Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Makna Kawan dan Lawan dalam Politik serta Mencari Hakikat dari Suatu Pernyataan Politis

9 September 2020   08:43 Diperbarui: 9 September 2020   09:30 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah untuk mendalami secara lebih jauh ke persfectif 'hakikat' dan menjauhkannya dari bingar bingar beragam persfective politik yang hadir utamanya di media maka yang paling afdol adalah bercermin pada rakyat Minang itu sendiri,pada merekalah pernyataan Puan akan keluar dari persfective politik dan masuk ke ruang substansial-ruang essensi-ruang hakikat- yang dapat disebut murni karena bebas dari beragam kepentingan politik.mereka rakyat Minang bakal mengekpresikan perasaannya secara alami-tanpa didesain oleh kepentingan politik apapun

Bagaimana sebenarnya tanggapan rakyat Minang terhadap pernyataan Puan kemarin ?

Maka bagi yang ingin memahami makna serta hakikat terdalamnya (seperti juga saya) maka saya tak lagi terlalu fokus ke ILC atau apalagi mendengar penjelasan kawan dan lawan politiknya tapi lebih suka melihat bagaimana rakyat Minang menyikapinya-disanalah essensi terdalam dari pernyataan Puan bakal mengalir dan berproses secara alami

Atau bila ingin menarik masalah seperti ini lebih jauh lagi ke wilayah metafisis-ke wilayah yang sama sekali bebas dari kepentingan kepentingan manusiawi-yang bebas dari beragam persfective manusiawi- yang kebenarannya bersifat pasti dan hakiki maka kita harus menariknya ke wilayah Ilahi,tentu dengan meyakini bahwa hakikat kebenaran dari apa yang dikatakan manusia maka selain yang bersangkutan maka Tuhan yang lebih maha tahu hakikatnya.masalahnya di wilayah Ilahi rahasia tiap apa yang dikatakan manusia tidak dibukakan saat ini tapi kelak pada pengadilan yang terakhir ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun