Dalam sains sebuah teori ilmiah itu punya proposisi-kedudukan serta kapasitasnya tersendiri. Bukan suatu yang dipandang sebagai kebenaran mutlak,bisa disebut kebenaran sementara sampai ditemukan bukti empirik atau bukti valid yang tidak bisa dibantah lagi.Dengan kata lain sifat dugaan atau ke belum pastian dapat melekat kepada suatu teori.Sehingga kita sering mendengar teori yang terbukti keliru atau difalsifikasi atau diperbaiki atau diganti oleh teori lain untuk kasus berbeda. Teori yang terbukti keliru atau difalsifikasi itu sudah jelas menunjukkan bahwa penjelasan teoritisnya bersifat dugaan karena kalau penjelasannya pasti benar-empiris mustahil dinyatakan keliru atau difalsifikasi
Tapi beberapa ateis tidak terima pandangan seperti ini.Mereka tidak terima  suatu teori di paralelkan dengan sifat dugaan-menduga-hipotesa.Mereka sering tuduh orang yang memparalelkan teori dengan sifat dugaan sebagai "orang yang tak faham teori".Ini sering mereka ungkap misal ketika perdebatan teori evolusi seolah teori tsb tak boleh diparalelkan dengan sifat dugaan padahal bukti otentiknya kan tidak pernah diketahui (?)
Logikanya kalau tak boleh di lekatkan dengan adanya unsur atau sifat dugaan ya semua yang bernama teori sains harus dipandang pasti benar atau pasti empirik dan tak bisa diruntuhkan atau difalsifikasi.Ini kan bertentangan dengan prinsip sains tentang teori sains yang dijelaskan diatas.Kalau kebenarannya tak boleh dipandang mutlak ya otomatis unsur dugaan akan masih melekat kedalamnya,Atau boleh-dapat dilekatkan. Demikian logikanya (logika juga harus main)
Artinya,selama bukti empirik dari obyek yang dibicarakan oleh suatu teori belum bisa ditampilkan maka teori yang bicara obyek tsb tetep dapat atau bisa melekat kedalamnya sifat dugaan
Kecuali teori yang misal didukung oleh fakta deterministik atau fakta hukum fisika yang berkaitan maka teori tsb.lebih kuat posisinya.Tapi teori yang bukti empirik otentik atau bukti deterministik atau bukti hukum fisika yang mendukung belum ada maka sifat dugaan akan lebih kuat melekat kedalamnya
3.Kalimat ini beberapa kali saya dengar di group debat ; Â "sains tidak membahas yang tidak ada".Apakah ini pernyataan sains atau pernyataan orang ateis ?
Mari kita analisa secara seksama ;
Kalau kita analisa kalimat tsb maka itu bisa berarti = bahwa keberadaan segala suatu itu hanya bisa  ditentukan oleh sains.Sains seolah bisa menentukan segala suatu sebagai ada atau tidak ada.Tapi ini sudah melampaui kapasitas serta batasan sains itu sendiri
Sebagai contoh ; keberadaan hal hal abstrak dalam diri manusia semisal kesadaran,jiwa,pikiran,perasan atau pergumulan pikiran atau pergumulan emosi maka sains sudah tak akan bisa mengamatinya kecuali sebatas menangkap sinyal sinyal yang sains tak akan tahu persis apa dibalik sinyal tsb
Apakah karena sains tak bisa mengamatinya maka hal hal abstrak dalam diri manusia harus disebut tidak ada ?
Belum lagi hal hal yang ada di alam yang sampai saat ini belum sains ketahui.Sains selalu mencari cari rahasia di alam itu sendiri sudah menunjukkan sains belum mengetahui keseluruhan yang ada di alam
4."Orang sain bawa agama kacau"