Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjajal Tol Cipali Sebelum Mudik Lebaran

9 Juli 2015   15:56 Diperbarui: 9 Juli 2015   15:56 1432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran ini mau mudik via tol Cipali?  Baca dulu reportase saya hasil mengikuti Ekspedisi Tol Cipali pada tanggal 4 Juli 2015 berikut ini, karena ada banyak informasi yang akan bermanfaat bagi anda sebelum mudik via Cipali.

“Gak ada lagi macet saat mudik!”, itu yang terbersit dalam benak ini setelah mengikuti Ekspedisi Tol Cipali pada hari Sabtu, 4 Juli 2015 lalu. Optimisime ini saya rasa wajar, mengingat sebagai pemudik yang setiap tahun melintasi jalur pantura, saya kerap merasakan bagaimana stressnya terjebak kemacetan pantura bahkan semenjak keluar pintu tol Cikampek. Maka, harapan akan terbebasnya dari kemacetan ini menemui titik terang begitu Tol Cipali rampung dikerjakan dan diresmikan oleh Presiden Jokowi pada tanggan 13 Juni 2015 lalu.

Sebagai salah satu warga negara yang selalu mengikuti ritual mudik lewat pantura setiap tahunnya, saya tahu betul tantangan mudik melewati jalur itu, terutama dihari-hari menjelang lebaran. Macet sudah menjadi harga mati. Menurut pengalaman saya, beberapa titik langganan macet antara lain di simpang Jomin, Cikampek, daerah Pamanukan, Subang dan Patrol Indramayu. Selain sebagai titik pertemuan arus kendaraan dari berbagai arah, daerah pantura terkenal dengan pasar kagetnya, yang menimbulkan efek kemacetan saat kendaraan membludak di musim mudik lebaran. Tentu saja, dengan adanya tol Cipali ini saya bisa lebih nyaman untuk mudik, minimal tidak akan terjebak kemacetan di titik-titik tersebut. Katanya tol ini bisa memangkas waktu tempuh perjalanan kita 2 jam lebih cepat. Sementara, dampaknya bagi jalur pantura, tol ini bisa mengurai kepadatan disana hingga 40%.

Beruntung sebelum mudik beneran nanti, saya mendapat kesempatan untuk melakukan simulasi mudik melintasi jalur ini. Bersama 49 kompasianers lainnya, saya diberi kesempatan untuk merasakan sensasi melintasi jalur tol ini sekaligus melihat secara langsung persiapan pengelola Tol Cipali dalam menghadapi arus mudik. Kami dibagi dalam dua rombongan bus dalam menjelajahi tol Cipali ini.  Dalam acara kompasianavisit yang bertajuk ekspedisi Tol Cipali ini, kami didampingi oleh Pak Velix Wanggai dan ibu Listiari Munthe dari Divisi Komunikasi Publik Kementerian PUPR, serta Pak Wisnu Dewanto selaku corporate manager  PT. Lintas marga Sedaya (LMS) selaku operator tol Cipali.

Tol sepanjang 116,75 KM ini memang diproyeksikan untuk menjadi solusi kemacetan yang kerap terjadi di jalur pantura. Proyek Tol Cipali ini bahkan menjadi bagian dari proyek ambisius Trans Jawa yang menghubungkan jalur Merak di titik terbarat pulau jawa hingga Banyuwangi di titik paling timur. Tol Cipali ini sendiri menjadi penghubung antara jalur tol Jakarta-Cikampek dengan Jalur Tol Palimanan-Kanci. Kini, melalui tol Cipali ini pemudik bisa langsung menembus Palimanan tanpa harus terjebak macet di sepanjang jalur pantura. Proyek yang menelan biaya sekitar 12,5 triliun ini dikelola oleh PT. Lintas Marga Sedaya (LMS) dengan masa konsensi 35 tahun. Pada kesempatan sesi talkshow maupun di lokasi pemberhentian bus kompasianers di sekitar Tol Cipali, Pak Wisnu Dewanto selaku Corporate Affair Officer PT. LMS banyak memberikan informasi penting terkait Tol Cipali ini.

Saat memasuki gerbang tol Cipali, baik dari arah  Tol Cikampek maupun Kanci, pengguna tol harus melakukan dua jenis transaksi. Pertama, membayar tarif tol sebelumnya dan kemudian ganti kartu untuk melintas tol Cipali. Dua transaksi ini dilakukan karena operator Tol Cipali ini berbeda dengan tol yang dihubungkannya (Jasa Marga). Khusus kendaraan yang masuk lewat tol Cikampek, tak akan dikenakan tarif tol, alias gratis. Saat bus yang kami tumpangi melintas di gerbang tol Cikopo, terlihat sudah cukup banyak antrean kendaraan yang akan melintasi Tol Cipali ini. Rupanya sudah banyak juga warga yang mulai memanfaatkan tol ini.

Sedikit informasi, tol Cipali ini memiliki 7 exit tol, antara lain di Cikopo (Km 76), Kalijati (Km 98), Subang (Km 109), Cikedung (Km 139), Kertajadi (Km 158), Sumberjaya (Km 167) dan terakhir tentu saja Palimanan (Km 188). Nah, karena mudik saya dekat, hanya sampai Indramayu, daerah sekitar Kandanghaur, rasanya saya akan keluar di exit tol Cikedung. Bagi anda yang mungkin akan mudik ke Jawa Tengah atau Timur sih bisa langsung bablas hingga exit tol terakhir yaa. Bagaimana dengan tariff tolnya? Untuk jarak terjauh (Cikopo-Cipali) untuk golongan I atau mobil penumpang, kita harus merogoh kocek sebesar 96 ribu rupiah. Namun, selama musim mudik lebaran yang dimulai sejak H-7, tarif tol akan didiskon hingga 25% lebih. jadi untuk tarif terjauh harganya jatuh menjadi 72 ribu rupiah saja. Lumayan kan?

Sambil melintasi jalur tol ini, saya mengamati pemandangan di sisi kiri kanan jalan lumayan bervariasi. Karena tol ini melintasi daerah sentra padi, pemandangan banyak didominasi area sawah. Namun, dibeberapa titik kita juga akan menemui ladang tebu, karet dan hutan jati. Lumayan untuk memanjakan mata selama perjalanan ini biar gak bosan. Oh ya, rombongan kompasianers juga menyempatkan diri untuk berhenti sejenak di salah satu jembatan terpanjang di tol Cipali ini, yaitu Jembatan Cimanuk. Kami sempat melihat aktifitas galian pasir yang dilakukan secara tradisional oleh warga sekitar.

[caption caption="Pemandangan di sepanjang jalan tol Cipali"]

[/caption]

Dari yang saya amati selama perjalanan ini, ternyata konstruksi jalan tol ini terdiri dari dua jenis, beton (rigid pavement) dan aspal (flexible pavement). Konstruksi jalan beton ini terbentang semenjak gerbang tol Cikopo hingga KM 105, sementara dari KM 105 hingga KM 164 konstruksi jalan terdiri dari lapisan aspal. Jalan tol ini kemudian disambung kembali dengan konstruksi beton hingga ke gerbang tol Palimanan. Tapi, meskipun konstruksinya berupa beton, namun saat bus kami melintasi jalur tol ini, sama sekali minim goncangan, hampir senyaman melintasi jalan aspal. Apalagi pada saat kami melintasi jalan aspal, jalanan terasa sangat halus, hampir tidak terasa goncangan sama sekali. Riki, pemandu perjalanan di bus kami, menyebutnya dengan istilah “smooth like butter” karena permukaan jalannya yang sehalus mentega.

Karakter jalan yang sangat halus serta track yang lurus kadang malah berpotensi membahayakan kita. Riki, yang ternyata seorang bikers, menceritakan pengalamannya mengemudi mobil saat menjajal tol ini beberapa waktu sebelumnya. Katanya, jalanan yang lurus dan halus akan membuat kita terlena untuk menginjak gas dalam-dalam, karena berdasarkan pengalamannya, dengan membawa mobil diatas 100 Km/jam pun di tol ini tidak akan terasa ngebut. Kondisi ini kadang membuat pengemudi terlena untuk terus menginjak gas dalam-dalam. Ini pula yang mungkin menjadi salah satu faktor pemicu kecelakaan di tol ini. Oh ya, kecepatan standar yang dianjurkan ketika melintas di tol ini adalah 80-100 Km/jam, jadi perhatikan speedometer yaa, tetap jaga laju kendaraan di kecepatan tersebut. Cari selamat aja!!

Selain masalah kecepatan tinggi, faktor pemicu kecelakaan tentu saja ada pada faktor human error. Faktor kelelahan dan mengantuk bisa menjadi pemicu klasik timbulnya kecelakaan. Mengemudi terus-terusan di jalan lurus memang kadang membuat mata mengantuk. Sebagai antisipasinya, pihak LMS telah menyediakan 8 rest area di sepanjang tol ini. Masing-masing disediakan 4 rest area untuk jalur arah Palimanan maupun sebaliknya, dan lokasinya saling berhadapan untuk semua arah. Rombongan kami sempat berhenti di Rest Area KM 86 yang merupakan rest area pertama dari pintu tol Cikopo,  untuk melihat bagaimana kesiapan tol Cipali  dalam menyambut pemudik. Rupanya masih banyak fasilitas yang sedang dikebut untuk diselesaikan. Beberapa tenant makanan masih kosong, demikian pula untuk fasilitas masjid, masih dalam tahap finishing. Namun, pak Wisnu sempat menyatakan bahwa menjelang mudik nanti, dipastikan fasilitias ini siap untuk melayani pengunjung.

[caption caption="Suasana Salah Satu Rest Area di Tol Cipali"]

[/caption]

Faktor lain yang juga perlu diperhatikan pengemudi adalah terpaan angin samping. Seperti layaknya tol Cipularang, di tol Cipali ini juga sering terjadi terpaan angin kencang dari arah samping. Menurut informasi dari petugas LMS yang ikut rombongan bus kami, angin samping ini biasa ditemui di sekitar KM 134 dan 144. Meskipun intensitasnya tidak terlalu sering, rasanya hal ini harus menjadi catatan tersendiri bagi kita apabila melintas tol Cipali. Yaa, hati-hati aja!

Masalah kelelahan dan mengatur kecepatan laju kendaraan tampaknya harus menjadi perhatian penting bagi pemudik di jalur ini. Melihat angka kecelakaan yang terjadi di tol ini sejak diresmikan presiden Jokowi yang sudah mencapai angka diatas 30 kecelakaan, saya menyarankan untuk menjaga stamina mengemudi serta pengaturan kecepatan. Nasihat klasik, tapi rasanya penting banget. Kalo lelah, yaa berhenti dan istirahat dulu di rest area, soal pengaturan laju kendaraan, ada baiknya jika penumpang di samping pengemudi (co-driver) agar senantiasa mengingatkan. Hmm, mengajak ngobrol pengemudi juga bisa menjadi trik agar tidak mengantuk.

Sebagai bentuk antisipasi penanganan hal-hal yang tidak diinginkan, Pengelola tol sudah menyediakan  mobil PJR, resque dan  ambulan yang ditempatkan di beberapa titik. Mobil patrol ini akan terus bergerak setiap 30 menit, sehingga bisa memantau terus kondisi jalan tol. Di beberapa titik pun sudah dipasang CCTV, yang terus dipantau di traffic management control di lokasi kantor operasional cabang PT. LMS. Khusus untuk penanganan korban kecelakaaan, pihak operator tol telah bekerja sama dengan beberapa rumah sakit di sepanjang daerah yang dilewatinya. Untuk wilayah Purwakarta, pihak tol bekerja sama dengan RS. Siloam dan RS Thamrin, di wilayah subang ada RS Cideres dan RSUD SUbang  yang menjadi rujukan, sedangkan di wilayah Palimanan pihak tol bekerjasama dengan RS Mitra dan RS Sumber waras. Tentu saja jangan sampai ada lagi kecelakaan yaa, tetap waspada saja selama mengendarai kendaraan.

[caption caption="Penjelasan oleh Pak Wisnu Dewanto, Corporate Affair PT. LMS"]

[/caption]

Oh ya, tidak semua rest area di jalur tol Cipali ini memiliki fasilitas SPBU. SPBU ini akan tersedia di Rest Area KM 102 dan KM 166. Jadi, bagi anda yang akan memasuki tol Cikopo, perhatikan terlebih dahulu isi tangki bensin anda, jangan sampai kehabisan bensin ditengah jalan, karena jarak SPBU terdekat (KM 102) dari pintu tol Cikopo sekitar 30 KM (KM 72), jarak antara SPBU dengan SPBU lainnya pun lumayan jauh, sekitar 60 Km. Kabar baiknya, menurut Pak Wisnu, selama musim mudik ini akan disediakan juga mobile SPBU yang menjual bensin dalam kemasan di beberapa rest area non SPBU.  

Sedikit penasaran, bagaimana cara tol Cipali mengantisipasi ledakan pengguna mobil pada arus mudik nanti? Antrean panjang di pintu tol mungkin bisa menjadi kekhawatiran yang malah bisa membuat perjalanan jadi terhambat. Saat sesi Talkshow, Pak Wisnu menjelaskan soal ini. Rupanya pihak LMS sudah mengantisipasi hal ini. Diprediksi, kendaraan yang melintas tol Cipali akan membludak menjadi 70 ribu kendaraan per hari, sehingga LMS berencana akan membuka 20 pintu di gardu Cikopo dengan rata-rata setiap gardu akan melayani 250 kendaraan per jam. Jadi, gak perlu khawatir lagi akan adanya antrean kendaraan yang mengulur panjang. Yakin deh mudik lebaran tahun ini akan lebih lancar lagi dengan melalui tol Cipali ini. Ayo mudik asyik lewat tol Cipali…

[caption caption="Infografik Panduan Mudik Asyik Lewat Tol Cipali"]

[/caption]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun