KAPAN DAN BAGAIMANA SAINS DAN METAFISIKA BERSENTUHAN ?
Untuk memahami adanya dua dimensi berbeda antara aspek fisik dan aspek non fisik yang masing masing satu dibahas oleh sains dan satu oleh metafisika memang mesti memerlukan cermin untuk memahaminya secara mudah.Dan cermin itu adalah MANUSIA
Demikian pula untuk memahami bagaimana dua aspek tsb saling bersentuhan dan saling mempengaruhi dalam mekanisme yang dapat dijelaskan secara hukum sebab akibat.Dan muaranya adalah bagaimana dua aspek tsb difahami sebagai satu kesatuan yang saling menjelaskan
Manusia adalah cermin yang tepat ketika kita bicara hubungan antara dua aspek berbeda antara aspek fisika dan metafisika yang dibahas dlm filsafat serta agama karena manusia adalah makhluk dualist yang terdiri dari jiwa-raga (fisik-non fisik).Manusia tak bisa dijelaskan secara se utuhnya oleh sains seperti melalui disiplin biologi- neurologi- ilmu kedokteran maka sebagian dari fenomena manusia dijelaskan oleh ilmu psikologi atau ilmu kerohanian
Mencoba memaksakan menjelaskan manusia secara seutuhnya murni melalui penjelasan material otak seperti yang saat ini coba lakukan melalui "neurosains" adalah cara yang sangat ganjil dan tidak logic juga tidak sesuai kenyataan maka demikian pula bila sains ingin menerabas persoalan yang biasa dikelola oleh metafisika
Untuk menjelaskan serta memahami manusia secara utuh,menyeluruh,logic dan sesuai dengan kenyataan manusia maka kita harus terlebih dahulu membagi manusia pada dua aspek yang juga dua substansi berbeda ; Aspek-substansi tubuh (raga) dan aspek- substansi jiwa, aspek jasmani dan rohani,pikiran dan tubuh.Tinggal nanti bagaimana penjelasan dari dua aspek berbeda tsb di integrasikan
Maka untuk memahami konstruksi realitas secara utuh menyeluruh (secara keilmuan) pun di awal tetep mesti kita bagi 2 dulu antara aspek fisika dan metafisika,tentu bukan untuk selalu dipisah pada 2 kutub berbeda tapi untuk pada muaranya penjelasan dari 2 aspek berbeda tsb bisa saling diintegrasikan
Maka sains dan metafisika tetap mesti selalu berbagi peran dalam menjelaskan beragam fenomena serta persoalan keilmuan yang ada dalam realitas. Dan-tapi ketika kita ingin memahami keseluruhan realitas secara utuh-menyatu atau ketika kita ingin melihat suatu persoalan dari persfective yang bersifat menyeluruh maka kita tinggal mencoba mengintegrasikan antara temuan atau penjelasan fisika dengan penjelasan metafisika
Kembali ke cermin manusia,sebagai contoh ; Kita bisa mengamati gerak tubuh,perilaku serta perbuatan manusia sebagai gerak fisik yang dapat diamati secara sains bahkan dapat diukur dengan pengukuran yang presisi,Tapi APA PIKIRAN DIBALIK PERBUATAN ? Itu sudah tak bisa lagi dijelaskan oleh sains,maka ilmu psikologi tampil menjelaskan.Karena PIKIRAN dibalik perbuatan itu sudah bukan obyek ilmu fisika (sains)
Demikian pula bila kita bicara APA DIBALIK GERAK MATERI ALAM ? Sains paling jauh dapat menjelaskan misal hingga level penjelasan tentang energi,singularitas,medan gaya,partikel Tuhan,medan kuantum,superposisi kuantum dlsb kategori yang biasa dibicarakan di ranah kuantum.Sains tak bisa misal meloncat menjelaskan keharusan adanya PIKIRAN TUHAN dibalik materi alam karena itu sudah bukan obyek sains melainkan obyek metafisika agama
Karena menurut logika bila dibalik gerak tubuh manusia yang terstruktur,terencana,bertujuan mesti ada PIKIRAN yang mengendalikan maka demikian pula secara logika seharusnya gerak materi alam pun di level paling dalam mesti digerakkan oleh PIKIRAN TUHAN.Karena seperti yang bisa kita ketahui melalui sains baik partikel elementer maupun energi itu tak bisa ditunjuk sebagai causa prima penanggung jawab gerak alam karena partikel elementer maupun energi tidak memiliki PIKIRAN dan karena keduanya tidak punya sifat personal
Sebagaimana pikiran itu dimiliki oleh manusia yang punya sifat personal (berkehendak,berkeinginan,punya pandangan) maka di alam pikiran yang mengendali alam hanya mungkin dimiliki oleh personal Tuhan,Atau hanya Tuhan yang memiliki sifat personal di alam
Sekarang bayangkan penjelasan fisika dan penjelasan metafisika itu kita gabung untuk memperoleh pemahaman yang utuh-menyeluruh,pemahaman seperti apa yang bisa anda dapat ?
Tapi untuk tiba pada integrasi penyatuan persfectif fisika-metafisika maka seseorang mesti siap secara mindset.Orang mesti punya mindset dualistik terlebih dulu untuk bisa melakukannya.Kalau mindsetnya masih materialistik-bermata satu maka sampai kapanpun orang akan terus mengandalkan sains untuk menjelaskan keseluruhan,hal yang mustahil diperankan sendirian oleh sains
..............
