Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengembalikan akal ke "setelan pabrik"

13 Januari 2025   06:13 Diperbarui: 13 Januari 2025   07:34 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images ; gubukfilsafat

Adalagi yang lebih ekstrim seperti Derrida,ia punya obsesi membentuk cara pandang baru yang dianggapnya terlepas dari nilai nilai yang telah dibangun oleh para filsuf klasik yang lebih orientasi pada penggunaan akal murni.Para filsuf klasik hingga modern sebenarnya berupaya membangun makna (kebenaran) yang terstruktur dan bersifat tetap dan ini masih karakter logosentrisme-pengakuan atas otoritas akal budi.Tapi teori post-strukturalisme yang di anut Derrida,Foucoult dkk justru meniadakan pengaruh struktur dan percaya bahwa makna tidak mutlak dan struktur tidak konstan.Mereka lebih suka kebebasan individu dalam menafsir,hermeneutika berkembang.Maka dalam filsafat kontemporer kebebasan seperti lebih penting daripada kebenaran yang difahami secara akali-terstruktur- sistematis-dengan benar-salah yang hitam-putih

Puncaknya adalah apa yang orang sebut era post truth,Disini nilai kebenaran seolah sudah tak lagi memiliki kedalaman dan tidak lagi didalami,konsep kebenaran hakiki sudah tidak lagi dikenali.Yang mengemuka pada era post truth hanyalah opini opini yang berkembang di permukaan.Kebenaran mengalami kuamat di era post truth

Itulah,sejarah perjalanan kebenaran di dunia barat dari awal-pertengahan hingga ujung bukan makin terang benderang atau makin mendalam tapi makin mengarah ke permukaan-bukan makin ke arah pemahaman hal yang hakiki seperti dikonsep dalam agama wahyu.Maka jangan heran kalau filsafat skeptisisme lebih berkembang berbarengan dengan eksistnya empirisme,materialisme, positivisme,relativisme,pluralisme,liberalisme,Dan diperkuat dengan hadirnya prinsip ketakpastian kuantum.Semua yang saya sebut itu menghancurkan sendi sendi karakter berpikir akal alami yang sistematik

Maka sebagai contoh; untuk memahami hukum sebab akibat secara terstruktur maka cara berpikir akalnya dulu harus ditata ulang,Apa itu akal,apa-bagaimana logika itu semua harus dikembalikan dulu ke setelan pabrik karena sudah banyak di acak acak atau di modif oleh para pemikir filsafat. 

MAKA itu bila diantara anda ada yang banyak bersentuhan dengan dunia filsafat-banyak memvaca  risalah filsafat periksa ulanglah cara beepikir anda ; Apakah masih khas "setelan pabrikan " ?

Karena efek dari banyak bersentuhan dengan dunia filsafat itu beragam ; bisa makin memperkuat setelan pabrik tapi juga bisa  makin jauh meninggalkannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun