Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Materi-immateri

24 Mei 2024   22:07 Diperbarui: 24 Mei 2024   22:09 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana terbentuknya materi (padat) dari sebelumnya tidak ada itu dalam sains dijelaskan dalam teori bigbang dimana materi bahan pembentuk alam terbentuk
setelah bigbang terjadi dimana sebelum bigbang saat itu belum ada yang dapat dikategori sebagai materi,saat itu semua bisa disebut masih dalam kategori proses pembentukan materi "tulen"

Bukti materi menjelma atau "tercipta" dari suatu yang bukan materi dapat dibuktikan dalam dunia kuantum.Bila materi kita telusuri dari permukaan hingga ke kedalaman,mulai dari level materi padat hingga ke level partikel mikroskopis maka setelah ada di kedalaman yaitu dunia kuantum maka ciri ciri materi perlahan makin menghilang dan bila di terobos lebih dalam lagi yang akan ada adalah dimensi non materi.Adanya fenomena ketakpastian itu mencirikan dimensi dimana materi sudah mulai kehilangan identitasnya dan mulai masuk dimensi non materi

Ciri paling tulen dari identitas materi adalah ia memiliki struktur hukum fisika yang dapat diketahui dan diukur dimana ketika hukum fisika sudah tak bisa dipastikan dan diukur artinya karakter asli materialnya mulai lenyap.Atau, ciri- karakter sejati dari entitas materi itu sebenarnya ada di level dimana didalamnya hukum fisika sudah ada

Jadi bila kita menelusuri dunia kuantum hingga ke hulu nya sekali ke level yang sudah tak dapat diamati itu sama dengan menelusuri napak tilas kebelakang proses penciptaan

Sekarang pake logika,dengan beragam penjelasan diatas bagaimana mungkin masih bertahan dengan pendapat bahwa "yang ada hanya materi" (???).Karena di dunia kuantum sudah jelas bahwa dibalik materi ada sesuatu yang sudah bukan level materi

Adanya penjelasan teori bigbang,fisika kuantum seharusnya membuat faham kuno bernama materialisme itu perlahan wafat karena sudah tak sesuai dengan apa yang telah ditemukan dalam sains.

Beragam fenomena yang ditemukan dalam dunia kuantum menunjukkan bahwa karakter yang murni material seperti yang kita lihat utamanya di dunia materi padat yaitu karakter materi yang di konstruks oleh hukum fisika di dunia kuantum itu sudah mulai menghilang karena disana pintu gerbang menuju dunia yang sudah bukan lagi berkarakter materi

Betul bahwa di level kuantum energi pun dapat dikuantisasi  menjadi memiliki karakter material sehingga berbentuk kuanta yang bisa diolah menjadi teknologi digital yang bekerja berdasar prinsip hukum fisika,Tapi itu tidak melenyapkan semisal adanya fenomena ketakpastian

Maka dengan adanya fenomena kuantum pikiran orang mestinya mulai terbuka terhadap beragam fenomena non materi dengan ciri cirinya yang sudah bukan material itu dan bukan malah makin kukuh ingin menunjukkan bahwa yang ada "hanya materi".Logika nya,kalau yang ada hanya substansi materi maka semua hal dalam realitas harus merupakan fenomena materi dan selalu dapat dijelaskan secara hukum fisika karena ciri khas dari materi adalah ia di konstruks oleh hukum fisika

Sekarang bayangkan ketika kita bicara manusia kaum materialist keukeuh pada pendapatnya bahwa semua yang ada pada manusia adalah fenomena materi.Mereka menolak unsur non materi seperti roh dan jiwa yang otonom dari materi.Lalu mereka berteori bahwa jiwa adalah produk otak yang adalah entitas materi

Materi memang dapat mewujudkan energi atau dapat direkayasa secara teknologi sehingga mewujudkan energi superdahsyat seperti dalam kasus pembuatan bom nuklir,Dan sebagaimana energi juga dapat mewujud menjadi materi tapi dalam kasus manusia apakah pikiran itu hasil olahan materi ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun