Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kolaborasi Sains, Filsafat, Agama

28 Februari 2024   09:24 Diperbarui: 28 Februari 2024   09:27 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


KENAPA HARUS (3 INSTITUSI) : SAINS,FILSAFAT SERTA AGAMA ?

Mengapa dlm sejarah peradaban umat manusia ada 3 institusi besar yang menyertai manusia menggumuli serta mengelola persoalan keilmuan- kebenaran ? Kita analisa berikut contohnya

Sains,filsafat,agama sebagai 3 institusi besar yang eksist dalam peradaban umat manusia memiliki landasan, prinsip, konsepsi,cara,metode sampai visi misi yang berbeda dalam menyikapi, mengelola,dan menyelesaikan serta menjelaskan beragam persoalan keilmuan yang pernah ditemukan manusia

Ini seperti 3 orang yang punya 3 pandangan berbeda dan bagaimana lalu mereka bisa menyatupadukannya ketimbang misal langsung mempertentangkannya ?

Atau 3 institusi ini seperti menemukan potongan puzzle yang berbeda dari beragam persoalan ilmu dan kebenaran karena masing masing menerapkan hal hal prinsipil yang berbeda itu tadi.Maka untuk memahami atau menemukan gambar puzzle utuh itu bergantung keterampilan kita dalam memadukannya

Artinya,untuk memahami keterpaduan antara ketiganya tentu bukan dengan jalan langsung main bentur satu dengan lain (karena ini merusak harmoni keterpaduan) tapi mesti faham karakteristik dari tiap institusi dan faham dimana mesti ditempatkan

Mengapa harus ada 3 institusi yang mesti mengelola nya,mengapa tidak cukup misal hanya sains ? Tentu karena persoalan keilmuan-kebenaran yang ditemukan manusia itu teramat kompleks,bukan hanya fisik tapi juga non fisik.Atau, ruang lingkupnya terbentang mulai dari dunia fisika hingga metafisika sehingga mustahil di kelola melulu hanya dengan sains,karena sains memiliki atau menerapkan metode khusus yang secara otomatis membatasi ruang geraknya sendiri untuk tidak bisa keluar dari ruang lingkup dunia fisik-materi

Sebagai contoh ; baik sains,filsafat maupun agama memiliki pandangan tersendiri yang berbeda misal tentang alam semesta,tentang manusia, tentang apa itu kehidupan atau tentang apa itu kebenaran. Masing masing akan punya penjelasan yang tidak sama itu karena masing masing melihat dari sudut berbeda dan dengan kacamata dan cara pandang berbeda,sampai kepada visi misi yang berbeda

Sebagai contoh ketika 3 institusi itu bicara "manusia" sebagai obyek maka baik sains,filsafat maupun agama semua menjelaskan manusia dari berbagai aspek,sisi,dimensi berbeda.Belum lagi hadir ilmu psikologi yang mengelola secara spesifik aspek kejiwaannya dan ilmu psikologi tak bisa dianggap mewakili sains karena tidak menerapkan metode empiristik (mesti dipisah biar tidak rancu dan terjerumus pada pseudo)

Sekarang bayangkan kalau ada yang mau main monopoli ilmu misal menganggap jiwa manusia total sudah bisa dijelaskan secara sains melalui penjelasan system saraf otaknya,terus penjelasan dari arah lain dianggap tidak ilmiah atau cuma mitos atau cuma wacana (?)

Ya tentu tidak bisa karena itu hanya akan menjatuhkan derajat sains pada pseudosains yang karakter simpulan dan penjelasannya sudah tidak lagi empiristik dan tidak terukur berdasar hukum fisika formal.

Seperti kita tahu penjelasan sains terkait obyek material itu selalu dikonstruks oleh hukum fisika atau mengacu pada hukum fisika sehingga rumusannya dapat dijelaskan secara hukum fisika.Tapi yang terjadi ketika sains via neurosains bicara aspek kejiwaan manusia itu tidak dikonstruks oleh atau berdasar hukum fisika melainkan lebih banyak berdasar hal hal yang sifatnya hipotesa teoretis. Neurosaintis lebih banyak bicara hipotesa neurosains ketimbang misal mengungkap fakta empirik yang langsung dapat diamati secara inderawi (kalau klaim pakai metode sains,karena metode sains dasarnya empirisme)

Hukum fisika itu dapat di konstruksikan atau dijelaskan BILA menyangkut atau "pemain"nya obyek fisik-materi sedang jiwa manusia karena bukan hasil proses biologis-kimiawi-material maka penjelasan berdasar hukum fisika nyatanya tidak bisa diberlakukan pada fenomena atau kasus kejiwaan

Hukum fisika tak bisa dipakai menjelaskan fenomena kejiwaan karena jiwa bukan hasil atau ekses pergerakan material.Beda dengan ketika sains menjelaskan tubuh biologis manusia maka disana hukum fisika dapat digunakan untuk menjelaskannya karena yang bermàin dalam proses biologis adalah unsur materi

Nah maka sebab itulah agama,ilmu psikologi,filsafat menjelaskan manusia dari beragam aspek lain yang sains tidak bisa menjelaskannya secara tuntas

Nah yang terjadi pada manusia tentunya hanya salahsatu kasus.Ketika bicara alam semesta pun terjadi kasus serupa.Sains misal sudah tak bisa mengupas lagi apa itu kemaha tak terbatasan diluar alam semesta yang terbatas,maka agama menyingkap lebih jauh apa itu kemaha tak terbatasan dibalik alam semesta yang terbatas

......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun