MENGAPA ADA PRINSIP KETAKPASTIAN DALAM SAINS DAN LOGIKA DALAM METAFISIKA
Dalam dunia ilmu pengetahuan segala suatu dapat dirumuskan atau di konsepsikan itu karena ada dua posisi ; subyek dan obyek.Tidak akan ada ilmu pengetahuan bila hanya ada satu-tanpa ada keduanya.
Semua institusi baik sains-filsafat maupun agama bisa melahirkan rumusan deskriptif, konsep konsep-hal hal konseptual itu karena ada peran subyek dan obyek.Salah besar kalau obyek ilmu dianggap hanya ada dalam sains dan tidak dalam metafisika termasuk agama,lalu obyektifitas dianggap hanya ada dalam sains atau hal empiris. Lalu metafisika termasuk agama dianggap hanya ranah subyektif.Adanya konsep konsep formal yang bersifat baku-permanen dan disepakati umum itu menunjukkan bahwa metafisika memiliki obyek baku yang didalami dan dapat difahami secara sama oleh yang mendalaminya
Fihak tertentu yang berpandangan materialist suka melenyapkan status obyek ilmu dari metafisika lalu metafisika dipandang murni hanya ranah subyektif dan ranah subyektifitas maka pendalaman seperti yang saya buat ini perlu untuk memberi pemahaman mengapa metafisika ada.Artinya,seperti dalam sains dalam metafisika pun ada obyek baku-permanen, menjadi dasar,prinsip,bahan kajian sampai metode keilmuan,cuma karakternya beda dengan obyek sains
Karena ilmu pengetahuan adalah konsep yang mengelola keseluruhan yang ada dalam realitas baik fisik mapun non fisik-dibalik dunia fisik-metafisika.(Ini pemahaman dasar terhadap ilmu pengetahuan yang universal) ,maka otomatis obyek ilmu pun ada dalam fisika maupun metafisika
Tapi keduanya (subyek-obyek) mesti ditarik pada dua kutub terpisah tiada lain agar posisi keduanya jelas,Termasuk agar kita tahu mana posisi obyektif (murni tentang atau bicara obyek) dan mana posisi subyektif (pandangan atau pengalaman subyek)
Tapi dalam praktek yang namanya obyek dan subyek itu selalu saling beririsan dan dalam suatu kasus kadang kita tidak tahu dimana batas jelas antara subyektif dan obyektif,tapi dalam kasus seperti ini jangan lantas beranggapan bahwa subyek tinggal sendirian dan obyek sudah dianggap tidak ada.Jangan menganggap obyek tidak ada hanya karena tidak bisa dilihat atau sulit difahami.Karena pada dasarnya dalam realitas manusia tidak tinggal sendirian
Karena untuk memahami sesuatu sebagai obyek dan obyektif kadang tak cukup hanya peran indera tapi perlu peran element abstrak seperti pikiran, kesadaran,imajinasi,akal budi,hati nurani.Ini terjadi ketika manusia sudah berhadapan dengan obyek yang abstrak,tidak jelas-blur,kabur,tidak fisik.
Maka ketika berhadapan dengan obyek obyek abstrak seperti obyek metafisika atau kuantum posisi subyek dan obyek kadang seperti tidak jelas batasannya,tapi dalam kasus seperti ini bukan berarti obyek tidak ada lalu di stigma "cuma ranah subyektif" atau yang ada hanya subyek dan subyektifitas, obyeknya ada tapi perlu pendalaman untuk memahami keberadaannya dan tak lagi cukup peralatan inderawi
Dalam ranah sains apakah semua obyeknya selalu empiris dan selalu bisa di  reduksi pada penjelasan obyektif serba terukur ? Kalau tidak bisa maka mesti dianalisa kenapa fenomena tsb bisa terjadi
Karena sudah merupakan kelumrahan- keumuman-fenomena umum bahwa bila sesuatu sudah tidak dapat dirumuskan oleh dunia indera maka manusia sudah biasa menggunakan peralatan abstrak seperti akal untuk mendalami nya secara lebih jauh.Ini terjadi misal di dunia kuantum