Rintangan lain adalah prasangka prasangka negatif yang tersimpan bahkan kadang melekat sebagai mindset. Prasangka prasangka negatif terhadap filsafat maupun agama membuat manusia terhalang untuk memahami kebenaran secara utuh-menyeluruh yang meliputi aspek fisika serta metafisika
Karena kebenaran yang utuh menyeluruh bukanlah yang menghadirkan semata aspek fisik-lahiriah-material tapi menyangkut semua hal dibalik itu atau yang dikenal sebagai aspek non fisik-metafisik
Sebagaimana manusia secara utuh adalah meliputi aspek jiwa-raga nya maka demikian pula dengan kebenaran ia dibangun oleh dimensi fisik serta non fisik-metafisik.Dan itu tercermin pada peralatan berpikir yang ada pada manusia yang adalah bukan semata untuk menangkap yang fisik-inderawi tapi juga untuk mendalami hal non fisik dibalik yang fisik
Bila sains mengelola kebenaran yang bersifat fisik-materi maka itu adalah merupakan ranahnya,Tapi mesti ada konsep ilmu yang juga mendalami hal hal dibalik fisik yang ditemukan oleh sains sebagai pengejawantahan potensi akal budi serta nurani yang memang memiliki potensi mendalami hal non fisik dibalik yang fisik
Tinggal anda bertanya pada diri sendiri ? Sampai titik mana kebenaran yang mau anda cari ? Apakah sebatas menghimpun beragam data ilmu pengetahuan yang bersifat empiris dan memperoleh beragam gelar akademik  atas pencapaiannya atau mau mencari yang lebih dalam dan lebih luas dari itu ?
Filsafat dan agama wahyu bukan menawarkan ilusi,imajinasi,fiksi, khayalan,angan angan dlsb.,tapi memberi manusia beragam metode - jembatan ilmu pengetahuan untuk memahami dunia metafisika secara konstruktif berdasar prinsip keilmuan.
Ilmu ilmu yang diberikan oleh filsafat serta agama wahyu semisal ilmu realitas-ontologi,epistemologi,ilmu kausalitas,ilmu logika,ilmu hakikat serta ilmu hikmat.Semua adalah metode untuk memahami hal metafisis dibalik yang fisik bukan secara acak atau imajinatif tapi secara prinsip keilmuan metafisis. Sehingga dunia fisik dan metafisik dapat difahami secara menyatu padu-secara konstruktif-tidak acak-tidak spekulatif dan tidak berdasar imajinasi imajinasi yang liar
Maka itu yang bisa menemukan kebenaran sejati dalam artian utuh-menyeluruh mencakup dimensi fisik-non fisik adalah orang yang "bermata dua"-bisa melihat secara berimbang ke dunia fisik serta metafisik-tidak mencari cari semata yang bersifat empirik.Kebenaran sejati tidak ada di dunia nampak karena itu pintu gerbang untuk mencari yang lebih dalam yang tak bisa diperoleh hanya dengan mengandalkan peralatan inderawi
Dan orang yang mau terbuka untuk memanfaatkan potensi akal budi serta nuraninya untuk memikirkan persoalan kebenaran secara mendalam tidak sebatas berhenti pada ilmu ilmu empiris semata dan tidak berhenti semata pada perolehan gelar
Karena mencari kebenaran sejati memang tak ada kaitannya dengan perolehan gelar akademik dan bukan untuk kepentingan memperoleh gelar tapi sebuah idealisme pribadi yang lebih kepada untuk mencari kepuasan serta kebahagiaan batiniah
Mencari ilmu itu ada tempatnya,ada beragam lembaga-akademi yang mengajarkan beragam disiplin keilmuan, Tapi mencari kebenaran sejati itu tidak ada  akademi yang khusus mengajarkannya,itu mesti hanya bisa berdasar idealisme pribadi