Tidak,Maka penjelasan neurosains soal perasaan hati atau pergumulan pikiran dalam jiwa kita sebut "penjelasan teoritis" - bukan berdasar pengalaman langsung berdasar kesadaran diri seperti kita sendiri yang mengalaminya
Jadi intinya,sebagai ilmu tentang system saraf boleh di apresiasi tapi jangan juga langsung percaya 100 persen apapun yang mengatas namakan neurosains karena bisa jadi dibelakangnya ditunggangi oleh cara pandang atau filosofi materialisme ilmiah !
Karena sebagaimana mereka sering mengekpresikan cara pandang materialisme nya dengan mengatas namakan sains maka demikian pula ketika hadir neurosains maka merekapun akan ikut masuk kedalamnya dan ikut "mengendalikannya" misal dengan cara membuat narasi narasi ilmiah berdasar cara pandang materialisme ilmiah dengan mengatas namakan neurosains
Maka di publik sering lahir narasi narasi yang seolah sains atau neurosains tapi sebenarnya adalah ekpressi cara pandang materialisme ilmiah
Contoh ketika ada yang menyatakan ; "sains tidak akan mengobservasi yang tidak ada",itu sebenarnya lebih merupakan narasi materialisme ilmiah bukan narasi sains.Pernyataan itu sering digunakan di ruang debat untuk memukul kaum beragama.Pernyataan asli sains adalah "sains tidak akan mengobservasi yang diluar kemampuannya"
Demikian pula ketika ada pernyataan yang mengatas namakan neurosains seolah "otonomi jiwa itu tidak ada" atau "dualisme jiwa-raga itu ilusi" maka jangan terkecoh karena itu lebih merupakan pernyataan materialisme ilmiah ketimbang pernyataan resmi neurosains
Karena neurosains bila dibatasi sebagai bidang kajian perihal system saraf apakah bisa sampai sejauh itu operasionalnya hingga misal bisa menentukan bahwa otonomi jiwa itu tidak ada atau dualisme jiwa-raga hanya ilusi dan semua fenomena manusia hanya produk system sarafnya??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H