasana Ramadhan tahun ini memberi nuansa yang berbeda. Kebijakan Pemerintah yang membatasi gerak warganya untuk beraktivitas di luar rumah, serta berkerumun bersama membawa efek yang luar biasa.

Selain rutinitas dan budaya puasa yang harus berubah, puasa kali ini bisa jadi dirasakan lebih berat bagi sebagian orang. Bayang-bayang kehilangan pendapatan menghantui sebagian orang. 

Kita bisa membaca bagaimana begitu banyaknya perusahaan yang mem-PHK para karyawannya karena roda ekonomi yang sedikit macet. Produksi tersendat, penjualan menurun, konsumen berkurang pada akhirnya berimbas pada cash flow perusahaan yang mau tak mau mengambil jalan pahit, mengurangi gaji karyawan bahkan mem-PHK karyawan mereka.

Itu gambaran umum apa yang terjadi di negeri kita saat ini. Sementara cerita spesifiknya, kami juga mengalami apa yang terjadi di atas. Ya, sejak tahun 2019 lalu saya dan istri mencoba mencari tambahan rejeki dengan membuat usaha sendiri. Bahasa kerennya bikin start-up. Motivasinya ingin mengikuti sunah rasul, karena ada salah satu hadistnya yang menyatakan bahwa Sembilan dari sepuluh pintu rejeki itu ada pada usaha dagang.

Begitulah, karena passion istri ada di usaha pakaian, kami membukan bisnis online pakaian muslim wanita. Target marketnya ada pada emak-emak muda dengan penjualan mengandalkan sosial media Instagram.

Semenjak usaha kami dibuka, alhamdulillah respon pasar terbilang tinggi. Sejak bulan pertama usaha kami dibuka, selalu saja ada yang membeli produk kami. Statistic penjualan pun meningkat seiring bertambahnya waktu kami berusaha. Prospeknya terasa begitu menjanjikan.

Jauh sebelum Ramadhan, kami sudah memproduksi barang dalam jumlah yang banyak untuk menghadapi momen panen penjualan. Semua pebisnis tahu kalau puasa adalah masanya untuk mendulang penjualan. Apalagi untuk usaha pakaian. Bukankah budaya kita mengharuskan setiap lebaran harus memakai pakaian baru?

Bayangan mendulang peningkatan penjualan tersebut seketika kandas Ketika wabah corona melanda. Bersamaan dengan kebijakan Pemerintah yang mewajibkan warganya untuk diam di rumah, saat itu pula perlahan penjualan menurun secara teratur. 

Hari ini, di minggu kedua Ramadhan yang biasanya trafik penjualan meningkat, catatan penjualan kami bagaikan kertas putih yang belum tergores tinta. Kosong,...

Segala cara sebenarnya sudah dilakukan. Promo digenjot, diskon gila-gilaan diberlakukan, garansi free ongkir diberikan, tapi tak memberi efek yang menggembirakan. Stock barang masih menumpuk.

Bagaimana pun ya memang harus dimaklumi. Kondisi ekonomi kita memang sedang terpukul akibat pandemi corona ini. Seperti yang saya sebutkan diatas, ada banyak yang kehilangan pendapatan dan Ketidakpastian membuat masyarakat harus berhitung soal prioritas.

Yang namanya bisnis kan harus bisa survive ya? apalagi ada rejeki karyawan yang harus diperhatikan juga. Beberapa kawan pebisnis online mensiasati dengan beberapa cara. Ada yang banting setir menjadi jualan sembako, jualan hand sanitizer sampai masker. Mereka yang bergerak di usaha fashion banting setir memproduksi masker kain, karena permintaan lumayan tinggi.

Ya, barangkali hikmahnya ini mengajarkan bagaimana kami mengasah insting bisnis. Harus tahu trend barang apa yang dibutuhkan masyarakat. Dimana ada kebutuhan disitu ada lahan bisnis. Bukan begitu? Hehehe ...

Begitulah, ini Ramadhan pertama kami berbisnis online. bayangan masa panen seperti cerita teman-teman lain di masa samadhan rasanya harus tertunda dulu kali ini. setidaknya sampai tulisan ini dibuat,... semoga saja besok dan hari-hari ramadhan tersisa ada perubahan. Optimis saja sih!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun