Itulah materialist ingin menggambarkan manusia seolah full benda materi hingga pikiran nyapun di anggap gerak atau produk atau eksistensi unsur materi,Tapi tahukah anda bahwa anggapan seperti itu memiliki konsekuensi ?
Konsekuensinya yaitu harus menjelaskan seluruh fenomena berpikir,fenomena kejiwaan full menurut konstruksi hukum fisika-dengan penjelasan fisika, kimiawi atau penjelasan biologi atau penjelasan memakai ilmu berkarakter material lainnya
Tapi hingga saat ini ilmuwan,saintis hingga neurosaintis mana yang bisa menjelaskan fenomena berpikir full dengan menggunakan sarana-infrastruktur ilmu materi ?
Yang terjadi adalah ketika menjelaskan fenomena berpikir atau aspek psikologi bahkan materialist pun masih bergantung pada penjelasan psikologis yang adalah bukan karakter penjelasan ilmu materi dan penggunaan istilah istilah yang sebenarnya bukan berasal dari ranah ilmu material tapi masih dari ranah ilmu psikologi
Ini membuktikan sulitnya menjelaskan jiwa-pikiran manusia full menggunakan seluruh ilmu pengetahuan material bahkan yang telah ada hingga saat ini di ranah dunia sains
Itulah,penjelasan tentang manusia saat ini ada dipersimpangan,Seolah menjadi "rebutan" antara dua cara pandang ; dualist vs materialist.Dan ini adalah puncak pertarungan antara materialist vs dualist karena manusia adalah makhluk unik yang memang tak bisa full jadi obyek sains
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H