[caption caption="Gedung Museum Pendidikan Nasional di Kampus UPI Bandung"][/caption]“Laju Sepeda Kumbang Di jalan Berlubang,..Selalu Begitu Sejak Dulu Dari Jaman Jepang”
Begitulah salah satu penggalan lirik lagu Oemar Bakri, karya fenomenal Iwan Fals. Lagu yang menceritakan ironi seorang guru di negeri ini memberi gambaran bagaimana profil seorang guru pada jaman dulu, setidaknya saat lagu ini diciptakan. Selain sepeda kumbang, ada juga tas kulit buaya yang menjadi kelengkapan kerja seorang guru pada saat itu, demikian yang disinggung dalam lagu Oemar Bakri tersebut.
[caption caption="Profil pengajar Pada Era Tahun 60-70an"]
Di salah satu sudut Museum Pendidikan Nasional, saya berasa menemukan visualisasi dari lagu ini. Sesosok patung lelaki paruh baya memakai seragam safari putih menuntun sepeda kumbang plus tas kulit di jok belakang mendeskripsikan gambaran guru di era tahun 50an hingga 70an. Mungkin inilah replika Oemar Bakri-nya Iwan Fals tersebut.
Museum Pendidikan Nasional ini sendiri berlokasi di kompleks kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, tepatnya di Jl. Setiabudhi No. 229. Saya mengunjungi tempat ini beberapa waktu lalu saat ada satu urusan di kampus ini. Museum ini menjadi salah satu gedung baru dari perombakan wajah salah satu perguruan tinggi negeri di tanah Bandung ini.
Iya, sebagai alumni UPI tahun 2000an, saya cukup pangling saat memasuki kampus UPI ini, ada banyak gedung yang hilang berganti wajah baru. Anda alumni UPI? FYI, museum ini dibangun diatas tanah bekas gedung Pentagon yang menjadi tempat perkuliahan anak bahasa. Sekedar flashback, sewaktu masih kuliah setiap hari saya melewati gedung ini karena letaknya di dekat gerbang depan kampus. Stt, dulu mah banyak juga mahasiswi cantik anak bahasa yang sering nangkring dipelataran gedung Pentagon ini. Hehehe…
Museum yang diresmikan tanggal 25 November 2015 lalu, bertepatan dengan Hari Guru Nasional ini terdiri dari empat lantai yang menyajikan sejarah dunia pendidikan Nasional dari berbagai era. Di museum ini, pengunjung dapat melihat bagaimana perkembangan dunia pendidikan sejak jaman pra sejarah, jaman kerajaan, jaman kolonial, masa kemerdekaan hingga masa kini.
Melewati ruangan demi ruangan sejak pintu masuk museum, kita layaknya melintasi lorong waktu melintasi berbagai jaman untuk melihat bagaimana evolusi pendidikan di negeri ini. Seru pokoknya…
Oh ya, museum ini juga ramah buah kaum difabel, karena ada jalan akses untuk mereka yang menggunakan kursi roda. By the way, untuk masuk ke area museum ini, kita diharuskan membayar tiket seharga lima ribu rupiah.
Penyusunan koleksi benda sejarah serta berbagai cerita dimuseum ini memang sengaja disusun berdasarkan urutan periode sejarah kita. Saat memasuki lantai 1, kita langsung dihadapkan pada masa jaman pra sejarah. Ini diperlihatkan dengan diorama manusia prasejarah beserta replika alat-alat yang dipakai sebagai media pembelajaran.
Di lantai ini juga kita bisa mengetahui bagaimana pergeseran pusat pendidikan dari masa ke masa. Saat jaman pra sejarah, manusia belajar di gua, di masa jaman kerajaan hindu, candi dan kuil menjadi pusat pendidikan, sementara saat jaman kerajaan islam, mesjid yang memegang peranan ini.
[caption caption="Seorang Anak Asyik Mengamati Diorama Kehidupan Prasejarah"]
Naik ke lantai dua. ada cerita tentang sejarah guru di Indonesia dan tokoh-tokoh pendidikan Nasional. Pastinya cerita mengenai Ki Hajar Dewantara dengan kisah sekolah Taman Siswa disajikan detail disini. Di lantai 3 ada koleksi sejarah pendidikan di Jawa Barat, serta cerita mengenai seputar UPI. Sedangkan di lantai 4 kita bisa mengenal mengenai sosok rektor UPI dari masa ke masa.
Yang cukup menarik perhatian adalah koleksi alat tulis menulis lintas jaman yang menjadi koleksi museum ini. Ada serat daun lontar lengkap dengan goresan tulisan sansekerta diatasnya. Tentu juga penjelasan bagaimana cara pembuatannya. Geser sedikit, disini ada sekotak subak yang katanya banyak digunakan di tahun 50an. Ada juga seperangkat alat mangsi beserta tinta dan pena dari sehelai bulu angsa.
Jangan lupa juga untuk menengok koleksi buku peninggalan jaman penjajahan semasa sekolah jaman MULO dan AMS berbahasa belanda juga tersedia disini. Begitulah, dari koleksi alat tulis aja kita bisa melihat bagaimana sejarah pendidikan ini bergulir…
[caption caption="Buku Pelajaran Jaman Sekolah MULO"]
[caption caption="Subak, Alat Belajar Jaman Dahulu"]
[caption caption="Serat Lontar"]
Naik ke lantai berikutnya, ada diorama dan replika ruang kelas di UPI ini saat jaman awal-awalnya berdiri, tentu masih berlebel IKIP. Ada setelan meja bangku dari kayu jati berjejer rapi di ruangan kelas, lengkap dengan Bapak guru yang sedang menjelaskan pelajarannya. Di sudut lain, ada diorama anak SD yang sedang belajar. Saya membayangkan ini adalah visualisasi buku pelajaran jaman keluarga Budi. Hmmm,…sebagai model pengenalan sejarah dunia pendidikan, ini lebih asyik dibanding membaca buku sejarah yang kadang bikin ngantuk.
[caption caption="Diorama KBM Di Sekolah Dasar Jaman Dahulu"]
[caption caption="Merasakan Simulasi Belajar Di Ruang Kelas Kampus UPI"]
Nah, sebagaialternatif wisata edukasi, rasanya gak salah jika anda yang berlibur ke Bandung menjadikan museum ini sebagai destinasi yang bisa dikunjungi. Yaa, sebelum pergi ke Lembang, belok dulu masuk ke kampus UPI menuju museum ini. Jangan lupa mampir ke taman Isola di depan musem ini,… ikonik bangetlaah buat selfie.
Lesgoh!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H