Adalah sebuah fakta tersendiri kalau ketika sains sudah tak bisa menjelaskan secara saintifik maka sudah biasa kalau orang mencari atau memberi penjelasan secara atau yang bersifat metafisis dan itu sudah lumrah,itu bisa dilakukan baik oleh teis maupun ateis
Contoh penjelasan tentang "kebetulan" maupun "keharusan adanya desainer" Atau penjelasan "yang Ada berasal dari ketiadaan" atau "yang Ada berasal dari yang Ada", keduanya juga penjelasan yang bersifat metafisis,satu dari ateis satu dari teis
Penjelasan metafisis dimaksud adalah karakter penjelasan yang tidak bisa diamati secara empirik kebenarannya atau tidak bisa selalu bisa dibuktikan secara empirik melalui uji coba
Contoh real,ketika Hawking berkata bahwa "karena ada gaya gravitasi maka tak perlu peran Tuhan" maka itu adalah sudah masuk pernyataan metafisik-sudah diluar fisika karena pernyataan tsb tak bisa dibuktikan maupun di uji secara empirik termasuk via eksperiment laboratorium !
Jadi keliru kalau berpendapat dalam sains ateis selalu memakai penjelasan fisika yang serba empirik dan tak pernah memakai penjelasan metafisika yang tak bisa di uji dan dibuktikan secara empirik
Baik teis maupun ateis sama sama biasa memberi penjelasan metafisik ketika persoalan fisika sudah menyentuh metafisika,cuma karakteristiknya yang berbeda
Contoh ; ketika teis memberi penjelasan tentang "causa prima" atau tentang "keharusan ada desainer dibalik wujud yang memiliki desains" atau "yang Ada mesti berasal dari yang Ada-mustahil dari ketiadaan" itu mereka selalu menggunakan contoh yang ada di di dunia nyata
Sedang ketika ateis memberi penjelasan metafisis seperti "kebetulan (tidak perlu desainer)","yang Ada berasal dari ketiadaan" itu mereka merasa tak perlu bercermin pada kenyataan,jadi unsur spekulasinya sebenarnya lebih besar
..........................
TEIS DAN ATEIS SAMA SAMA BERMETAFISIKA
Adalah sebuah fakta tersendiri kalau ketika sains sudah tak bisa menjelaskan secara saintifik atau secara empirik maka sudah biasa kalau orang mencari atau memberi penjelasan secara atau yang bersifat metafisis dan itu sudah lumrah,itu bisa dilakukan baik oleh teis maupun ateis
Contoh ketika bicara tentang bagaimana asal muasal keberadaan alam dan mekanisme yang berada didalamnya maka ada dua versi penjelasan yaitu yang mengacu pada prinsip "kebetulan" (menolak adanya desainer) versi ateis dan "keharusan adanya desainer" versi teis.Kedua penjelasan tsb sudah diluar sains-sudah bersifat metafisik karena sama sama tak bisa dibuktikan secara langsung secara empirik
Atau simpulan "yang Ada berasal dari ketiadaan" dengan "yang Ada berasal dari yang Ada", keduanya juga simpulan yang bersifat metafisis-diluar sains,Dimana yang satu lebih banyak digunakan oleh ateis dan satu oleh teis
Dan penjelasan metafisis dimaksud adalah karakter penjelasan yang tidak bisa diamati secara empirik kebenarannya atau tidak selalu bisa dibuktikan atau di verifiÄ·asi secara empirik misal melalui uji coba
Contoh real,ketika Hawking berkata bahwa "karena ada gaya gravitasi maka tak perlu peran Tuhan" maka itu adalah sudah masuk pernyataan metafisik-sudah diluar fisika karena pernyataan tsb tak bisa dibuktikan maupun di uji secara empirik termasuk via eksperiment laboratorium
Jadi keliru kalau berpendapat bahwa dalam sains ateis selalu patuh memakai penjelasan saintifik yang serba empirik dan tak pernah memakai penjelasan metafisika yang tak bisa di uji dan dibuktikan secara empirik
Artinya,baik teis maupun ateis sama sama biasa memberi penjelasan metafisik-diluar sains ketika persoalan fisika sudah menyentuh metafisika-hal metafisik,cuma karakteristiknya yang berbeda.Termasuk yang biasa dilakukan oleh saintis level dunia seperti Hawking,Einstein atau Newton dlsb semua tak bisa lepas dari karakter penjelasan yang non empirik itu karena sains tak akan sains tak akan bisa menjelaskan semua nya hingga tuntas melulu secara empirik
Dan ketika teis memberi penjelasan tentang "causa prima" atau tentang "keharusan ada desainer dibalik wujud yang memiliki desains" atau "yang Ada mesti berasal dari yang Ada-mustahil dari ketiadaan" itu mereka selalu menggunakan contoh yang ada di di dunia nyata
Sedang ketika ateis memberi penjelasan metafisis seperti prinsip "kebetulan (tidak perlu desainer)" atau "yang Ada berasal dari ketiadaan" maka mereka merasa tak perlu bercermin pada kenyataan,jadi unsur spekulasinya sebenarnya lebih besar
Dan begitu pula ketika teis dan ateis berbicara soal Tuhan,kepercayaan Ada Tuhan dengan tak percaya Tuhan ada itu sama sama kepercayaan metafisik karena dua pernyataan tsb sama sama tak bisa diempiriskan secara metode sains atau tak bisa di verifikasi secara metode empirik karena Tuhan bukan obyek fisik-materi.Tuhan tak bisa dibuktikan Ada maupun tak Ada oleh metode sains,maka teisme dan ateisme adalah ranah metafisik-diluar fisik
Demikian pula kepercayaan dan ketak percayaan akan hal hal lain yang ada di dunia gaib baik yg diungkap teis atau ateis itu sama sama sudah ranah metafisika
Jadi yang betul betul "murni sains" itu ya misal yang murni hanya bergumul dengan dunia benda-materi tanpa menyentuh atau bersentuhan dengan unsur metafisik semisal ketika sains menggumuli dunia teknologi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H