Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pernyataan Sains atau Atheis?

14 Agustus 2024   13:09 Diperbarui: 14 Agustus 2024   17:21 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi untuk faham mana yang murni sains orang harus cerdas untuk bisa memilah mana sains dan mana pandangan pribadi yang sifatnya sudah bersifat filosofis atau ideologis atau kepercayaan atau metafisik

Walau sekali lagi tiap orang punya hak membawa sains ke ranah prinsip atau kepercayaannya pribadi (karena sains tidak bisa menjangkau semua hal).Tapi ketika kita perlu mengetahui mana yang masih ranah sains atau substansi sains dan mana yang sudah bukan ya pemilahan itu hal yang sifatnya prinsipiil mesti dilakukan

Apalagi dewasa ini ideologi materialisme ilmiah merajalela dalam berbagai aspek dan nampak mendominasi pandangan dunia era milenial maka kita utamanya umat beragama perlu jeli dan berani membuat counter ilmiah melawan cara pandang materialisme ilmiah yang memakai basis sains.Karena ditengarai banyak narasi narasi sains yang sudah dibingkai oleh cara pandang materialisme ilmiah dan tersebar ke ranah publik melalui tokoh tokohnya yang dikenal publik sebagai atheis

Uniknya pada umumnya mereka tidak misal berterus terang memproklamirkan ideologi ateisme atau materialisme melalui karya tulis yang mereka buat tapi mereka menyampaikan kepada dunia seolah yang mereka narasikan adalah "pandangan sains"

Dan ciri yang mencolok adalah bahwa narasi tulisan mereka didalamnya mengadung penghakiman terhadap agama serta masalah keagamaan atau persoalan filsafati-suatu tanda bahwa apa yang mereka sampaikan adalah mengandung muatan ideologis-bukan murni sains,karena tak ada rumusan sains yang tujuannya untuk menghakimi persoalan keagamaan atau persoalan metafisika yang sudah ada diluar sains

............................

Di ruang debat khususnya kita sering mendengar kalimat atau pernyataan atau pandangan yang seolah dari sains atau mengatasnamakan sains padahal sama sekali bukan dan lebih merupakan pernyataan atau pandangan seorang ateis yang ingin menggunakan sains sebagai penopang ideologinya.Ada beberapa  pernyataan atau pandangan yang karakternya adalah lebih merupakan pernyataan ateistik-materialistik karena kalau ditelisik dalam sains sendiri sebenarnya tidak ada bahkan sains tidak membenarkannya

Contoh ;
1.Pandangan seolah sains tanpa batasan dan segala suatu bisa serta harus menggunakan sains sebagai metode tunggal.Ini lebih merupakan pandangan saintism (menempatkan sains tidak pada tempatnya atau melampaui kapasitasnya,) yang sains sendiri sama sekali tidak membenarkannya.Sebagai ilmu yang dilahirkan dari olah pikir serta pengamatan manusia maka secara prinsipiil serta inheren kapasitas sains akan melekat dengan keterbatasan manusia sebagai pencetusnya

Sebagai konsep ilmu yang visi misinya telah di konsep sedemikian rupa oleh para pencetus nya maka dalam mencari kebenaran sains membatasi diri hanya mencari kebenaran empiris dengan mengandalkan metode empiris.Maka dengan prinsip ilmiah seperti itu otomatis ideologi saintisme tertolak atau tidak bisa diterima dalam sains.Karena (dengan prinsip dasar sains yang telah ditetapkan itu) banyak persoalan terkait ilmu serta kebenaran yang menjadi berada diluar ranah sains karena untuk menggalinya tidak bisa menggunakan metode saintifik

Tapi di ruang debat kita tahu bahwa ateis banyak yang berupaya membawa prinsip sains untuk mendukung pandangan ideologisnya,termasuk menghakimi persoalan metafisika dengan mengatas namakan sains padahal prinsip sains sendiri tidak membenarkannya

2.Melebih lebihkan kapasitas sebuah teori dalam sains.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun