Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perihal Kemandirian Akal dari Ketergantungan Mutlak pada Input Dunia Indrawi

1 Juli 2020   20:56 Diperbarui: 1 Juli 2020   21:07 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukankah dalam kehidupannya seorang manusia dewasa yang telah bergumul dengan banyak permasalahan kehidupan wajar kalau misal mempermasalahkan atau mempertanyakan apa itu hakikat serta makna hidup ? Apa tujuan manusia hidup serta akan kemana setelah manusia mati ... dlsb.persoalan persoalan yang akan berkaitan dengan masalah ketuhanan serta keagamaan.

Artinya persoalan yang ditemukan serta digumuli manusia dalam kehidupannya bukanlah persoalan sainstifik semata tetapi persoalan persoalan metafisis yang sudah tak bisa di jawab oleh baik oleh sains maupun filsafat dan wajar apabila manusia yang bergumul dengan permasalahan seperti ini lalu bersentuhan dengan agama terlepas dari apakah kelak mau percaya atau tidak karena persoalan persoalan demikian adalah persoalan yang sudah pakem dibahas oleh agama.

Nah kembali pada prinsip ateis diatas alias prinsip 'lihat dulu baru percaya' apakah prinsip demikian bisa digunakan di wilayah persoalan metafisis ? karena ciri khas persoalan metafisis adalah tidak lagi dipandu oleh pembuktian pembuktian empirik secara langsung tidak sebagaimana ketika masih di ranah sains.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa bila prinsip 'lihat dulu baru percaya' itu digunakan sebagai acuan di ranah metafisika maka itu akan membunuh potensi akal dalam mengelola perdoalan metafisika atau setidaknya melemahkan posisi akal.

Karena harus diketahui bahwa akal diciptakan Tuhan bukan semata untuk menghadapi serta menggumuli persoalan fisik tapi juga untuk menghadapi serta menggumuli persoalan metafisik.

Nah ketika masih di ranah ilmu fisik atau di ranah sains maka akal masih dipandu oleh pembuktian pembuktian empirik secara langsung dimana bila bukti empirik langsung tidak ada maka sudah terbiasa kalau manusia berhipotesa atau ibarat bayi maka ia masih disusui-belum bisa lepas dari prinsip empirisme.

Dalam dunia sains tugas akal adalah melapis tugas dunia indera karena yang dituju adalah sebatas mencari kebenaran empirik-bukan kebenaran akali-rasional

Tetapi ketika sudah masuk wilayah metafisis dan berhadapan dengan beragam problem metafisis yang bersifat kompleks maka akal tak bisa lagi bergantung secara mutlak pada input dunia inderawi. 

Kalau ada orang yang hendak ikutan mengkaji persoalan metafisik tapi yang digunakan sebagai acuan adalah prinsip sainstifik-prinsip empirisme tentu itu salah jalan karena yang dicari dan dituju oleh metafisika atau hal hal serta persoalan metafisis adalah bentuk kebenaran metafisis semacam kebenaran rasional-kebenaran hakiki-bukan lagi kebenaran empirik sebagaimana dalam sains

Artinya ketika sudah tiba di ranah persoalan metafisis maka akal harus mandiri-tak boleh lagi terikat secara mutlak pada input dunia  inderawi dan otomatis prinsip 'lihat dulu baru percaya' itu tak berlaku lagi di dunia persoalan metafisis.

Artinya menerapkan prinsip 'lihat dulu baru percaya' di ranah metafisika itu hanya akan melemahkan akal ketika akal harus mulai lepas dari ketergantingan secara mutlak pada input dunia inderawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun