Anda pernah mendengar pemain sepak bola profesional yang suka pindah pindah klub ? Nah si pemain bola ini walau berhadapan dengan mantan klub yang pernah memujanya sekalipun maka ia tetap bermain profesional-sesuai profesi nya dan tidak memakai prinsip perasaan.Maka ia bisa bermain secara normal tanpa misal dibebani unsur perasaan
Nah tahukah anda bahwa akal dan logika yang melekat dalam akal itu ketika digunakan dalam berpikir ia akan bekerja secara profesional-bukan misal bekerja berdasar perasaan atau berdasar keyakinan.Perasaan atau keyakinan hanyalah faktor pendorong atau pemicu tapi dalam bekerjanya acuan logika bukan perasaan maupun keyakinan tapi kaidah kaidah atau aturan atau prinsip logika
Jadi profesionalitas dalam logika artinya ia bekerja hanya berdasar prinsip-kaidah logika.Dan independentnya logika adalah bahwa ia tidak berfihak langsung misal pada perasaan atau fihak tertentu tapi pada apa yang menjadi kaidahnya
Kecuali logika dikalahkan misal oleh perasaan atau emosi maka ia akan terhenti.Atau yang bisa menghentikan logika adalah hilangnya jembatan sebab akibat,disini manusia menemukan hal irrasional yang sudah sulit di observasi secara logika.Batas logika adalah bila sesuatu sudah sulit ditelusuri unsur sebab akibatnya
Dalam kasus nabi Musa dan Khidir maka nabi Musa yang biasa terampil bermain logika benar-salah,baik-buruk ketika berhadapan dengan Khidir seolah kehilangan keterampilan bermain logika,Ya karena Khidir mendemonstrasikan bentuk ilmu yang levelnya sudah diatas logika dan lebih bersifat teka teki karena sebab-akibatnya sulit ditemukan
.................
Misal saat orang beriman memakai logika dalam berpikir maka logika akalnya akan profesional -akan mengacu pada prinsip logika dan bukan semata prinsip iman. Maka iman dan logika itu beda secara prinsip serta substansi.Logika itu prinsip berpikir sistematis sedang iman adalah cara manusia menyikapi semua apa yang telah diterimanya sebagai informasi termasuk dari logika
Demikian pula ketika logika digunakan oleh yang tak beriman atau yañg beragama apapun ia akan berjalan dalam akal siapapun selama kaidah logika nya masih dipakai dan akan terhenti saat kaidah logika sudah tidak dipakai
Jadi yang logis adalah = yang memakai prinsip prinsip logika dan tak bisa di klaim secara langsung yang punya keyakinan ini atau itu.Kalau seseorang ingin menilai apakah keyakinan seseorang itu logis atau tidak ya periksa argument dibalik keyakinannya,Apakah dalam argumentasinya ada bangunan yang dibangun berdasar kaidah logika tidak
Dan secara substansi logika itu beda dengan hati atau perasaan,hati atau perasaan itu memiliki sifat personal-memiliki kehendak-tujuan. Karena hati memiliki sifat personal maka ia bisa mengendalikan jalanya logika, apakah mau dibawa ke kiri atau kanan ke arah yang benar atau salah, baik atau buruk.Maka baik orang saleh maupun maling bisa sama sama memakai logika.Dengan pake logika maka si maling punya strategi jitu dalam menjalankan aksinya.Sedang si orang saleh dengan memakai logika nya bisa menunjang atau memperkuat keyakinan imannya
Sedang akal dengan logikanya itu tidak memiliki sifat personal.Tak ada yang namanya niat hasrat kehendak akal,yang ada adalah niat hasrat dan kehendak hati.Maka arah logika mengikuti niat dan hasrat hati.Tapi dalam bekerjanya selama manusia masih pake akal maka akal tetap mengikuti prinsip logika yaitu berpikir tertata-terstruktur-bukan mengikuti prinsip perasaan.Dan yang bisa merusak cara berpikir akal adalah bila hawa nafsu ikut bermain maka cara berpikir akali berantakan