KEBENARAN TERTINGGI DAN TERDALAM ITU ADA DI RANAH SUBYEKTIF (?!)
Selama ini oleh sebagian yang berpikiran dangkal istilah "kebenaran" selalu diparalelkan hanya dengan hal "obyektif" dalam artian "empirik-bisa tangkap secara umum oleh indera semua orang" lalu sebagai lawanannya istilah "subyektif" di tempatkan sebagai hal yang tidak paralel dengan kebenaran karena indera umum tidak dapat menangkapnya
Lalu istilah "obyektif-subyektif" dijadikan acuan-parameter untuk menilai sesuatu sebagai kebenaran dan bukan kebenaran. Ini sebenarnya bisa sangat menyesatkan, mengapa ? Mari kita telusuri ..
Karena ada bentuk kebenaran tertentu yang untuk memahaminya perlu pendalaman serta penghayatan sang subyek dimana belum tentu semua orang memiliki kapasitas untuk melakukannya. Maka istilah "subyektif" tak bisa selalu diartikan negatif karena subyektifitas atau pendalaman sang subyek itu adalah cara untuk memahami bentuk kebenaran tertentu yang sudah diluar pengalaman inderawi yang sifatnya umum
Contoh ; pria dan wanita yang berpasangan membentuk rumah tangga adalah hal obyektif dalam artian secara umum itu hal "empirik", tapi APA dibalik bersatunya pria dan wanita sehingga mereka menyatu membentuk suatu rumah tangga maka itu bentuk kebenaran yang musti didalami lebih jauh
Jadi bila obyektif mau atau harus diartikan "empirik" maka dibalik hal hal yang obyektif empirik itu selalu ada hal hal abstrak-non empirik yang untuk memahaminya perlu pendalaman dan penghayatan yang sayangnya tidak semua yang memiliki indera punya kapasitas untuk melakukannya
Contoh lain ; Benda benda yang menjadi infrastruktur kehidupan kita di alam itu hal obyektif-diketahui semua orang tapi bila harus bicara "apa makna dan hakikat dari keberadaan semua itu" maka itu hal yang tidak semua orang memikirkannya-ia hanya dipikirkan oleh subyek yang pikirannya mendalam
Nah bentuk kebenaran yang memerlukan pendalaman dan penghayatan sang subyek itu disini kita istilahkan saja sebagai "kebenaran tertinggi dan terdalam".Karena diatas segala suatu obyek empirik-nampak itu bisa memiliki kebenaran tertinggi dan terdalamnya tersendiri yang adalah bukan hal empirik
Contoh ; kebenaran tertinggi dan terdalam dari bersatunya pria dan wanita dalam rumah tangga adalah ikatan rasa cinta - kasih.Kebenaran tertinggi dan terdalam dari kehidupan adalah bila orang memikirkan hingga ke level hakikat serta maknawiyah nya,Kebenaran tertinggi dan terdalam dari bentuk ibadat ritual agama (yang nampak) adalah penghayatan maknawiyah nya.Nah itu semua adalah contoh bahwa dibalik semua yang nampak yang orang artikan "obyektif" itu selalu ada hal yang untuk memahaminya perlu pendalaman sang subyek alias perlu unsur subyektifitas
Nah artinya,Bukankah perlu peran sang subyek atau subyektifitas untuk memahami bentuk kebenaran tertentu yang kita istilahkan sebagai "kebenaran tertinggi dan terdalam" ? Lalu siapa yang beranggapan subyektifitas-hal subyektif tidak ada kaitannya dengan kebenaran ?