Halo kawan, perkenalkan namaku Dugong.  Kalau kamu sering mendengar cerita dongeng tentang Duyung, maka kukatakan akulah Duyung asli itu. Tentu saja aku tak berwujud wanita cantik berbadan setengah ikan sebagaimana seringkali digambarkan dalam buku atau film kartun di televisi kesayanganmu. Tapi benar, aku juga hidup di air seperti duyung-duyung dalam imajinasi kamu itu.
Hmm, biar pun tak secantik imajinasimu tentang putri duyung, rasanya aku juga cantik untuk hewan yang tinggal di air. Buktinya hingga kini aku sering diburu oleh nelayan liar!
Badanku bongsor, panjang tubuhku bisa mencapai 3 meter dan beratku mungkin sekitar 400kg. pastinya aku tak tahu, aku tak pernah mengukur badanku secara detail. Walau terhitung bongsor, Â aku jago berenang lho. Aku akan dengan mudah meliuk-liuk di lautan, entah untuk bepergian ke samudera atau sekedar mencari makan.
Oh ya, biarpun badanku serupa ikan, menurut ilmu pengetahuan aku sejatinya bukanlah ikan, tapi hewan mamalia laut. Aku sejenis dengan paus yang bernafas dengan paru-paru, bukan insang. Makanya setiap 6 menit sekali aku pasti muncul ke permukaan, untuk mengambil nafas. Sementara di air, aku bisa menahan nafas hingga 12 menit lamanya.
Ya, saat ini aku resah soal kelangsungan hidup kami. Â Selama ini kami, para Dugong, tak bisa tenang mengarungi samudera kehidupan kami. Eaaa... sedikit lebay yaa bahasanya. Tak apa lah, toh faktanya memang seperti itu.
Apa yang menyebabkan para Dugong begitu resah? Boleh dibilang hidup kami terancam karena dua hal, pertama kami diburu oleh para nelayan, dan kedua  karena semakin sulitnya kami mencari makan.
Perburuan Dugong
Kisah perburuan Dugong telah ada sejak dahulu. Pada beberapa wilayah pesisir, berburu Dugong bahkan sudah menjadi tradisi masyarakat sekitar. Jaman dahulu ketika populasi kami begitu besar, mungkin ini tak dilihat sebagai masalah. Tapi kini, kami sudah mulai terancam punah.