Ini sama dengan penjelasan tentang manusia,bila kita bicara sifat personal manusia seperti niat,hasrat, kehendak,cita cita atau sifat kasih sayang nya atau sifat munafik nya atau sifat takabbur nya atau filosofi nya atau idealisme nya dlsb.itu semua tak bisa memakai penjelasan berbasis AI,neurosains atau ilmu biologi tapi murni harus memakai pemahaman metafisis-psikologis dengan metode kesadaran.
AI tak akan bisa mematematika kan misal bagaimana struktur cara berpikir seseorang hingga misal menjadi beriman atau menjadi munafik atau menjadi seorang yang tulus ikhlas,pengasih dan penyayang dlsb.JIWA -RUHANI TAK AKAN BISA DI ALGORITMAKAN seperti data data komputer yang langkah langkahnya beroperasi sesuai hukum algoritma
Sama halnya hanya dengan mengamati fungsi seluruh bagan dari sistem saraf manusia seorang neurosaintis paling profesional pun tetep tidak akan tahu pikiran yang berada dalam jiwa manusia atau pergumulan pemikiran apa yang sedang terjadi dalam jiwa seorang individu.Karena otak fisik dan fungsi saraf semua manusia pada dasarnya sama tapi pikiran apa dan yang bagaimana yang berlalu lalang didalam otak fisik tak ada yang tahu bahkan andai menggunakan alat teknologi untuk memindai nya
Saintisme berambisi menjelaskan seluruh fenomena dengan penjelasan saintifik,Dan hadirnya fisika kuantum,AI,neurosains menambah rasa percaya diri penganut saintism seolah sains telah memiliki infrastruktur-peralatan komplit untuk menjelaskan hal yang semula hanya bisa dijelaskan oleh psikologi-metafisika- filsafat-agama. Tapi setelah di praktekkan para saintis sendiri malah dapat menyadari sampai batas atau sejauh mana infrastruktur sains bila digunakan menelusuri obyek-persoalan yang sudah biasa jadi bahasan psikologi-metafisika- filsafat-agama itu
Maka seperti sering saya tulis wajar-ideal bila dibalik sains fisika ada disiplin psikologi-filsafat-metafisika-agama untuk menjelaskan hal-persoalan-fenomena yang infrastruktur sains sudah tak bisa menjelaskannya lagi secara komprehensif
Sains dan metafisika ibarat 2 kereta yang berjalan pada dua rel berbeda,ketika keduanya bersua masing masing bisa saling melihat bahkan saling mempelajari tapi keduanya tetep tak bisa masuk menjadi satu rel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H