Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Kebenaran, Dimana Adanya, Siapa Bisa Menemukannya?

31 Agustus 2024   07:31 Diperbarui: 31 Agustus 2024   07:38 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images ; limawaktu.id

Kebenaran adalah mysteri terbesar yang pernah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia. Disepanjang zaman hingga saat ini orang selalu memikirkannya, mencarinya, memperbincangkannya atau hingga memperdebatkannya,Dan seolah tak pernah selesai (!)

Apa itu kebenaran ? Jawabannya akan teramat sangat kompleks dan makin berkembang dari zaman ke zaman seiring makin berkembangnya ilmu pengetahuan umat manusia.Walau banyak teori kebenaran dibuat manusia itu tak cukup menyelesaikan beragam persoalan kebenaran yang kompleks

Kebenaran itu seperti potongan puzzle ia tidak hadir selalu secara utuh dalam bentuk yang tinggal lihat,tinggal hafal,tinggal telan atau tinggal pakai.Maka orang perlu berpikir untuk mencarinya. Karena mencari kebenaran tidak cukup mengandalkan peralatan inderawi.Apapun yang orang tangkap dengan inderawinya adalah bahan untuk mencari kebenaran dan bukan kebenaran yang telah utuh atau telah selesai

Siapapun yang menganggap kebenaran sebatas yang nampak indera dan selesai sampai disana maka dapat dipastikan ia telah gagal memahami kebenaran.Karena kalau sekedar tangkapan indera sebenarnya tak terlalu beda jauh manusia dengan binatang yang juga memiliki penangkapan inderawi

Maka kebenaran mestilah sesuatu yang untuk mencari dan menemukannya serta memahami hingga meyakininya memerlukan peran seluruh peralatan berpikir yang dimiliki manusia mulai dari dunia panca indera hingga akal hingga hati nurani dilibatkan.Mengapa hati nurani dilibatkan ? Karena itu diperlukan untuk mendalami serta menghayati hal yang sifatnya essensial-mendalam.Dan dalam hati nurani itu pula akan terletak rasa cinta dan pembelaan yang kuat terhadap kebenaran yang diyakini

Dengan kata lain,Kebenaran memerlukan potensi seluruh peralatan berpikir yang manusia miliki untuk menemukan hingga meyakininya

Maka kebenaran adalah ibarat sebuah konstruksi besar yang dibangun oleh  banyak element yang mana element element yang membangunnya tersebut terserak di berbagai tempat berbeda.Ia bisa ada di timur atau barat,utara atau selatan,Ia terserak dalam sains,filsafat serta agama,karena ketiganya menelusuri kebenaran dengan cara berbeda dan dengan obyek yang berbeda

Sains mencari element kebenaran yang intinya dapat ditangkap oleh perangkat dunia indera manusia,filsafat mendalami segala suatu secara akali apapun fenomena yang ditemukan-dengan beragam kacamata-cara pandang-dari beragam sudut pandang-dengan beragam system filsafati yang bisa manusia buat. Dan agama memberi jawaban atas persoalan yang indera maupun akal pikiran manusia sudah tidak bisa menjawabnya lagi

Sebuah perpaduan yang harmoni dan sempurna bila manusia bisa memahami mulai prinsip-filosofi dasar apalagi hingga ke beragam persoalan teknisnya yang kompleks.Karena tidak mudah untuk menyatu padukan puzzle kebenaran yang terserak dalam sains,filsafat serta agama,Itu memerlukan kacamata-cara pandang yang luas-metafisis dan tidak materialist

Dan salah satu rintangan terbesarnya adalah banyak orang yang mengambil sikap langsung main bentur antara satu dengan lainnya ketimbang berupaya mencari perpaduan atau harmonisasi demi untuk menemukan pemahaman terhadap konsep kebenaran yang utuh-menyeluruh

Rintangan lain adalah prasangka prasangka negatif yang tersimpan bahkan kadang melekat sebagai mindset. Prasangka prasangka negatif terhadap filsafat maupun agama membuat manusia terhalang untuk memahami kebenaran secara utuh-menyeluruh yang meliputi aspek fisika serta metafisika

Karena kebenaran yang utuh menyeluruh bukanlah yang menghadirkan semata aspek fisik-lahiriah-material tapi menyangkut semua hal dibalik itu atau yang dikenal sebagai aspek non fisik-metafisik

Sebagaimana manusia secara utuh adalah meliputi aspek jiwa-raga nya maka demikian pula dengan kebenaran ia dibangun oleh dimensi fisik serta non fisik-metafisik.Dan itu tercermin pada peralatan berpikir yang ada pada manusia yang adalah bukan semata untuk menangkap yang fisik-inderawi tapi juga untuk mendalami hal non fisik dibalik yang fisik

Bila sains mengelola kebenaran yang bersifat fisik-materi maka itu adalah merupakan ranahnya,Tapi mesti ada konsep ilmu yang juga mendalami hal hal dibalik fisik yang ditemukan oleh sains sebagai pengejawantahan potensi akal budi serta nurani yang memang memiliki potensi mendalami hal non fisik dibalik yang fisik

Tinggal anda bertanya pada diri sendiri ? Sampai titik mana kebenaran yang mau anda cari ? Apakah sebatas menghimpun beragam data ilmu pengetahuan yang bersifat empiris dan memperoleh beragam gelar akademik  atas pencapaiannya atau mau mencari yang lebih dalam dan lebih luas dari itu ?

Filsafat dan agama wahyu bukan menawarkan ilusi,imajinasi,fiksi, khayalan,angan angan dlsb.,tapi memberi manusia beragam metode - jembatan ilmu pengetahuan untuk memahami dunia metafisika secara konstruktif berdasar prinsip keilmuan.

Ilmu ilmu yang diberikan oleh filsafat serta agama wahyu semisal ilmu realitas-ontologi,epistemologi,ilmu kausalitas,ilmu logika,ilmu hakikat serta ilmu hikmat.Semua adalah metode untuk memahami hal metafisis dibalik yang fisik bukan secara acak atau imajinatif tapi secara prinsip keilmuan metafisis. Sehingga dunia fisik dan metafisik dapat difahami secara menyatu padu-secara konstruktif-tidak acak-tidak spekulatif dan tidak berdasar imajinasi imajinasi yang liar

Maka itu yang bisa menemukan kebenaran sejati dalam artian utuh-menyeluruh mencakup dimensi fisik-non fisik adalah orang yang "bermata dua"-bisa melihat secara berimbang ke dunia fisik serta metafisik-tidak mencari cari semata yang bersifat empirik.Kebenaran sejati tidak ada di dunia nampak karena itu pintu gerbang untuk mencari yang lebih dalam yang tak bisa diperoleh hanya dengan mengandalkan peralatan inderawi

Dan orang yang mau terbuka untuk memanfaatkan potensi akal budi serta nuraninya untuk memikirkan persoalan kebenaran secara mendalam tidak sebatas berhenti pada ilmu ilmu empiris semata dan tidak berhenti semata pada perolehan gelar

Karena mencari kebenaran sejati memang tak ada kaitannya dengan perolehan gelar akademik dan bukan untuk kepentingan memperoleh gelar tapi sebuah idealisme pribadi yang lebih kepada untuk mencari kepuasan serta kebahagiaan batiniah

Mencari ilmu itu ada tempatnya,ada beragam lembaga-akademi yang mengajarkan beragam disiplin keilmuan, Tapi mencari kebenaran sejati itu tidak ada  akademi yang khusus mengajarkannya,itu mesti hanya bisa berdasar idealisme pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun