Libur mudik telah usai, yang tersisa kini hanya cerita seru dibalik acara pulang ke kampung halaman tersebut. Bukan soal macet dijalan saja tapi juga jalan-jalan ngubek-ngubek tempat wisata dan kuliner di kampung halaman.
Iya, salah satu agenda wajib kalau mudik yaa jalan-jalannya itu. Apalagi kalau semua sanak saudara berkumpul (dan bawa duit berlebih tentunya, hehe…), biasanya hari kedua atau ketiga langsung aja cari tempat asyik buat main atau makan-makan. Ceritanya buat mempererat rasa persaudaraan,… yang kaya mentraktir yang duitnya pas-pasan, hehehe…
Asyik kan kalau semua keluarga ngumpul jalan-jalan? Ada Aa, Teteh, om, tante, paman, kakek, nenek…skip skip,..kayak iklan mobil K*jang jaman dulu ajah….
Jadi ceritanya musim lebaran ini saya ikut mudik ke kampung halaman isteri di Indramayu. Berhubung sekian kali mudik ke sini hampir semua tempat makan di kota mangga ini sudah sering dikunjungi, kami memutuskan buat mampir ke kota tetangga, Cirebon.
Konon, hasil bisik-bisik isteri dengan grup WA-nya, di kota udang ini ada kuliner khas bernama mie koclok yang cukup ngehits. Setelah para emak-emak di keluarga besar berunding, sepakatlah mampir nyari kuliner ini. sebagaisupir suami siaga, saya manut saja. Dan akhirnya di hari sabtu cerah, kami pun melesat menuju Cirebon.
Destinasi kuliner yang kami tuju namanya Mie Koclok Panjunan. Tentu saja sebenarnya ada banyak penjual mie koclok bertebaran di Cirebon. Tapi, berdasarkan hasil chit chat kaum ibu-ibu, kami direkomendasikan ke tempat itu. Lagian mbah google pun menyarankan hal serupa.
Mie Koclok Panjunan ada di kawasan jalan Pekarungan. Bagaimana untuk menuju ke sana? Mohon maaf, saya gak bisa mengarahkan. Ini adalah kali pertama saya menjelajah kota Cirebon. Saya bisa selamat ke sana pun penuh perjuangan, perlu muter-muter dulu. Thanks to technology, aplikasi penunjuk jalan yang tersemat di telepon genggam membantu kami menuju Mie Koclok Panjunan ini.
Sekitar sore hari kami tiba di lokasi. Jalan Panjunan rupanya hanya berupa jalan kecil. Tak tersedianya tempat parkir mobil membuat deretan mobil berjejer hingga jauh disepanjang jalan ini. Mengambil tempat di sebuah kios kecil, penjualnya hanya menyediakan sekitar 3 meja yang mungkin hanya bisa menampung sekitar 15 pembeli. Mungkin ini pula yang menyebabkan begitu banyak antrian, banyak pelanggan yang gak kebagian tempat duduk. Akhirnya, buat makan pun cukup ngampar di emperan toko-toko sekitar yang kebetulan tutup. Entah kalau toko disekitarnya masih buka, mungkin perlu nunggu lama buat dapat giliran makan di meja yang telah disediakan.
Tapi bagi saya yang lidahnya kurang bisa membedakan mana makanan enak dan enak banget, banyaknya antrian menjadi indikator paling mudah untuk memutuskan apakah kuliner tersebut enak atau enggaknya. Sedikit tanya-tanya ke orang sekitar, katanya yang jual sekarang adalah generasi keempat yang berjualan Mie Koclok Panjunan ini. Wuihhh,…
Bagaimana rasanya?
Tampilan mie koclok ini sedikit unik buat yang pertama kali menyantapnya. Sajiannya terdiri dari mie (tentu saja atuh…), irisan daging ayam, potongan telur rebus, serta irisan bawang daun dan taburan bawang goreng. Uniknya itu mie ini diguyur dengan saus putih kental serupa bubur. Katanya sih bahan buburnya dari sagu, tapi kalau dirasa-rasa kok seperti dari tepung gituh. Dikombinasikan dengan bumbu berupa kaldu ayam, merica, garam dan tambahan sambal membuat mie koclok ini terasa lezat dan gurih di mulut. Apalagi kalau dimakan panas-panas plus ditambah dua sendok sambal pedas,…
Penasaran? Kalau mampir ke Cirebon, rasanya saya perlu merekomendasikan anda salah satu kuliner khas Cirebon ini. Yuk!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H