Akal itu di stel untuk mengelola berbagai permasalahan baik fisik maupun metafisik,baik persoalan sains-filsafat maupun agama.Dan akal bisa mengelola semua persoalan tersebut selama setelannya masih "pabrik" ; orientasi pada cara berpikir tertata,terstruktur,sistematis TANPA SYARAT harus empiris atau harus berdasar bukti empiris.Ini disebut "akal murni" atau akal yang tak bergantung mutlak pada input dunia indera.Persoalan metafisika termasuk agama akan mudah dielaborasi dan difahami selama yang dipake akal murni,Kalau yang dipake akal yang sudah tidak murni karena misal mesti pake syarat a b c d yang dibuat oleh para pemikir kelas dunia maka persoalan metafisika sulit terselesaikan
Banyak pemikir yang memodif setelan pabrik akal itu sehingga setelah itu akal manusia tak bisa lagi leluasa misal mengelola persoalan metafisika karena sudah dibebani syarat syarat tertentu
Contoh,ketika mulai menguat faham empirisme-positivisme diantaranya efek eksistensi para pemikir aliran Wina maka cara berpikir akal murni sudah mulai lenyap karena para pemikir Wina menerapkan syarat pembuktian empiris pada epistemologi ilmu pengetahuan.Maka metafisika mulai dikeluarkan dari ranah peradaban ilmiah barat karena dianggap tidak memenuhi syarat empiris.
Contoh lebih awal lagi jauh sebelum itu dibuat oleh Immanuel kant.Immanuel Kant membagi persoalan filsafat pada kutub ; fenomena-noumena,fenomena ini maknanya kurang lebih suatu yang dapat dialami-diamati-di observasi sedang noumena adalah ranah hakikat yang independen dari dunia panca indera-tidak dapat diamati secara empiris
Nah yang jadi masalah adalah Kant menutup pintu ilmu pengetahuan termasuk aal untuk masuk ke wilayah noumena,dianggap sebagai wilayah yang tak bisa diketahui.Ini bertentangan dengan metafisika agama dimana dalam agama akal harus bermain zig zag dari fenomena ke noumena dan sebaliknya tanpa dihalangi batasan yang tidak perlu yang dibuat manusia
Jadilah akal ala Kantian bermain lebih lugas hanya di wilayah fenomena,maka ketika Kant bicara Tuhan akalnya terhalang masuk noumena sehingga Kant membelokkan persoalan Tuhan ke kategori moral karena menurutnya logika mustahil bisa menembus ilmu pengetahuan tentang Tuhan.Padahal fungsi kitab suci itu agar akal manusia bisa tembus hingga wilayah noumena-wilayah yang diluar pengalaman indera manusia.Tapi ini perlu akal murni atau akal yang masih setelan pabrikan
Itulah bisa disebut periode Kant adalah periode yang sangat berpengaruh dalam peradaban filsafat barat dimana setelah itu budaya berpikir barat makin mengarah ke cara berpikir-cara pandang empiris, Momentumnya diperkuat lewat resolusi para pemikir lingkaran Wina dan akhirnya saat ini materialisme ilmiah makin dominan dan makin mendunia walau inipun sebenarnya efek dari perkembangan sains yang sangat pesat
Nah perlu diketahui di dunia filsafat itu sebenarnya banyak yang mengutak atik setelan pabrik dari akal atau bisa disebut para filsuf itu banyak membuat "aplikasi baru" yang berbeda dengan "setelan pabrik" yang alami.Walau ada juga yang berupaya memperkuat setelan pabrik tersebut.Hadirnya ilmu logika-hukum logika sebenarnya makin memperkuat setelan pabrik akal karena ilmu logika menuntun manusia bagaimana cara berpikir akal yang tertib
Tapi masalahnya adalah tidak semua filsuf di ranah filsafat menyukai gaya berpikir "klasik" yang tertib-dualistik-hitam putih dengan penekanan benar dan salah yang terang benderang.Banyak yang seperti tergoda memainkan cara berpikir revolusioner dengan gaya yang berbeda beda
Seorang pemikir seperti Albert camus misal malah mencoba membawa manusia ke cara pandang absurdisme,didalamnya benar-salah yang harusnya hitam-putih seolah jadi blur-absurd.Cara berpikir yang tentu melenceng dari karakter akal menurut setelan alami nya
Camus lebih menyukai istilah Absurdis, kepercayaan bahwa realitas tidak rasional dan tidak berarti.Ini berlawanan dengan pandangan agama bahwa kehidupan itu bertujuan dan Tuhan memberitahukan noumena nya lewat kitab dan karena ada makna hidup maka benar-salah bisa diketahui secara terang benderang-tak harus absurd.Absurdisme menutup pintu memahami kebenaran secara terang benderang mengikuti cara pandang khas agama wahyu