Beda dengan bila tidak mengatas namakan sains, misal prinsip "manusia=makhluk materi" atau pandangan materialisme ilmiah atas manusia tersebut di klaim hanya berdasar kepercayaan maka tuduhan pseudosains tidak akan ada
Tuduhan pseudosains akan ada pada suatu yang prakteknya klaim menggunakan prinsip + metode sains tapi rumusannya tidak jelas secara sains,absurd,abu abu,ambigu,tidak bisa diukur,tidak bisa dijelaskan secara hukum fisika,Atau tidak dapat dipertanggungjawabkan menurut prinsip prinsip ilmiah yang diterapkan dalam sains
Contoh rumusan rumusan atau gagasan teoritis terkait manusia yang di tengarai yang berpotensi pseudosains
1."jiwa produk otak"
2."jiwa otonom itu tidak ada"
3."roh itu tidak ada"
4."sesudah mati maka semua hilang-tak ada kehidupan sesudah mati
5."hati itu tidak ada-semua hanya aktifitas otak"
6."sakit jiwa itu diakibatkan gangguan saraf" (bukan persoalan kejiwaan atau penderitaan batin sebelumnya)
7.Dlsb persoalan psikologi-keruhanian
Artnya,semua itu berpotensi pseudosains BILA klaim mengatas namakan sains tapi tidak akan dituduh pseudosains bila klaim hanya sebuah kepercayaan
Dalam agama wahyu ada ajaran kehidupan sesudah mati dan itu tidak mengatas namakan sains tapi berdasar kepercayaan pada wahyu Ilahi maka akan selamat dari tuduhan pseudosains
Demikian pula proposisi proposisi metafisika dalam filsafat seperti system metafisika yang diajukan para filsuf tak bisa disebut pseudosains karena didalamnya tidak menerapkan prinsip sains seperti metode empirik sebagai dasar pembentukannya
Bagaimana dengan ketika kitab suci menjelaskan alam semesta atau obyek yang juga digumuli oleh sains karena merupakan obyek sains ?
Nah tentu itu boleh dianalisa sesuai prinsip dan metode serta peralatan yang ada pada sains tentu untuk kasus yang manusia masih dapat mengamati atau meng observasi nya.
Bagaimana dengan yang tidak bisa diamati seperti deskripsi penciptaan alam atau deskripsi keberadaan lapisan langit ?
Tentu tak boleh mudah vonis pseudosains terhadap sesuatu yang memang obyek sains (karena bersifat material) tapi yang manusia sendiri belum atau tidak bisa mengamati atau mengobservasinya dan tidak bisa menilai atau merumuskannya berdasar peralatan sains yang ada
Karena dalam kitab suci Tuhan banyak mendeskripsikan hal yang manusia tidak atau belum bisa lihat atau amati (termasuk obyek yang bisa masuk kedalam materi bahasan sains) sehingga secara prinsipiil itu akan kembali ke prinsip kepercayaan