Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Diorama Bale Panyawangan: Menyulap Arsip Menjadi Lebih Atraktif

5 November 2015   09:13 Diperbarui: 5 November 2015   09:39 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di lorong pertama kita diajak menuju kisah jaman Kerajaan Padjajaran. Beragam silsilah raja beserta kisah menarik lainnya soal kerajaan sunda ini disajikan disini. Lukisan Prabu Siliwangi terpampang gagah salah satu dinding disertai dengan berbagai cerita mengenai kisah kerajaan ini. Soal kisah Padjajaran ini, seingat saya memang jarang dibahas juga di buku-buku sejarah, kalah popular dibanding kisah kerajaan Majapahit. Nah, disini kita bisa menemukan kisahnya secara lengkap, termasuk replika berbagai prasasti yang berhubungan dengan peninggalan kerajaan ini.

 

Ruangan berikutnya memuat sejarah kota Purwakarta semasa jaman penjajahan Belanda. Bagaimana kisah kota ini sejak jaman VOC, asal usul pembentukan Kabupaten Purwakarta dan lainnya disajikan disini. Tak lupa kisah heroik perjuangan para pejuang melawan penjajahan kemudian tersaji disini. Di kota ini ada satu kisah terkenal tentang peristiwa Rancadarah, kisah perlawanan warga melawan penindasan Belanda. Peristiwa ini kemudian disetting ulang dalam bentuk diorama. Inilah yang saya maksud diawal tulisan ini, kisah seperti ini luput dari cerita sejarah semasa jaman sekolah dulu.

Begitulah, dari jaman penjajahan Belanda, cerita kota ini kemudian disajikan berurutan, mulai dari jaman pendudukan Jepang, Jaman Kemerdekaan hingga era saat ini. Cerita soal siapa Bupati Purwakarta dari yang pertama hingga saat ini tersaji lengkap di tempat ini. Kita bisa menelusuri siapa saja dan bagaimana kiprah Bupati Purwakarta dari masa ke masa melalui media layar sentuh yang tersedia disini. Tinggal pilih dan semua informasinya tersedia lengkap.

Sebagai sarana edukasi sekaligus etalase kota, museum arsip juga mengajak kita berkeliling kota mengunjungi berbagai tempat penting di kota ini dengan naik sepeda onthel. Iya, sepeda onthel yang disulap sebagai simulator ini kemudian menarik perhatian saya. Ini seperti layaknya simulator berkendaraan Uji SIM mobil atau motor, dihadapan sepeda terdapat layar monitor yang menunjukkan gambar jalan Purwakarta. Saat naik dan kemudian menggowesnya, dilayar monitor ini akan disajikan gambaran kondisi jalan kota Purwakarta, seolah kita sedang berkeliling kota Purwakarta. Di layar juga terdapat peta yang mengarahkan perjalanan gowes kita ke lokasi-lokasi menarik di kota ini.

Oh ya, di Bale Panyawangan juga terdapat bioskop mini yang akan memutar film dokumenter seputar Purwakarta. Menurut pemadu, kapasitasnya diperuntukkan kurang lebih 25 penonton. Sayangnya, saat berkunjung ke tempat ini, tak ada jadwal pemutaran fim disini.

Sepanjang menelusuri berbagai sudut tempat ini, saya dibuat terkagum-kagum. Ini keren! Bukan karena museum arsip ini mampu menjawab rasa keingintahuan saya tentang seluk beluk kota kelahiran saya saja, lebih jauh dari itu, pemerintah kota ini jeli untuk menyulap arsip kota menjadi lebih bernilai lagi. Iya, sepengetahuan masih banyak yang belum menyadari arti penting sebuah arsip ini. Yang saya tahu, kebanyakan ketika sudah tidak diperlukan lagi, arsip-arsip ini lebih banyak dibundel untuk kemudian disimpan dipojokan ruangan atau gudang. Padahal, jika ditelisik lebih lanjut, manfaatnya bisa terasa lebih lama. Bale panyawangan ini contohnya.

Begitulah, ketika lembar-lembar arsip sejarah kota ini dibuka, dirunut dan dikemas ulang secara apik, ternyata ia bisa menyajikan rangkaian alur cerita soal sejarah kota ini dengan lengkap. Setahu saya, tak banyak daerah lain yang membangun museum arsip sejenis. Tak heran, saat mengunjungi tempat ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yudi Chrisnandi bahkan menjadikan Diorama Bale Panyawangan ini sebagai referensi model pembangunan, penyimpanan dan pengelolaan arsip bagi pemerintah daerah lain di Indonesia.

Semoga saja nantinya semakin banyak daerah lain yang juga membangun museum arsip seperti ini, dan kemudian banyak juga warga daerah lain yang bisa membaca sejarah daerahnya dengan lengkap. Karena saya yakin, selain saya, masih banyak juga yang penasaran untuk tahu seluk beluk tempat dimana ia tinggal. Bukan begitu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun