Terlalu banyak atau sudah kecenderungan umum (?) kalau istilah "obyektif" dikaitkan hanya dengan hal fisik-materi- empiris-sains,karena hal fisik adalah obyek yang paling mudah ditangkap dan paling mudah diterima oleh semua fihak-umum
Tapi dalam kehidupannya apakah manusia sebagai subyek hanya berhadapan dengan obyek obyek yang bersifat fisik ? Terlalu kerdil untuk memiliki pandangan seperti itu dan juga tidak sesuai dengan kenyataan pengalaman manusia
Karena dalam pengalaman saya sendiri saya selalu berhadapan dengan obyek serta persoalan fisik sekaligus non fisik-metafisik.Dan bila bercermin pada peradaban umat manusia maka itupun persis sama dengan pengalaman saya
Dalam perikehidupannya manusia bergumul tidak hanya dengan obyek serta persoalan fisik tapi juga non fisik-metafisik,maka dalam peradaban umat manusia kita mengenal sains,filsafat serta agama,itu bukti bahwa apa yang saya ungkapkan benar adanya.Karena sains,filsafat serta agama menggumuli obyek serta persoalan yang berbeda
MENANGKAP YANG MATERI DAN NON MATERI
Tentusaja karakternya berbeda. Menangkap obyek materi kita menggunakan peralatan indera + bantuan alat sains,sedang menangkap obyek non materi kita menggunakan peralatan non inderawi ; pikiran,perasaan,kesadaran,akal
Maka ada yang obyektif menurut indera dan ada yang obyektif menurut non inderawi semisal kesadaran pikiran atau perasaan
Contoh ; manusia dengan segala infrastruktur fisik-biologis nya itu hal obyektif bagi indera dan-maupun bagi sains.Tapi bahwa manusia memiliki kesadaran,alam pikiran,emosi- perasaan,akal,nurani atau empati adalah obyek yang ditangkap bukan oleh peralatan indera atau peralatan  sains
Contoh lain, seorang ibu bagi anak anaknya adalah entitas obyektif bagi indera tapi kasih sayang ibu pada anaknya adalah obyektifitas yang hanya kesadaran kita yang dapat menangkapnya
Artinya,yang non materi itu untuk menangkap serta memahaminya melibatkan peran penangkapan, kesadaran,pengalaman sang subyek
Dan hal non materi pun dapat melahirkan rumusan yang untuk orang yang memahaminya dipandang "obyektif" dalam arti obyeknya ada dan dapat ditangkap serta difahami keberadaannya seperti entitas non materi yang ada dalam jiwa manusia